Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi Listrik Didanai dari Patriot Bond
Danantara Indonesia akan menggunakan sebagian dana hasil penerbitan Patriot Bond untuk membiayai proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik.
Ringkasan Berita:
- Danantara Indonesia akan menggunakan sebagian dana hasil penerbitan Patriot Bond untuk membiayai proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik.
- Untuk skema pembiayaan proyek WtE sejumlah perbankan telah menyatakan tertarik bergabung di proyek ini.
- Komposisi pembiayaan proyek umumnya terdiri atas 70 persen pendanaan dari perbankan dan 30 persen dari ekuitas.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Danantara Indonesia akan menggunakan sebagian dana hasil penerbitan Patriot Bond untuk membiayai proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik atau Waste to Energy (WtE).
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir mengungkap pihaknya memang telah menyiapkan sebagian dana Patriot Bond untuk mendukung proyek WtE.
Namun, ia belum membeberkan secara rinci berapa nilai yang akan dialokasikan
Patriot Bond adalah surat utang perdana yang diterbitkan Danantara dan terdiri atas dua seri, yakni berjangka tenor lima tahun dan tujuh tahun.
Kedua seri Patriot Bond akan menawarkan kupon sebesar 2 persen. Tingkat kupon itu jauh di bawah suku bunga acuan Bank Indonesia yang berada di kisaran 5,8 persen serta lebih rendah dibandingkan obligasi pemerintah sejenis dengan imbal hasil sekitar 6,1 persen.
"Patriot Bond bisa dipakai. Kami sudah sebut dari awal akan menggunakan dana Patriot Bond salah satunya sebagian untuk ini (proyek WtE). Nanti kami akan diskusikan," katanya di Wisma Danantara Indonesia, Jakarta Selatan, Senin (3/11/2025).
Untuk skema pembiayaan proyek WtE sejumlah perbankan telah menyatakan tertarik bergabung di proyek ini.
Perbankan yang tertarik pun tidak hanya dari Himpunan Bank Negara (Himbara) atau bank-bank BUMN, tetapi juga bank swasta nasional dan internasional.
"Banyak sekali dari luar negeri, banyak juga bank-bank dalam negeri di luar Himbara yang sangat tertarik. Kami akan mencari mana yang terbaik untuk setiap proyek," ujar Pandu.
Komposisi pembiayaan proyek umumnya terdiri atas 70 persen pendanaan dari perbankan (debt) dan 30 persen dari ekuitas (equity).
Pandu menilai tingginya minat sektor swasta dan lembaga keuangan untuk terlibat merupakan bukti adanya efek crowding in dari proyek-proyek yang digarap Danantara.
Baca juga: Danantara: TOBA Tak Ikut Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi
Crowding in merupakan istilah ketika investasi publik atau lembaga negara mampu menarik investasi swasta dan lembaga keuangan lain untuk masuk.
"Jadi ini bagus sekali dari sisi capital formation, banyak sektor swasta dan bank-bank asing dan [bank swasta dari] dalam negeri yang ingin ikut. Ini salah satu contoh crowding in dari proyek Danantara," ucap Pandu.
Sebagai informasi, proyek Waste to Energy (WtE) yang digarap Danantara akan dijalankan di 33 area di seluruh Indonesia. Pada tahap awal, terdapat tujuh kota yang telah ditetapkan sebagai lokasi pertama, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bali, Bekasi, dan Tangerang.
Baca juga: Danantara Minta Perusahaan Asing Berinvestasi di Proyek Sampah Jadi Energi Gandeng Perusahaan Lokal
Nilai investasi per proyek ditaksir sebesar Rp 2,3 triliun hingga Rp 3,2 triliun, tergantung lokasi, kapasitas, dan teknologi yang digunakan. Kapasitas pengolahan sampah per proyek adalah di atas 1.000 ton per hari.
Model bisnis dari proyek ini adalah berbasis Power Purchase Agreement (PPA) jangka panjang dengan PLN yang menjamin pembelian energi listrik hasil pengolahan sampah.
Sementara itu, pemerintah daerah akan menjamin kontinuitas pasokan sampah ke fasilitas WtE.
Teknologi dari proyek ini akan berupa incineration (pembakaran termal terkendali) yang telah digunakan di lebih dari 75 persen fasilitas WtE global seperti di Eropa, China, dan Singapura.
Fasilitas WtE ini akan dirancang tertutup, higienis, dan minim bau, dengan area sekitar yang dapat berfungsi sebagai ruang publik hijau.
Lalu, fasilitas WtE hanya akan menerima sampah rumah tangga non-B3, sedangkan sampah berbahaya dan medis dikelola secara terpisah oleh instansi terkait.
Setiap proyek WtE diproyeksikan membuka 3.500 hingga 4.500 lapangan pekerjaan langsung dan tidak langsung pada saat pembangunan dan 270 hingga 330 pekerjaan langsung dan tidak langsung pada saat operasional.
Saat ini, ada 24 perusahaan asing yang telah diumumkan Danantara lolos seleksi dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) Pemilihan Mitra Kerja Sama Badan Usaha Pengembang dan Pengelola Pengolah Sampah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Menjadi Energi Listrik (BUPP PSEL).
Seluruh perusahaan asing tersebut diminta menggandeng mitra dari dalam negeri, baik itu swasta, BUMN, maupun BUMD, lalu membentuk konsorsium.
Setelah konsorsium terbentuk, mereka dapat mengikuti tender untuk menentukan proyek WtE di kota mana yang akan digarap.
| Ekonom: Restrukturisasi Utang Whoosh Buat Indonesia Masuk 'Debt Trap', Bikin Bergantung dengan China |
|
|---|
| Presiden Prabowo Bakal Gelar Rapat Khusus Bahas Utang Whoosh |
|
|---|
| Tidak Ikut Proyek Waste to Energy Danantara, Toba Fokus Ekspansi Internasional |
|
|---|
| Pandu Sjahrir: Jangan Sampai Aturan Baru MSCI Rugikan Saham Fundamental Indonesia |
|
|---|
| Bupati Bogor Rudy Susmanto Sambut Baik dan Dukung Penuh Program PSEL di Wilayah Bogor Raya |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.