Warga Bogor Dijebak Sindikat Scam di Kamboja, Berhasil Kabur tapi Masih Diteror
Warga Bogor lolos dari sindikat scam di Kamboja, masih diteror meski sudah berlindung di KBRI Phnom Penh.
Ringkasan Berita:Warga Bogor dijebak teman masa kecil dengan tawaran kerja palsu di Singapura, lalu disekap di Kamboja.Ia dipaksa bekerja sebagai penipu online sebelum kabur ke KBRI Phnom Penh.Meski di bawah perlindungan, korban masih diteror sindikat dan belum 100 persen aman.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria asal Bogor, Jawa Barat menjadi korban sindikat scam di Kamboja setelah dijebak oleh teman masa kecilnya dengan iming-iming kerja di Singapura.
Ia sempat disandera dan dipaksa bekerja sebagai penipu online sebelum berhasil kabur ke KBRI Phnom Penh.
Meski sudah di bawah perlindungan, korban masih diteror oleh anggota sindikat dan belum sepenuhnya aman.
Sindikat scam adalah kelompok terorganisir yang melakukan penipuan daring secara sistematis dan sering kali melibatkan eksploitasi manusia, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Mereka merekrut korban melalui media sosial atau kenalan pribadi dengan iming-iming pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri.
Setelah korban tiba di lokasi (misalnya Kamboja, Myanmar, atau Laos), mereka disandera dan dipaksa bekerja sebagai scammer.
Korban diminta menipu orang lain secara daring, seperti melalui investasi palsu, judi online, atau penipuan asmara.
Banyak korban sindikat scam adalah korban perdagangan orang.
Mereka tidak diberi kebebasan, diancam, dan dipaksa bekerja tanpa upah. Beberapa bahkan mengalami kekerasan fisik dan psikologis.
Menurut orang tua korban, Firman, peristiwa bermula ketika korban mendapat tawaran bekerja di Singapura.
Tawaran datang dari teman masa kecilnya yang dikenal sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Singkat cerita, Ilham berangkat dari Indonesia menuju Singapura pada September 2025.
Firman tidak menaruh curiga karena mengira anaknya benar-benar bekerja sebagai customer service di sebuah perusahaan di Negeri Singa tersebut.
"Sampai sana iya benar kerja di perkantoran sebagai customer service," kata Firman saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/10/2025).
Namun, setelah sebulan bekerja, komunikasi antara Firman dan Ilham tiba-tiba terputus pada Jumat (17/10/2025).
Di hari itu, korban diajak rekannya berlibur dengan iming-iming naik pesawat.
Dengan perasaan gembira, korban mengiyakan ajakan tersebut tanpa mengetahui tujuannya.
Ia baru tersadar setelah mendapati dirinya tiba di sebuah bandara di Kamboja.
"Anak saya belum sadar sampai dia sampai di sebuah toko," ungkap Firman.
"Dan besoknya dia diculik di depan toko itu dan disandera, dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online," bebernya.
Korban kemudian dibawa ke Bavet, sebuah kota di Kamboja yang berbatasan langsung dengan Vietnam.
Namun, korban berhasil kabur dari tempat tersebut.
Firman belum mengetahui kronologi lengkap sang anak bisa melarikan diri.
Sepengetahuan Firman, saat itu korban diperintah membeli makanan melalui salah satu aplikasi ojek online (ojol) pada Selasa (21/10/2025), pukul 20.00 waktu setempat.
"Seperti biasa, anak saya pesan makan online berdua dengan teman yang senasib. Makan datang, kabur jam 05.00 pagi," ujar Firman.
"Pesan Grab mobil untuk kabur berangkat jam 19.00WI menuju KBRI (Phnom Penh). Akhirnya sampai di KBRI," lanjut dia.
Meski sudah di bawah perlindungan KBRI Phnom Penh, anggota sindikat kerap kali meneror korban.
