Minggu, 9 November 2025

Proyek Kereta Cepat

Agus Pambagio Ungkap Cerita di Balik Awal Proyek Kereta Cepat Whoosh yang Sekarang Merugi

Keputusan berpindah dari proyek kereta cepat Jepang ke Tiongkok secara tiba-tiba memiliki implikasi diplomatik dan finansial yang tidak sederhana.

Istimewa
KERET CEPAT - Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio. Jabar kerugian Whoosh yang mencapai Rp 2 triliun per tahun membuat proyek peninggalan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut kian panas. 

Ringkasan Berita:
  • Kabar kerugian Whoosh yang mencapai Rp 2 triliun per tahun.
  • Keputusan berpindah dari proyek kereta cepat Jepang ke Tiongkok secara tiba-tiba memiliki implikasi diplomatik dan finansial.
  • Agus mengaku sejak awal sudah menyampaikan kekhawatiran terkait pembiayaan proyek.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Kereta Whoosh kembali menjadi sorotan usai Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tidak berencana memberikan dana APBN untuk membayar utang senilai Rp 54 triliun.

Selain itu, kabar kerugian Whoosh yang mencapai Rp 2 triliun per tahun juga membuat proyek peninggalan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut kian panas.

Pakar Kebijakan Publik Agus Pambagio mengungkap kisah di balik awal mula proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh yang kini telah beroperasi. 

Baca juga: Dirut KAI Dipanggil Prabowo, Kereta Cepat Whoosh Turut Disinggung

Dalam wawancara bersama Tribunnews.com di program Saksi Kata, Agus menceritakan bagaimana dirinya sempat dipanggil langsung oleh Presiden Joko Widodo sebelum proyek tersebut dimulai, karena dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap rencana pembangunan kereta cepat.

"Kenapa saya dipanggil? Pasti karena saya terlalu keras mungkin ya. Kalau yang sebenarnya menterinya (Ignasius Jonan) kan dicopot," ujar Agus dalam program Saksi Kata Tribunnews.com, Senin (3/11/2025).

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam itu, Agus mengaku sempat mempertanyakan kepada Presiden Jokowi mengenai ide awal proyek tersebut.

"Saya tanya, pak ini sebetulnya ide siapa? (Jokowi) bilang, 'Saya, mas'. Saya kaget, lalu beliau bilang, 'Mas Agus percaya tidak bahwa bangsa yang maju itu harus menguasai teknologi tinggi?' Saya jawab, percaya," tuturnya.

Menurut Agus, Jokowi kemudian menjelaskan bahwa pilihannya jatuh pada proyek kereta cepat bekerja sama dengan Tiongkok setelah sebelumnya menilai proses dengan Jepang terlalu rumit dan lama.

"Pak Jokowi bilang, 'Wah terlalu lama dan repot. Ini kebetulan saya kemarin ke Cina, diajak Xi Jinping naik kereta. Saya bilang enak sekali. Dia tanya, mau? Ya saya bilang mau'," kata Agus menirukan percakapan saat itu.

Namun, Agus mengingatkan bahwa keputusan berpindah dari Jepang ke Tiongkok secara tiba-tiba memiliki implikasi diplomatik dan finansial yang tidak sederhana.

"Saya bilang, pak itu sudah di frame ini orang, kan tidak etis secara diplomatik, secara hubungan negara. Dia bilang, bisa nanti diselesaikan. Terus saya bilang mahal, nggak bisa nih, coba dihitung. Kaki saya disenggol sama Watimpres, disuruh diem. Ya sudah saya diem," ucapnya sambil mengenang pertemuan itu.

Agus mengaku sejak awal sudah menyampaikan kekhawatiran terkait pembiayaan proyek yang berpotensi membebani keuangan negara tersebut.


"Kalau baca proposalnya, saya khawatir waktu itu. Jadi ini bener nggak bikinnya segala macam. Tapi sudah. Dia bilang ini kan harusnya ngurus Menteri Perhubungan, tapi pak Menteri Perhubungan (Ignasius Jonan) tidak setuju. Jadi saya berikan kepada Bu Menteri BUMN untuk menyelesaikan," ungkapnya menirukan Jokowi pada pertemuan waktu itu.


Menurut Agus, kekhawatiran yang ia sampaikan saat itu kini mulai terbukti dengan berbagai tantangan finansial yang dihadapi proyek kereta cepat.


"Pokoknya saya sudah sampaikan kalau terus kejadian sekarang lah. As I told you," terang Agus.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved