Olah Kunyit Jadi Cuan, Desa Ibru Jambi Berhasil Go Internasional hingga Raih Penghargaan BRILiaN
Berikut cerita Desa Ibru Muaro Jambi, berhasil olah kunyit jadi cuan. Berhasil go internasional hingga raih penghargaan Desa BRILiaN.
Olahan kunyit juga merambah ke dunia kecantikan serta kebutuhan rumah tangga dengan hadirnya sabun kunyit, pengharum ruangan, hingga cairan ekoenzim.
Kunyit mentah yang awalnya dijual murah, kini bisa menjadi Rp35.000 per produk.
BUMdes ikut melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Jaya dalam proses produksi yang sanggup mengolah 100-500 kilogram kunyit per bulannya.
Sementara bagi Arman, kunyit memiliki segudang manfaat terutama dalam segi kesehatan mengatasi asam lambung dan meningkatkan imun.
“Kunyit itu manfaatnya banyak. Selain buahnya bisa kita olah, daunnya juga bisa kita jadikan uang atau bisa kita jual. Kunyit juga sangat mudah ditanam dan tidak banyak penyakit. Itulah mengapa kami memilih kunyit sebagai komoditas unggulan daripada tanaman lain,” tegasnya.
Produk kunyit dari Desa Ibru dipasarkan secara luring, baik dalam Provinsi Jambi hingga perbatasan Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sementara secara daring sudah merambah berbagai platform media sosial.
Arman menambahkan, produk-produk dari desanya juga sudah go internasional.
“Telah dibawa oleh salah satu mitra kami untuk diperkenalkan di Turki dan Malaysia, agar nantinya kunyit kami ini bisa berkembang dengan lebih baik,” harapnya.
Pendapatan Desa Jadi Bukti Keberhasilan
Meningkatnya pendapatan asli desa (PAD) menjadi bukti keberhasilan dalam pengelolaan sumber daya alam dengan sentuhan inovasi berbasis digital.
Pada 2024, PAD Desa Ibru mencapai Rp8,3 juta. Sementara laba bersih BUMDes Suka Makmur tembus Rp83 juta per tahun.
“Untuk omzet melalui penjualan olahan kunyit kurang lebih sebesar Rp15 juta per bulannya,” ungkap Direktur BUMdes Suka Makmur, Anggoro Kasih, saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (3/11/2025).
Tidak berhenti di produk olahan kunyit, Desa Ibru melebarkan sayap dengan merambah ke sektor pariwisata.
Anggoro menjelaskan, pihaknya sudah mulai merintis agroindustri dan agrowisata biofarmaka.
Berbagai fasilitas pendukung mulai dibangun, mulai rumah digital, rumah produksi, rumah pencucian rimpang, hingga rumah pengeringan, yang berada di satu tempat yang terintegrasi.
“Jadi tempat yang kami bangun akan menjadi objek wisata berbasis industri,” katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.