Busa Hitam Turun dari Langit Subang Bikin Warga Panik, Ini Kata Pakar
Busa hitam jatuh dari langit Subang, bikin warga panik. Pakar dan DLH ungkap potensi limbah dan ancaman kesehatan.
Ringkasan Berita:
- Busa gelap jatuh dari langit, warga Subang panik dan merekam.
- Pakar dan DLH telusuri dugaan limbah industri yang terbawa angin.
- Bisa sebabkan iritasi, rusak sawah, dan ganggu kesehatan ginjal.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Fenomena busa hitam misterius yang turun dari langit dan menyelimuti area persawahan di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, memicu kepanikan warga dan perbincangan luas di media sosial.
Gumpalan menyerupai awan gelap melayang rendah dan perlahan jatuh ke pemukiman serta lahan pertanian.
Video kejadian tersebut viral di berbagai platform, memunculkan kekhawatiran akan potensi pencemaran udara dan tanah akibat aktivitas industri.
Dugaan Pencemaran dan Respons Pemerintah Daerah
Menanggapi fenomena tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat menyatakan perlunya investigasi laboratorium untuk memastikan kandungan busa.
“Kami belum bisa menyimpulkan sebelum ada hasil uji laboratorium. Tapi dugaan awal bisa saja berasal dari aktivitas industri,” ujar Kepala DLH Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, DLH Kabupaten Subang telah melakukan penelusuran ke lokasi dan memeriksa sejumlah perusahaan di sekitar Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi.
“Kami menerima pengaduan dari warga dan langsung turun ke lapangan. Saat dicek, busa sudah disiram warga. Kami juga telusuri perusahaan sekitar,” kata Cece Rahman, Pengendali Dampak Lingkungan DLH Subang.
Penjelasan Ilmiah: Kandungan Surfaktan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengidentifikasi fenomena busa hitam di Subang sebagai form cloud.
Jenis busa ini terbentuk akibat tingginya konsentrasi surfaktan, yaitu zat kimia yang menurunkan tegangan permukaan air sehingga busa mudah terbentuk.
Surfaktan umum ditemukan dalam produk rumah tangga seperti sabun dan deterjen.
Namun dalam kadar tinggi, zat ini kerap muncul dalam air limbah industri dan dapat menghasilkan busa stabil dalam jumlah besar.
Ketika terbawa angin, partikel kecil dari busa tersebut berpotensi terhirup oleh warga dan masuk ke saluran pernapasan, sehingga menimbulkan risiko kesehatan.
Baca juga: Geger Komet 3I/Atlas Disebut Pesawat Alien, BRIN: Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun
Dampak Kesehatan dan Ekosistem
Ahli epidemiologi dan kesehatan global, Dr. Dicky Budiman, menjelaskan bahwa paparan surfaktan bisa menimbulkan risiko jangka pendek dan panjang bagi kesehatan manusia.
“Surfaktan tinggi dalam air itu dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran nafas. Kalau ada petani yang terpapar busa ini bisa mengalami risiko dermatitis atau iritasi kulit,” tuturnya kepada Tribunnews, Senin (3/11/2025).
Busa juga berpotensi mencemari saluran irigasi, tanah, serta tanaman pangan seperti padi dan sayuran.
| Kronologi Kecelakaan Elf di Sumedang, 4 Orang Meninggal, Rombongan Peziarah dari Majalengka |
|
|---|
| Daftar Titik Lokasi Bencana Hari Ini 2 November: DIY, Jabar, dan Jateng |
|
|---|
| Alumni STM di Bogor Ajak Pelajar Stop Tawuran dan Hormati Guru |
|
|---|
| 4 Fakta Temuan Jenazah di Gunung Ciremai: Hilang 3 Minggu Lebih, Mental Korban Terganggu Usai Cerai |
|
|---|
| Babak Penyisihan Pertama The Champion Race 2026 Digelar! |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.