Berita Viral
Di Balik Viral Balita Garut Diduga Dianiaya, Ibu Beri Bantahan, KPAID Tak Temukan Tanda Kekerasan
Fakta di balik video viral yang memperlihatkan potret balita di Garut, Jawa Barat, mengalami lebam di bagian wajah, bukan kekerasan anak.
Ringkasan Berita:
- Informasi dugaan penganiayaan yang dialami SA bermula dari video viral di grup WhatsApp.
- Namun, ibu dari SA membantah adanya tindakan penganiayaan, diduga luka lebam muncul karena penyakit genetik.
- KPAID Jabar memastikan, tidak menemukan terjadinya kekerasan pada anak.
TRIBUNNEWS.COM - Fakta di balik video viral yang memperlihatkan potret balita di Garut, Jawa Barat, mengalami lebam di bagian wajah.
Dalam video yang beredar, balita berusia 2 tahun itu, terlihat duduk di atas kasur.
Ia mengalami bengkak di bagian wajah dan ada luka memar di sekitar mata yang diduga mengalami penganiayaan.
Warganet pun merasa iba dengan kondisi bocah berinisial SA tersebut.
Dikutip dari TribunJabar.id, informasi dugaan penganiayaan yang dialami SA bermula dari video viral yang menyebar cepat di grup WhatsApp.
Video tersebut, mengungkap dugaan penganiayaan terhadap SA, warga rumah susun Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut, Kota Garut.
Jarak wilayah kelurahan Margawati dengan pusat Kota Garut sekitar 7 Km atau 30 menit.
Balita tersebut, sempat dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa.
Fakta Viral Balita di Garut Diduga Dianiaya
1. Sang Ibu Beri Bantahan, Diduga SA Alami Kelainan Genetik
Merespons hal tersebut, Indah Marliantini, ibu dari SA memberikan penjelasan tentang kondisi anaknya.
Ia membantah adanya tindakan penganiayaan. Menurut Indah, sang anak mengidap penyakit genetik langka bernama Osteogenesis imperfecta (OI).
Baca juga: 5 Populer Regional: Sosok Aresty Istri Pegawai Pajak Dibunuh - Gus Elham Minta Maaf usai Viral
Indah menyebut, anaknya sudah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis.
Dari hasil pemeriksaan itu, dokter menyampaikan tulang sang anak rapuh dan mudah patah akibat kelainan bawaan.
"Diagnosis kata dokter, anak saya mengidap penyakit OI (Osteogenesis imperfecta)," kata Indah saat ditemui Tribunjabar.id di kediamannya di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota Selasa (12/11/2025).
Osteogenesis imperfecta merupakan kelainan genetik yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Anak yang mengalami hal tersebut, disebut bisa tiba-tiba mengalami kesakitan setelah bangun tidur ataupun saat beraktivitas ringan.
2. SA Kerap Alami Luka
Lebih lanjut, Indah mengatakan, anaknya memang kerap mengalami nyeri mendadak tanpa sebab yang jelas sebelum viral.
Menurutnya, kadang muncul lebam di pipi, bengkak di tangan, atau luka ringan di wajah.
Kondisi tersebut, rupanya kerap muncul setelah anak bangun tidur atau demam di malam hari.
Namun, nantinya kondisi tersebut, dapat sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan medis.
"Itu kalau lagi kepicu (kambuh) anak ini memang suka megangin lukanya, lagi sariawan juga dikorek-korek sama tangannya, karena aktif anaknya," ungkap perempuan berusia 23 tahun itu.
Indah mengaku, sempat membawa anaknya ke pengobatan alternatif, hasilnya dinyatakan tidak ada tulang yang remuk.
Setelah dilakukan rontgen di rumah sakit, dokter menemukan adanya patah tulang ringan.
Meski demikian, anaknya aktif bermain lagi dalam tiga minggu kemudian.
Indah pun memastikan, semua kebutuhan anaknya dijaga ketat, termasuk makanan dan tidak ada perlakuan kasar dari pihak keluarga.
Baca juga: Kondisi Balita Korban Kekerasan di Garut, Dokter Sebut Keajaiban karena Korban Masih Hidup
3. KPID Jabar Tak Temukan Terjadinya Kekerasan
Sementara itu, fakta lainnya diungkap Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Jawa Barat.
Pihak KPAID Jabar sudah memastikan kondisi anak dengan mendatangi kediaman orang tuanya.
Dari hasil asesmen, KPAID Jabar tidak menemukan terjadinya kekerasan pada anak.
Hal tersebut, disampaikan Ketua Forum KPAID Jabar, Ato Rinanto, kepada wartawan setelah mengunjungi kediaman korban, Rabu (12/11/2025) sore.
"Kami menemukan bahwa dari hasil asesmen yang kami lakukan hari ini, kami secara kasat mata tidak menemukan terjadinya kekerasan pada anak," katanya.
Ia mengatakan, satu indikator yang terlihat adalah meski pihaknya tidak membawa psikolog, anak tersebut tampak tidak menunjukkan tanda-tanda trauma.
Masih mengutip Tribun Jabar, Kondisi itu, terlihat tenang dan mampu berinteraksi dengan baik.
Ato Rinanto menyebut, luka yang semula cukup serius kini berangsur membaik.
Bahkan tangan yang diduga ada keretakan tulang ternyata sang anak masih beraktivitas normal seperti biasa.
"Walaupun nanti mungkin keputusan yang resmi tentu akan diputuskan oleh pihak rumah sakit," jelasnya.
Meski demikian, KPAID belum bisa menyimpulkan apakah terdapat kekerasan terhadap anak.
Dari pengakuan orang tua SA, anak itu memiliki penyakit atau kelainan genetika yang sudah diidap sejak tujuh bulan yang lalu.
KPAID akan menunggu proses selanjutnya.
Di sisi lain, Ato Rinanto mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru menjustifikasi terkait apa yang terjadi pada sang anak.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Balita Garut Diduga Alami Kekerasan Dibantah Ibu, Sebut Anaknya Idap Osteogenesis Imperfecta
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJabar.id/Sidqi Al Ghifari)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.