Dari tangkapan layar yang diperlihatkan Firman, terlihat pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal yang dikirim kepada anaknya.
Pesan tersebut bernada ancaman.
Atas peristiwa yang menimpa anaknya, Firman berharap KBRI dapat segera memfasilitasi pemulangan korban.
Sebab, meski telah berada di bawah perlindungan, keselamatan korban masih terancam oleh teror yang terus dilayangkan para anggota sindikat.
Selain itu, Firman mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan anaknya selama berada di Kamboja.
Ia mengatakan, Ilham masih memerlukan biaya untuk penginapan di hotel yang ternyata tidak ditanggung oleh pihak KBRI.
"Katanya proses urus berkas lama bisa sampai enam bulan dan tidak ada tempat tinggal."
"Kami harus cari biaya sendiri untuk menginap, makan juga biaya tiket di hotel sekitar KBRI, sedangkan kami orang tua tidak punya uang untuk biaya itu," ucap dia .
"Kami hanya orang biasa yang sehari-hari biaya cukup hanya buat makan. Kami mohon bantuannya untuk masalah kami ini," tambah Firman.
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, mengabarkan bahwa warga Bogor bernama Ilham memang sudah berhasil kabur dari perusahaan penipuan Kamboja, namun dia belum aman 100 persen.
"Disampaikan kepada kami bahwa kondisi yang bersangkutan 80 persen aman," tutur Dzulfikar saat dihubungi awak media, Minggu (26/10/2025).
Dia menyebut, pihaknya bakal menyurati perwakilan RI di Kamboja terkait kondisi yang menimpa Ilham dan menjadi korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Surat akan dilayangkan pihak Direktorat Layanan Pengaduan, Mediasi, dan Advokasi (LPMA) yang ditugaskan memberi bantuan hukum (bakum) bagi pekerja migran Indonesia (PMI).
"Direktorat LPMA PMI Bakum akan menyiapkan surat resmi KP2MI (Kementerian P2MI) ke Perwakilan RI untuk bantuan penanganan permasalahan yang bersangkutan," kata Dzulfikar.
Dzulfikar mengungkapkan, petugas LPMA sebelumnya telah menghubungi pihak keluarga Ilham yang menyampaikan informasi bahwa kondisi korban belum 100 persen aman.
Dzulfikar juga menyebut, pihaknya telah melakukan pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) kasus.
Pihaknya mendapatkan informasi bahwa korban berangkat ke Singapura pada September 2025, atas ajakan kenalan adiknya.
Di negara tetangga tersebut, ia bekerja sebagai customer service selama beberapa waktu.
Pada 17 Oktober, korban mengabarkan dirinya secara tidak sadar sudah ada di Kamboja untuk dipekerjakan secara paksa di perusahaan online scam.
Ilham lalu melarikan diri dan meminta pertolongan ke KBRI Phnom Penh pada 21 Oktober 2025.
"Pemberi informasi ini menyampaikan kondisi yang bersangkutan diancam oleh perusahaannya kalau tidak kembali ke perusahaan dan meminta pertolongan untuk ditempatkan di tempat yang aman," tutur Dzulfikar.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com
Sumber: Tribun Jatim
| Pemkab Bogor Uji Coba Car Free Day, Wujud Kota Sehat dan Ramah Lingkungan di Cibinong |
|
|---|
| Janji Kerja di Thailand Gaji Rp 12 Juta, Empat Warga Halsel Malah Dibawa ke Myanmar |
|
|---|
| Penataan Kawasan Puncak Perlu Pertimbangkan Keseimbangan Ekologis dan Sosial |
|
|---|
| Puluhan WNI Kabur dari Myawaddy Myanmar, Paspor Dimusnahkan Perusahaan Online Scam Demi Tutup Jejak |
|
|---|
| Talkshow Kacamata Hukum 27 Oktober 2025: Proses Hukum Ibu Tiri Penganiaya Anak Sambung |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.