Sabtu, 16 Agustus 2025

Pakar Keuangan Nilai Anjloknya Harga Saham BUMN Murni Faktor Pasar, Bukan karena BPI Danantara

Presiden Prabowo Subianto tengah mempersiapkan peraturan pendukung untuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Tribunnews/JEPRIMA
Pekerja bermain hp dengan latar belakang layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan. 

Sementara CCO mengawasi fungsi sumber daya manusia dan mendukung komite remunerasi dan nominasi perusahaan portofolio dalam desain rencana insentif manajemen, kompensasi direktur eksekutif dan non-eksekutif, serta penunjukan ke dewan perusahaan-perusahaan tersebut.

"Dengan demikian, sangatlah tepat sekali jika Presiden menunggu kesiapan BPI Danantara sebelum meresmikannya," ungkapnya.

Ke depan, lanjut Deni, Danantara holdings haruslah mengukur keberhasilan dalam mencapai visi melalui serangkaian metrik kinerja yang komprehensif. Yang mencerminkan komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. Salah satu indikator utama adalah nilai portofolio bersih atau Net Portfolio Value (NPV).

Selain itu, lanjut Deni, BPI Danantara harus memperkenalkan laporan keberlanjutannya. Menyoroti kemajuan dan tantangan dalam perjalanan mereka menuju nol emisi bersih, pertumbuhan inklusif, dan positif terhadap alam.  

"Metrik lain yang penting adalah total pengembalian saham atau total shareholder return disingkat TSR. Mencerminkan pengembalian yang dihasilkan untuk pemegang saham," imbuhnya.

Untuk jangka waktu 10 hingga 20 tahun, misalnya, TSR BPI Danantara harus stabil masing-masing di level 6 persen dan 7 persen. Selaras dengan mandat BPI Danantara untuk menghasilkan pengembalian yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

"Sedangkan TSR satu tahunnya adalah 1,60 persen, harus menunjukkan kinerja investasi terkini. Jika tidak hati-hati, TSR mungkin saja negatif. Jika negatif, maka BPI Danantara tidak bersifat value creation tetapi value destroyer," terangnya.

Dalam hal investasi, kata Deni, BPI Danantara harus bisa mempertahankan kecepatan investasi yang hati-hati, namun stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global. Caranya, tanamkan investasi ke sektor teknologi, layanan keuangan, keberlanjutan, konsumen, dan kesehatan.

"Investasi ini harus selaras dengan empat tren struktural yang mereka identifikasi sebagai penggerak utama, yaitu Digitalisasi, Hidup Berkelanjutan, Masa Depan Konsumsi, dan umur Panjang," kata Deni.  

Selain itu, menurut Deni, BPI Danantara harus menekankan pentingnya keberlanjutan dalam operasinya. Harus fokus untuk ketahanan iklim dan analisis skenario, serta menetapkan metrik dan target portofolio untuk mengelola risiko dan kinerja terkait iklim.

Diketahui, Presiden Prabowo Subianto tengah mempersiapkan peraturan pendukung untuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Kepala BPI Danantara Muliaman Hadad mengatakan, regulasi Danantara masih dibahas bersama kementerian/lembaga terkait.  

"(Regulasi sedang) sudah, nanti tinggal dibahas lebih lanjut. (Regulasi) akan ditandatangani Pak Prabowo," ujar Muliaman di Kompleks Istana Kepresidenan, pekan lalu.

Adapun Wakil Kepala BPI Kaharudin Djenod mengatakan, akan ada regulasi pendukung disiapkan untuk BPI Danantara. Regulasi itu di antaranya peraturan pemerintah, peraturan presiden, hingga regulasi seperti instruksi presiden dan UU.

"Perpres, peraturan pemerintah, kemudian ada kemungkin Inpres, dan terakhir undang-undang. Kalau namanya undang-undang butuh waktu dan bertahap," kata Djenod.

Diketahui, BPI Danantara rencananya akan diluncurkan pada awal November 2024, namun rencana tersebut harus ditunda.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan