Selasa, 11 November 2025

Redenominasi Tak Bikin Rupiah Lebih Kuat, Fundamental Ekonomi Faktor Utama

Kekuatan rupiah tetap ditentukan oleh stabilitas ekonomi Indonesia sendiri seperti laju inflasi terjaga rendah dan strategi fiskal yang kredibel.

ist
REDENOMINASI RUPIAH - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Josua mengingatkan, rencana Bank Indonesia meredenominasi rupiah tidak serta-merta akan membuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara laibn lebih kuat. 

Ringkasan Berita:
  • Rencana Bank Indonesia meredenominasi rupiah tidak serta-merta akan membuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara laibn lebih kuat.
  • Kekuatan rupiah tetap ditentukan oleh stabilitas ekonomi Indonesia sendiri seperti laju inflasi yang terjaga rendah dan stabil, fiskal yang kredibel, surplus atau defisit eksternal yang sehat.
  • Jika seluruh desain dan prasyarat tersebut dipenuhi, dampak jangka panjang redenominasi rupiah cenderung positif pada efisiensi ekonomi dan persepsi.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan, rencana Bank Indonesia melakukan redenominasi rupiah tidak serta-merta akan membuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara laibn lebih kuat.

Kekuatan rupiah tetap ditentukan oleh stabilitas ekonomi Indonesia sendiri seperti laju inflasi yang terjaga rendah dan stabil, fiskal yang kredibel, surplus atau defisit eksternal yang sehat, serta kepercayaan pasar terhadap kebijakan yang dibuat oleh regulator/pemerintah.

"Itulah sebabnya rancangan kebijakan menempatkan syarat stabilitas makro dan sosial-politik sebagai landasan, melengkapi desain teknis seperti pilihan penghapusan tiga nol, masa harga ganda, rupiah transisi, dan ketentuan pembulatan serta sanksi," kata Josua kepada Tribunnews, dikutip Selasa (11/11/2025).

Ia menilai, apabila seluruh desain dan prasyarat tersebut dipenuhi, dampak jangka panjang redenominasi rupiah cenderung positif pada efisiensi ekonomi dan persepsi, tanpa mengubah nilai riil uang masyarakat.

Josua juga menjelaskan bahwa secara jangka panjang, redenominasi berkontribusi pada kemudahan transaksi, pembandingan harga antarnegara, dan penyederhanaan pelaporan keuangan.

Persepsi terhadap rupiah dinilai dapat membaik karena pecahan menjadi lebih ringkas dan sejajar dengan praktik di banyak negara.

"Biaya logistik uang juga berpotensi menurun seiring proporsi koin dan uang kertas yang lebih efisien," ujar Josua.

Sementara itu, masyarakat sebaiknya memperlakukan redenominasi seperti penggantian satuan ukur, bukan perubahan nilai harta.

Kunci praktisnya, kata Josua, adalah memahami skala konversi yang dipilih pemerintah, mengecek label harga ganda selama masa transisi, dan memperhatikan aturan pembulatan resmi.

"Simpan bukti transaksi, cek ulang tagihan utilitas, cicilan, dan gaji agar konsisten sebelum-sesudah konversi, serta utamakan pembayaran nontunai karena sistem perbankan akan mengonversi nominal secara otomatis," ucap Josua.

Untuk pelaku usaha perlu lebih awal menyesuaikan sistem kasir dan akuntansi, mencetak ulang daftar harga dengan dua tampilan nominal, melatih karyawan garis depan, dan mematuhi ketentuan pelabelan harga ganda serta sanksinya.

Baca juga: Soal Redenominasi Rupiah, Purbaya Tidak Menyebutkan Kapan Diberlakukan

Josua menyebut pendekatan seperti itu membantu meminimalkan peluang pembulatan harga di luar batas wajar.

Sebagai informasi, rencana redenominasi rupiah mencuat setelah muncul wacana dari Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa.

Wacana tersebut tertuang melalui Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Harga Rupiah (RUU Redenominasi) yang ditargetkan rampung pada 2027.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved