Kamis, 20 November 2025

10 Kejanggalan Kasus Kematian Dosen Muda di Semarang, Buat Keluarga Curiga

Berikut 10 kejanggalan dalam kasus kematian dosen muda Untag Semarang berinisial DLL (35) yang tewas di sebuah kostel

Istimewa/TribunJateng.com
PROSES EVAKUASI - Kepolisian melakukan evakuasi mayat perempuan berinisial DDL di sebuah kamar hotel Jalan Telaga Bodas Raya Nomor 11 Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025). Korban merupakan dosen muda di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Untag) yang ditemukan tewas pertama kali oleh seorang polisi berpangkat AKBP. 
Ringkasan Berita:
  • Dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35) ditemukan meninggal dunia pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB di sebuah kostel (kos-hotel) di Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.
  • Muncul informasi bahwa seorang polisi berpangkat AKBP berinisial B menjadi saksi pertama yang menemukan jenazah korban.
  • Berikut 10 kejanggalan dalam kasus kematian dosen muda Untag Semarang berinisial DLL (35) yang tewas di sebuah kostel
 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus kematian dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35) kini menjadi sorotan publik.

Ia ditemukan meninggal dunia pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.30 WIB di sebuah kostel (kos-hotel) di Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.

Keluarga dan masyarakat mempertanyakan penyebab kematiannya, terutama karena sejumlah fakta di lapangan dinilai tidak wajar.

Perhatian publik semakin besar setelah muncul informasi bahwa seorang polisi berpangkat AKBP berinisial B menjadi saksi pertama yang menemukan jenazah korban.

AKBP B yang merupakan saksi kunci kematian DLL, adalah polisi yang bertugas sebagai Pengendalian Massa (Dalmas) di Direktorat Samapta Polda Jawa Tengah.

Keluarga mengaku tidak menerima dan menilai ada banyak hal yang janggal dari kasus ini.

Berikut 10 kejanggalan dalam kasus kematian dosen muda tersebut.

10 Kejanggalan Kematian Dosen Muda di Semarang

1. Penjelasan Polisi Vs Kondisi Jenazah Tidak Selaras

Polisi menyimpulkan kematian karena sakit tanpa tanda kekerasan, tetapi:

Baca juga: Polisi Duga Dosen Untag Semarang Tewas Imbas Sakit, Kerabat Sebut Alat Vital Korban Berdarah

  • Ada darah keluar dari hidung dan mulut korban
  • Ada bercak darah di bagian intim korban
  • Wajah korban dalam foto disebut berbeda drastis dari kondisi normal

Polsek Gajahmungkur mengungkap kematian dosen Untag itu disebabkan karena sakit.

Dugaan ini muncul karena dua hari berturut-turut sebelum meninggal dunia, korban sempat berobat ke RS Telogorejo, Semarang.

Kapolsek Gajahmungkur, AKP Nasoir, mengatakan berdasarkan hasil rekam medis tersebut, korban tercatat memiliki tensi darah sekitar 190 milimeter air raksa dan gula darah 600 miligram per desiliter.

Korban hanya menjalani rawat jalan selepas pemeriksaan kesehatan itu.

"Jadi diduga korban meninggal dunia karena sakit. Tim Inafis Polrestabes Semarang juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban," ujar Nasoir, Selasa (18/11/2025) melansir TribunJateng.com.

Namun berdasarkan penjelasan keluarganya, Tiwi, korban tidak punya riwayat penyakit berat sebelumnya.

Dosen Untag tersebut selama ini juga terlihat sehat.

"Korban dari dulu kelihatan sehat tidak ada tanda-tanda sakit tertentu," beber Tiwi.

Selain itu, saat keluarga menerima foto dan informasi kematian korban, ada bagian beberapa tubuh korban terlihat mengeluarkan darah.

"Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban, kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban."

"Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," terang Tiwi.

2. Korban Ditemukan dalam Kondisi Tidak Wajar

Saat ditemukan, korban dalam keadaan tanpa busana.

Dosen Untag itu telentang di lantai tanpa alas.

Dengan keadaan ini, keluarga menganggap kematian korban sebagai kondisi tidak lazim bagi orang yang meninggal karena sakit.

Terlebih, korban ditemukan di sebuah kostel, bukan tempat tinggal asli yang disewa korban.

3. Keterlambatan Informasi kepada Keluarga

Korban ditemukan meninggal pukul 05.30 pagi, tetapi keluarga baru diberi tahu pada petang hari.

Rentang waktu yang cukup jauh memunculkan dugaan adanya keterlambatan yang disengaja dalam pengungkapan kasus ini.

4. Hubungan dengan Polisi AKBP B Menimbulkan Pertanyaan

Keluarga menaruh rasa curiga adanya hubungan antara korban dengan Polisi AKBP B.

Sebab, korban tercatat satu Kartu Keluarga (KK) dengan polisi AKBP B.

Padahal keluarga mengaku tidak pernah mengetahui soal hubungan kekeluargaan ini.

Keluarga menduga, korban sengaja dimasukkan ke KK polisi untuk keperluan pindah KTP, tetapi keluarga tidak mengetahuinya.

5. Lokasi Kematian Bukan Tempat Tinggal Asli

Tiwi mengungkapkan, merupakan warga asli Purwokerto yang merantau ke kota Semarang selepas ayah dan ibunya meninggal dunia.  

Korban sudah merantau bekerja di Kota Semarang selama empat tahun terakhir.

"Korban masih sendiri (lajang), ia kuliah hingga jadi dosen tetap di Untag sekitar 2021-2022," jelas Tiwi.

Selama di Semarang, korban sebenarnya tidak tinggal di kos-hotel tersebut.

Korban memiliki kamar kos yang lokasinya memang tak jauh dari kostel tempat korban ditemukan meninggal dunia.

6. Aktivitas Terakhir Korban Menimbulkan Tanda Tanya

Belakangan, korban dikabarkan sering keluar masuk kostel tersebut, meski memiliki kamar kos sendiri.

Dari pengakuan keluarga, keluarga tidak mengetahui apa urusan korban selalu mengunjungi kostel tersebut.

7. Keluarga Belum Menerima Hasil Autopsi

Sampai Selasa kemarin, pihak keluarga mengaku belum mengetahui hasil autopsi.

Hingga Selasa malam hari, keluarga masih menunggu keterangan dari pihak rumah sakit.

Kabarnya, kata Tiwi, hasil autopsi jasad korban akan disampaikan kepada pihak keluarga Rabu, hari ini.

"Untuk hasil autopsi nanti kami kabari besok (Rabu, 19 November 2025)," terang Tiwi.

8. Polisi AKBP B Tak Terlihat 

Selama keluarga menunggu proses autopsi jasad dosen Untag tersebut, keluarga tak bertemu dengan oknum polisi AKBP B yang katanya orang pertama yang menemukan korban.

Padahal, jika mengacu KK, korban dan polisi tersebut tercatat sebagai “saudara”.

"Kalau namanya saudara harusnya hadir (saat autopsi) karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," terang Tiwi.

9. Minimnya Penjelasan dari Pihak Kepolisian

Sampai saat ini, polisi tidak menjelaskan lebih detail soal hubungan korban dengan AKBP B.

Penyampaian informasi hanya sebatas dugaan meninggal karena sakit tanpa merinci temuan detail dari olah TKP maupun hasil medis korban, sementara.

10. Keluarga Merasa Ada Banyak Ketidakwajaran

Pihak keluarga besar sebenarnya merasakan banyak kejanggalan, mulai dari cara korban ditemukan, kondisi tubuh, keterkaitan dengan seorang polisi, hingga minimnya transparansi informasi dari kepolisian.

Kendati merasa janggal, keluarga besar korban sejauh ini masih mendiskusikan langkah hukum ke depannya.

"Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi silahkan nanti keluarga terutama kakak kandung dari korban (yang memutuskan)," ujar Tiwi.

Sebagian artikel telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Polisi Ungkap Korban Sakit, Namun Keluarga Temukan Sejumlah Kejanggalan dalam Kematian Dosen Untag 

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Pravitri Retno Widyastuti)(TribunJateng.com/Moh Anhar)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved