Selasa, 9 September 2025

Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi

Kondisi yang kerap dianggap sepele ini sejatinya menyimpan risiko besar terhadap tumbuh kembang anak.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Hasil olah AI Grook
ILUSTRASI BAYI - Ilustrasi bayi yang merupakan hasil olah AI Grook, Rabu (25/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anemia defisiensi besi (ADB) pada bayi dan anak masih menjadi tantangan serius di Indonesia. 

Data menunjukkan prevalensi kasus ini masih tinggi, bahkan pada bayi usia dini. 

Kondisi yang kerap dianggap sepele ini sejatinya menyimpan risiko besar terhadap tumbuh kembang anak.

Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K) mengingatkan bahwa anemia defisiensi besi tidak hanya menurunkan daya tahan tubuh.

Baca juga: Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter

Tapi juga menghambat kualitas generasi mendatang. 

“Kejadian anemia defisiensi besi ini sudah banyak di negara lain juga, tidak hanya di kita. Bila mana saudara melihat yang warna merah marun itu menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi selanjutnya saya katakan ADB yang di atas 40 persen sehingga harus ditangani dengan lebih baik,” jelas Prof. Harapan.

Tingginya Prevalensi di Indonesia

Prof Harapan memaparkan jika secara global, prevalensi anemia pada anak usia 6–59 bulan mencapai 39,8 persen (2019). 

Di Indonesia, angkanya tidak jauh berbeda, yaitu 38,5 persen , dan sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi. 

Namun, angka di beberapa daerah bahkan lebih mencemaskan.

“Di tempat kami di Kalimantan Selatan, prevalensinya sampai 47 persen. Tahun 2022 rupanya angkanya meningkat kembali, defisiensi besi 10,9 perse dan angka ADB-nya lebih tinggi lagi 58,6 persen pada bayi usia 1–4 bulan,” ungkapnya.

Fenomena ini menegaskan bahwa perhatian terhadap asupan zat besi sejak masa bayi sangat krusial. 

Pada usia 0–12 bulan, bayi membutuhkan cadangan zat besi yang memadai, terutama untuk mendukung pertumbuhan otak dan tubuh. 

Sayangnya, bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah berisiko memiliki cadangan zat besi lebih sedikit, sehingga lebih rentan mengalami anemia.

Gejala yang Sering Diabaikan

Banyak orang tua tidak menyadari tanda-tanda anemia pada anak karena gejalanya kerap samar. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan