Awalnya Dikira Malas, Bocah di Palembang Ngaku Tak Sekolah karena Trauma Dibully
Bocah SD di Palembang trauma, ngaku dibully kakak kelas setahun hingga tak mau sekolah.
Ringkasan Berita:
- M Azka, siswa SD Negeri di Palembang, Sumatera Selatan, diduga menjadi korban bullying verbal dari kakak kelasnya.
- Selama lebih dari satu tahun, ia kerap diejek dengan sebutan merendahkan hingga akhirnya trauma dan enggan bersekolah selama seminggu terakhir.
- Ibunya, Juwita, mengungkapkan bahwa pelaku sering mengajak teman-temannya untuk ikut mengolok-olok Azka.
TRIBUNNEWS.COM - M Azka, seorang anak di Palembang, Sumatera Selatan diduga menjadi korban bullying.
Dia adalah pelajar di salah satu SD Negeri di Taman Kelengkeng Kebun Bunga, Palembang, Sumatera Selatan.
Bullying adalah tindakan perundungan, yaitu segala bentuk kekerasan atau penindasan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau kelompok terhadap orang lain yang dianggap lebih lemah, baik secara fisik maupun psikologis.
Bullying bukan sekadar ejekan biasa, melainkan tindakan serius yang bisa meninggalkan luka jangka panjang.
Semula ibunya yang bernama Juwita melihat anaknya tidak mau sekolah. Hal ini terjadi selama satu minggu terakhir.
Namun, setelah ditanya, akhirnya sang anak mengaku tidak sekolah karena menjadi korban bullying.
Korban bullying sering enggan kembali ke sekolah karena mengalami trauma psikologis, rasa takut berulang, dan kehilangan rasa aman di lingkungan belajar.
Menurut Jowita, anaknya itu sudah menjadi korban bullying selama satu tahun terakhir. Kata dia, pelakunya adalah kakak kelas yang kerap melakukan perundungan secara verbal.
Perundungan secara verbal adalah bentuk bullying yang dilakukan dengan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk merendahkan, menghina, atau menyakiti perasaan orang lain.
Baca juga: Siswa SMP Tangsel Korban Bullying Meninggal, Pemkot Evaluasi & Perketat Pengawasan di Semua Sekolah
Orangtua Mengira Anaknya Malas Sekolah
Awalnya sang ibu berpikir anak malas untuk sekolah.
Namun setelah didesak bersama sang ayah, Azka menangis dan mengaku dibully kakak kelasnya sejak kelas 4 SD.
"Anaknya ngaku sudah 1 tahun dibully sejak kelas 4 SD (red: sekarang kelas 5 SD).
Azka diejek botak angker karena kondisi matanya.
Saya pikir awalnya dia malas sekolah, namun setelah didesak akhirnya dia jujur," ungkap Juwita.
Oknum pembully yang kini kelas 6 SD itu mengajak teman-teman lain untuk ikut mengolok-ngolok Azka.
"Oknum yang bully itu 1, tapi dia juga sering aja teman-temannya 5 orang untuk bully anak saya," tambahnya.
Juwita mengakui sebenarnya sudah ada upaya mediasi dari pihak sekolah.
Baca juga: Kasus Bullying di Tangsel: Siswa SMPN 19 Meninggal Dunia Setelah Empat Bulan Alami Perundungan
Pihak Sekolah Datangi Rumah Korban Bullying
Hingga saat ini, pihak sekolah sudah 2x datang ke rumahnya, namun Juwita belum bisa melakukan apapun karena kondisi anaknya masih trauma.
Orangtua diduga pelaku juga sudah datang ke rumah dan berusaha menempuh jalur damai.
Namun Juwita menolak karena anaknya trauma bahkan sering melamun dan mengurung diri.
Sebagai orangtua, Juwita berharap ada tindakan tegas dari pihak sekolah untuk diduga oknum pembully.
Mungkin jika pembully tersebut dihukum atau diskors, bisa membuat anaknya mau sekolah.
Namun tindakan tegas dari pihak sekolah ke oknum terduga pelaku hingga kini masih nihil.
Pihak sekolah juga sempat memberikan solusi agar anaknya dipindahkan saja ke sekolah lain, namun hingga kini belum ada kejelasan.
Ia juga berharap Pemerintah Kota Palembang dan Dinas Pendidikan ikut turun tangan menindaklanjuti kasus pembullyan di sekolah.
Terakhir, Juwita menyampaikan dengan adanya kasus ini muncul ke media, bisa menjadi imbauan agar tidak ada lagi kasus bully di sekolah.
“Harapannya saya, pihak sekolah bisa memberikan tindakan tegas oknum pembully.
Ya, kalau bisa kena sanksi, misalnya diskors atau apapun itu.
Tapi saya lihat hingga saat ini diduga pembully masih sekolah tanpa beban apapun. Sedangkan anak saya trauma dan tak mau sekolah.
Saya juga berharap Ratu Dewa dan Dinas Pendidikan turut menindaktegas kasus ini.
Untuk pihak sekolah, jika memang solusinya anaknya pindah ke sekolah lain, tolong follow upnya, jangan lepas tangan.
Kasus ini juga bisa menjadi imbauan agar kejadian yang dialami anaknya tidak terjadi lagi di lingkungan sekolah mana pun," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com
Sumber: Sriwijaya Post
| Sebelum Meninggal Siswa SMP Tangsel Korban Bullying Koma Seminggu, Muncul Isu Sakit Tumor |
|
|---|
| Kasus Bullying di Tangsel: Siswa SMPN 19 Meninggal Dunia Setelah Empat Bulan Alami Perundungan |
|
|---|
| Pemkot Tangsel Soroti Kasus Perundungan Tewaskan Siswa SMP, Polisi Belum Tetapkan Tersangka |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Kota Palembang Senin, 17 November 2025: Pagi Berawan, Sore Hujan Ringan |
|
|---|
| Awal Mula Perundungan Siswa SMP di Tangsel, Alami Kelumpuhan dan Meninggal di RS Fatmawati |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/1922256694.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.