Menaker: AI Menjanjikan Efisiensi Sekaligus Memperlebar Kesenjangan
AI telah mengubah industri dan mendefinisikan ulang keterampilan dan transformasi ini harus dikelola secara bijaksana dan inklusif.
Penulis:
Rahmat Fajar Nugraha
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Yassierli, menilai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan sekadar tren, tapi kekuatan transformasional yang mengubah cara dunia bekerja, termasuk di Indonesia.
“AI telah mengubah industri dan mendefinisikan ulang keterampilan. Namun, dengan potensi sebesar itu, transformasi ini harus dikelola secara bijaksana dan inklusif,” ujar Menaker Yassierli pada Pertemuan Menteri Ketenagakerjaan BRICS di Brasil, dikutip Minggu (27/4/2025).
Menurutnya, AI menghadirkan dua sisi tantangan. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi, peningkatan produktivitas, serta peluang kerja dan inovasi baru.
Namun di sisi lain, tanpa tata kelola yang inklusif, AI berisiko memperlebar kesenjangan dan meninggalkan sebagian tenaga kerja.
“Indonesia tidak melihat AI sebagai ancaman, melainkan sebagai kekuatan yang harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Teknologi harus melayani kemanusiaan, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Menaker menjelaskan bahwa Indonesia mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat (people-centric approach) dalam adopsi AI, dengan tujuan menciptakan peluang yang lebih luas, melindungi martabat manusia, dan memperkuat keadilan sosial. Pendekatan tersebut diwujudkan melalui empat fokus utama.
Pertama, inklusi digital. Pemerintah memandang akses terhadap teknologi, infrastruktur, dan literasi digital sebagai hak dasar.
Indonesia berkomitmen memastikan masyarakat pedesaan, pekerja informal, dan kelompok rentan tidak tertinggal dalam transformasi digital.
Kedua, penyiapan keterampilan. Untuk menjawab kesenjangan keterampilan akibat pesatnya kemajuan teknologi, Indonesia mendorong modernisasi pelatihan vokasi melalui kemitraan industri dan pendidikan.
Baca juga: Teknologi AI dalam Ultrasound Bantu Deteksi Dini Penyakit Jantung, Stroke, Hingga Kanker
Program pelatihan nasional dirancang agar pemanfaatan AI dapat dilakukan secara luas, efisien, dan menjangkau lebih dari 280 juta penduduk.
“Kami juga tengah membangun Pusat Produktivitas Nasional dengan AI sebagai tema strategis, baik sebagai subjek riset maupun alat transformasi ketenagakerjaan,” tambahnya.
Ketiga, perlindungan sosial adaptif. Sistem perlindungan sosial harus mampu mengakomodasi masa transisi pekerjaan.
Baca juga: Pakar Pendidikan: Kecerdasan Buatan Buka Peluang Siswa Mempelajari STEM Secara Kritis
Program Asuransi Kehilangan Pekerjaan di Indonesia merupakan contoh nyata, karena menggabungkan dukungan penghasilan, pelatihan ulang, dan fasilitasi penempatan kerja kembali.
Keempat, dialog sosial inklusif. Ia mengatakan, partisipasi aktif pemerintah, pengusaha, dan pekerja menjadi kunci dalam menyusun kebijakan dan kerangka tata kelola AI yang adil dan bertanggung jawab.
Mengenal Badan Industri Mineral, Baru Dibentuk Prabowo di Kala Efisiensi, Kepalanya Mendiktisaintek |
![]() |
---|
Sekolah Rakyat Jadi yang Pertama Gunakan AI Talent DNA di Indonesia |
![]() |
---|
IFLS 2025 Dorong Adopsi AI di Dunia Pendidikan |
![]() |
---|
Persaingan AI Memanas: Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI atas Dugaan Kolusi Antimonopoli |
![]() |
---|
Praktisi Pemasaran Didorong Manfaatkan AI di Intrigue MAdVerse Summit 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.