Kisah Sukses Putra Siregar PStore, Hijrah ke Jakarta usai Disarankan Atta Halilintar
ing Giveaway' atau rajanya memberi hadiah, demikian predikat pengusaha ponsel, Putra Siregar.
Editor:
Anita K Wardhani
Soal kasus yang sempat ramai kemarin, kok bisa sampai terjadi seperti itu?
Usai ditetapkan sebagai tersangka, jujur mental saya terguncang. Karena semua orang jadi menanyakan ke saya, ada apa dengan saya? Mental saya rusak, kalau saya tidak kuat mungkin saya sudah gila.
Pemberitaan juga makin liar tanpa mengetahui duduk perkaranya. Saya merasa seperti ada upaya pembunuhan karakter. Pengaruh ke toko pun ada. Yang datang tetap ramai tapi yang beli menurun.
Mereka datang ya kayak ngegosip aja gitu. Memang penjualan menurun drastis dua hari setelah foto itu beredar. Jadi awalnya itu toko saya didatangi (petugas) Bea Cukai, bukan di pelabuhan atau bandara.
Saya lupa kapannya, tapi di tahun 2017 itu teman saya menghubungi malam-malam mau jual barang ke saya. Posisi saya di Batam. Dia butuh uang dan mau jual barang, dan saya bilang datang saja ke toko di Condet, ada saudara saya, Lahatta dan Leris yang biasa jaga dan melayani pembeli.
Kemudian dia datang ngantar barang bersama petugas Bea Cukai. Nah, ditanyakan lah ini barang (handphone) punya siapa, karena kepabeanannya bermasalah. Padahal itu barang mau dilihat dulu baru dibayar.
Tapi sama petugas Bea Cukai langsung dibawa barangnya ke kantor, terus saudara saya dibawa, tiga hari diperiksa. Terus enggak lama saya dapat surat panggilan.
Saya sempat dituduh melakukan TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang). Saya sempat serahkan rekening dan aset. Silahkan dicek, saya enggak pernah uang saya lalu lalang ke luar negeri karena saya pedagang mulai dari nol, jika dapat uang ya saya beli barang.
Terakhir, Anda pernah mendapat penghargaan MURI untuk dua kategori yaitu 'Siaran Langsung Penyembelihan Hewan Qurban dan Tempat Ibadah Terbanyak' dan 'Pembagian Puket Daging Qurban oleh Ojek Terbanyak'. Apa maknanya buat bisnis Anda?
Ya sebetulnya tahun 2020 lalu menjadi tahun kurban terbanyak selama saya menjadi pengusaha, ada 404 hewan kurban (220 ekor kambing, 183 sapi, dan 1 ekor unta/khusus ini dikirim ke Palestina) yang disebar ke tempat ibadah dan pondok pesantren di seluruh Indonesia pas Hari Raya Idul Adha. Semua pakai uang hasil usaha, kisarannya hampir Rp 6 miliar. Apa yang saya kurbankan itu bentuk kepedulian kepada sesama yang membutuhkan karena banyak yang terdampak pandemi Covid-19. Saya tidak takut miskin karena saya tidak kaya. Bagi saya, semua yang saya dapatkan selama ini berasal dari sedekah. (ARI/EKO).