Senin, 1 September 2025

Menkomdigi Meutya Hafid: Masa Depan AI Milik Semua Bangsa, Bukan Prerogatif Segelintir Negara

Meutya menekankan bahwa Indonesia sedang berada dalam fase yang sangat strategis secara demografis, digital, dan geopolitik.

Penulis: Reza Deni
Editor: Erik S
HO-Menkomdigi
MENKOMDIGI DI FORUM TEKNOLOGI GLOBAL: Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid (kedua dari kanan) dalam sesi panel bertajuk “Wanted: AI to Retain and Attract Talents to the Country,” di sebuah forum teknologi global “Machines Can See 2025” di Dubai. Dia menyerukan perlunya membangun ekosistem AI yang etis, inklusif, dan mencerminkan keberagaman dunia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, menyampaikan pesan soal masa depan kecerdasan buatan (AI) bukanlah hak istimewa segelintir negara, tapi warisan bersama umat manusia. 

 

Dalam sesi panel bertajuk “Wanted: AI to Retain and Attract Talents to the Country,” di sebuah forum teknologi global “Machines Can See 2025” di Dubai, Meutya menyerukan perlunya membangun ekosistem AI yang etis, inklusif, dan mencerminkan keberagaman dunia.

 

"Teknologi harus mencerminkan keberagaman dunia, bukan hanya prioritas segelintir orang,” ujar Meutya saat tampil sebagai pembicara, dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).

Baca juga: Mahasiswa Universitas Udayana Buat Konten Asusila Edit Foto dengan Bantuan AI, 35 Orang Jadi Korban

Meutya menekankan bahwa Indonesia sedang berada dalam fase yang sangat strategis secara demografis, digital, dan geopolitik.

 

"Dengan lebih dari 212 juta pengguna internet aktif dan status sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian aktif dalam membentuk masa depan teknologi global," kata dia.

 

Meutya juga menggarisbawahi kesamaan pendekatan yang dibangun Indonesia bersama negara-negara BRICS dalam menciptakan ekosistem AI yang bertanggung jawab. 

 

Fokus utamanya mencakup kesetaraan akses, penguatan perspektif global selatan, dan pemanfaatan AI untuk menjawab tantangan nyata masyarakat.

“Inisiatif Indonesia dengan dialog BRICS semakin mencakup isu-isu seperti menjembatani kesenjangan digital, memajukan solusi pedesaan yang cerdas, dan menjaga kedaulatan data, seperti pemantauan bencana berbasis AI, pertanian cerdas, dan diagnostik kesehatan jarak jauh,” kata dia.

 

Lebih lanjut, Meutya menjelaskan bahwa pendidikan, ketahanan pangan dan penyediaan layanan publik menjadi tiga aspek yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Indonesia. 

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan