Jemaah Umrah Meningkat, Waspadai Tripledemic dan Penyakit Pernapasan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah jemaah umrah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan signifikan.

Kecenderungan ini dipicu oleh beberapa faktor utama, mulai dari peningkatan ekonomi umat, kesadaran beribadah, hingga lamanya antrean keberangkatan haji.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Bidang Kesehatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI)  dr. Endy Muhammad Astiwara, MA, AAAJI, FIIS. 

Baca juga: Lansia Alami Penurunan Kekebalan Tubuh, Antisipasi Tripledemic dengan Vaksinasi

"Jemaah umrah ini memang selalu meningkat," ujarnya dalam Diskusi media Ibadah Tanpa Gangguan: Lindungi diri dari RSV sebelum Umrah bersama di Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2025).

Menurutnya, saat ini semakin banyak umat Islam di Indonesia yang masuk ke dalam kategori kelas menengah, sehingga mereka memiliki kemampuan finansial untuk berangkat umrah.

Selain itu, antrean haji yang begitu panjang, bahkan bisa mencapai 15 hingga 20 tahun, membuat masyarakat memilih umrah sebagai alternatif untuk menyalurkan kerinduan beribadah ke Tanah Suci. 

“Kalau untuk haji khusus ya haji khusus itu rata-rata 7 tahun. Sekarang akan bisa diperpendek mungkin sehingga 6 tahun,” ungkapnya.

Fenomena ini pun didorong oleh berbagai kebijakan, termasuk pembatasan kuota haji oleh Pemerintah Arab Saudi yang berdampak pada keterlambatan keberangkatan jemaah Indonesia. 

Hal ini menjadikan umrah sebagai pilihan yang lebih realistis dan segera dilakukan.

Tren Umrah Liburan dan Kesiapan Kesehatan

Kini, tren berumroh saat masa libur juga meningkat. 

Banyak keluarga yang memanfaatkan waktu cuti atau liburan sekolah untuk berangkat umroh bersama. 

Namun, di balik pertumbuhan positif ini, muncul tantangan baru, khususnya terkait kesehatan jemaah.

Saat ini dunia menghadapi ancaman kesehatan global yang disebut tripledemic, yaitu kombinasi dari virus flu, RSV (Respiratory Syncytial Virus), dan COVID-19.

Ketiganya dapat menyebar dengan cepat, terutama di lokasi dengan tingkat kepadatan tinggi seperti Tanah Suci.

“Flu ini sebetulnya sudah lama jadi isu ya. Dan ya banyak diderita karena memang preventifnya kurang dari para jamaah ya,” imbuhnya. 

Ia pun juga menyoroti rendahnya kesadaran jamaah dalam pencegahan. 

Kebiasaan seperti tidak memakai masker dan mengonsumsi air dingin saat cuaca panas turut memperparah risiko.

Risiko Penyakit Pernapasan Meningkat

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa banyak jamaah yang harus dirawat selama ibadah haji karena penyakit pernapasan. 

Pneumonia menempati posisi tertinggi, disusul oleh PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), serta penyakit bawaan seperti diabetes, gagal jantung, dan dispepsia.

Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa 36,2 persen jamaah terpapar RSV selama ibadah, sementara 21,8 persen dari anggota keluarganya juga terdampak. 

Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga jamaah terpapar risiko penyakit pernapasan, yang bisa berdampak serius jika tidak diantisipasi sejak awal.

Vaksinasi: Langkah Preventif Terbaik

Mengingat tingginya risiko tersebut, vaksinasi menjadi langkah preventif yang sangat disarankan. 

Vaksinasi flu, COVID-19, dan lainnya yang relevan sangat dianjurkan bagi calon jamaah umroh, terutama yang memiliki riwayat penyakit kronis.

“Preventif yang paling baik atau yang probabilitas paling tinggi untuk bisa mencegah itu adalah dengan vaksinasi,” tegasnya. 

Kenaikan angka jemaah umroh memang menjadi tanda positif meningkatnya kesadaran spiritual masyarakat. 

Namun, penting bagi para calon jamaah untuk menyadari bahwa ibadah ini bukan hanya soal kesiapan rohani dan finansial, melainkan juga soal kesiapan fisik dan kesehatan. 

Dengan langkah pencegahan yang tepat, ibadah umroh dapat terlaksana dengan lancar dan aman.