Rahasiakan Negara Asal Impor Beras, Budi Waseso Singgung soal Mafia Jaringan Internasional
Dirut Perum Bulog Budi Waseso atau karib disapa Buwas kembali menyebut soal mafia saat mengecek ketersediaan beras Bulog
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirut Perum Bulog Budi Waseso atau karib disapa Buwas kembali menyebut soal mafia saat mengecek ketersediaan beras Bulog di Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2023).
Buwas mengatakan, enggan membeberkan asal impor beras dari negara mana untuk pasokan dalam negeri.
Pasalnya, jika asal negaranya dibeberkan, maka akan menimbulkan permainan yang berujung adanya keterlibatan mafia.
Seperti diketahui, Bulog masih akan mengimpor beras sebanyak 400 ribu ton tahun ini untuk memenuhi kuota yang ditugaskan, yaitu sebesar 2 juta ton sepanjang 2023.
Baca juga: Budi Waseso Geram, Beras SPHP Kemasan 5 Kg Dijual di Shopee, E-Commerce Diminta Takedown
"Enggak ada bidik-bidikan. Semua negara produksi kita ajak ngomong. Saya tidak akan memberitahukan negara karena begitu saya sampaikan negara, pasti ada permainan. Ini kan jaringan internasional, di negara luar juga ada mafianya," katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip pada Sabtu (9/9/2023).
Buwas menyebut hal itu menjadi strategi negara untuk membeli beras dari luar negeri. Jadi, untuk menghindari permainan harga di luar negeri ketika Indonesia akan membeli.
Ia mengatakan, meski saat ini sedang dalam situasi kekeringan dahsyat akibat El Nino, mengimpor beras tidaklah sulit. Sebab, masih ada negara lain yang produksi berasnya melimpah.
"Ini sekarang kan ada El Nino, tapi kan kita lihat di berita ada berapa wilayah negara yang justru banjir (produksi beras, red)," ujar Buwas.
"Jadi, masih ada negara yang produksi beras. Kita tidak usah khawatir. Di situ lah yang harus kita pantau, kita lakukan komunikasi," sambungnya.
Baca juga: Harga Beras Naik Jadi Rp 10.900 Per Kilogram, Bapanas Ungkap Pemicunya
Dia juga mengungkap ada sejumlah syarat atau ketentuan yang diperhatikan Bulog dalam memilih beras impor yang dibeli. Pertama, jenis berasnya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, kualitasnya harus baik.
"Ketiga, ya harganya. Keempat, waktu kecepatan kita memasukkan negara itu," pungkasnya.
Buwas pun mengingatkan masyarakat Indonesia tidak perlu panik soal pangan.
Walaupun harga beras tinggi karena ada pengurangan produksi, tetap ada pangan lainnya yang bisa dimanfaatkan seperti ubi, kentang, dan singkong.
"Artinya, situasi kondisi ketahanan pangan, khususnya negara kita, ini aman. Apalagi Bulog memiliki 1,6 juta ton (cadangan beras pemerintah)," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa Bulog sebenarnya tidak ragu untuk menyalurkan 100 persen beras selama itu dibutuhkan.
Maka dari itu, Buwas meminta masyarakat tak perlu khawatir akan stok beras.
Diberitakan sebelumnya, Indonesia akan kedatangan 400 ribu ton beras pada akhir tahun ini. Jumlah tersebut merupakan kloter terakhir dari total 2 juta ton beras impor yang ditargetkan tahun ini.
Impor beras ini diperuntukkan khusus cadangan beras pemerintah (CBP). Nah, CBP sendiri bukan langsung digelontorkan begitu saja ke pasar, tetapi tujuannya untuk stabilisasi harga beras saat naik hingga stabilisasi stok saat menipis.
Diketahui, Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk mengimpor 2 juta ton beras sepanjang tahun ini.
Direktur Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, beras impor ini akan tiba pada akhir November atau awal Desember tahun ini dan tidak akan ada penambahan lagi.
Baca juga: Mulai Senin Besok, Pemerintah Bakal Salurkan Bantuan Beras 10 Kg
"Enggak lah (tidak tambah beras impor, red). Pokoknya itu sudah kuota kita yang harus kita selesaikan. Itu sudah cukup. Makanya sekarang kita harus segera menggelontorkan supaya tidak menumpuk di gudang," kata Buwas, sapaan akrabnya, kepada wartawan di Jakarta, dikutip pada Selasa (29/8/2023).
Ia mengatakan, mekanisme penyaluran beras impor sudah tidak lagi dilakukan dengan cara menumpuk di satu tempat, tapi langsung ke wilayah tujuan.
Baca juga: Beri Efek Jera, Hakim MA Diminta Perberat Hukuman untuk Mafia Tanah
"Jadi sekarang kita tidak tumpuk di satu tempat. Kalau dulu kan banyak di Jawa. Umpamanya di Jakarta dan di Jawa Timur. Sekarang enggak. Langsung dikirim ke daerah-daerah, bahkan di Papua pun kita langsung kirim dari Thailand," ujar Buwas.
Dalam kesempatan sama, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, transfer cadangan beras pemerintah dari 2023 ke 2024 lebih dari satu juta ton.
"Jadi itu mau kita spend untuk stabilisasi akhir tahun dan awal tahun," kata Arief.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.