Jumat, 3 Oktober 2025

Revitalisasi UMKM Jadi Kunci Berputarnya Roda Ekonomi yang Terimbas Pandemi

Lima bulan UMKM dan sektor ekonomi kena hantaman krisis pandemi. Realisasi sangat membuat kita prihatin. Stimulus kurang dari satu persen

TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pekerja menggoreng tempe goreng khas Bandung di toko oleh-oleh di Jalan Soekarno Hatta, seberang Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Jumat (29/5/2020). Pandemi Covid-19 yang berujung adanya larangan mudik Lebaran, berdampak pada pelaku UMKM yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan, seperti pedagang oleh-oleh khas Bandung ini yang mengalami penurunan omzet hingga 80 persen dibanding Lebaran sebelumnya. Hal tersebut karena Lebaran di tahun ini minim pembeli karena pemudiknya nyaris tidak ada. Musim Lebaran sebelumnya pedagang oleh-oleh di kawasan ini biasa menyetok tempe goreng untuk H-7 hingga H+7 sebanyak lebih dari satu ton, sementara di saat pandemi Covid-19 ditambah adanya larangan mudik produksi tempe goreng untuk penjualan selama Lebaran tidak sampai satu kuintal. (TRIBUN JABAR/KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Situasi dan kondisi ekonomi terkini sebaiknya segera disikapi pemerintah lewat reorientasi baru di sektor ekonomi.

Hal itu diungkapkan pengusaha Sandiaga Uno. Menurutnya, langkah riil harus segera dilakukan di beberapa sektor krusial.

Dia menjelaskan UMKM memegang peranan penting dalam menjaga roda ekonomi di indonesia.

"Jika kita fokus pada narasi besar tanpa ada eksekusi, kemungkinan ekonomi semakin terpuruk dan masuk fase kerusakan permanen," ungkap Sandi dilansir Warta Kota, Senin (6/7/2020).

Mengenai siasat menghidupkan ekonomi masyarakat terutama di tengah covid-19 ini, Sandi menegaskan revitalisasi UMKM menjadi kunci.

"UMKM terkena hempasan badai duluan ibarat pertarungan tinju UMKM terpukul jatuh di ronde pertama dari pertarungan. Sejak awal UMKM terdampak karena permintaaan turun dan kurang," kata dia.

Dia mendengar curhatan pedagang UMKM dan pencetak lapangan kerja sebagai kontributor 97 persen lapangan kerja.

Penjualan menurun, permodalan terkendala pesanan drastis terjun, logistik tidak lancar dan kredit macet harus dihadapi perusahaan perbankan.

"Survei sampai proyeksi 47 persen UMKM berhenti usaha nyatanya jauh lebih besar lagi. Tak hanya bisnis, tetapi ekonomi keluarga dan pekerja tertekan dengan naiknya biaya hidup," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, perlu reprioritizing. Di setiap krisis bertahan dan bangkit karena peran UMKM amat besar.

Pemerintah sudah buat paket kebijakan, namun, dia menambahkan, betapa rendah realisasi.

"Lima bulan UMKM dan sektor ekonomi kena hantaman krisis pandemi. Realisasi sangat membuat kita prihatin. Stimulus kurang dari satu persen dari yang dianggarakan sudah tereksekusi. Pemerintah ingin membantu UMKM, tetapi belum konkret hasil kerja," jelas Sandi.

"Kelihatannya pemerintah belum membantu UMKM, sebaliknya malah UMKM yang bantu pemerintah," kata wakil ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini.

Sandi merasa cemas pada hal itu.

Pasalnya pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis mereka memiliki keluarga yang harus dihidupi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved