Tribunners / Citizen Journalism
Shin Tae Yong Dipecat
Teori Hans Kelsen Vs Teori Sosiologi dalam Kasus Shin Tae-yong Vs Patrick Kluivert
Kedatangan pelatih baru kesebelasan nasional Indonesia, Patrick Kluivert belum sepenuhnya menghilangkan kontraversi dibalik pergantian Shin Tae-yong
Editor:
Theresia Felisiani
Jika gagal, Patrick Kluivert hanya menghadirkan sebagian kepingan: yakni aspek komunikasi, harmonis serta kepemimpinan sesuatu yang dinilai kurang atau tidak ada dari Shin Tae-young. Sebaliknya kalau Patrick Kluivert tak berhasil menembus Piala Dunia, dia gagal memberikan prestasi, kepingan yang sudah dimiliki Shin Tae-young. Kalau itu terjadi, sebagaimana sikap profesionalitas kita kepada Shin Tae-young, terhadap Patrick Kluivert pun harus diterapkan hal sama. Profesional. Tak perlu ada belas kasihan untuk memecatnya, walaupun usia kepelatihanbya baru seumur jagung.
Sebaliknya, jika Patrick Kluivert berhasil mencapai hasil yang baik melawan Asutralia dan menang melawan China dan Bahrain, serta meloloskan Indonesia ke Final Piala Dunia 2026, berarti dia mampu menyatukan kepingan sosial yang sudah dimilikinya dan kepingan prestasi yang sebagian sudah dimiliki Shin Tae-young. Dengan kata lain Patrick Kluivert merupakan kepingan hilang yang telah kita temukan kembali untuk menyatukannya dengan Kepingan yang telah kita miliki lewat Shin Tae-young.
Dalan konteks ini, tegasnya Patrick Kluivert berhasil menyatukan teori kemurnian sepak bola yang kita pinjem dari teori kemurnian Hans Kelsen dengan teori hukum sosiologis yang merupakan kenyataaan harapan masyarakat bangsa Indonesia. Dalam dua bulan ke depan sudah akan terbukti mana yang benar dan mana yang blunder.*
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.