Jumat, 14 November 2025

Kementerian ESDM: Produksi Listrik Indonesia 66,52 Persen Berasal dari Batubara

Hingga Oktober 2025, produksi listrik yang dihasilkan PLN dan pembangkit listrik independen (independent power producer/IPP) total mencapai 290 TWh.

Diaz/Tribunnews
LISTRIK DARI BATUBARA - Rapat Kementerian ESDM, PLN Indonesia Power, dan PLN Nusantara Power bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12/2025). Dalam rapat ini, Kementerian ESDM mengungkap hingga Oktober 2025 produksi listrik yang dihasilkan PLN dan pembangkit listrik independen (independent power producer/IPP) total mencapai 290 TWh. 

Ringkasan Berita:
  • Produksi listrik yang dihasilkan PLN dan pembangkit listrik independen total mencapai 290 TWh.
  • Diperlukan upaya untuk menurunkan intensitas emisi melalui penguatan dan percepatan co-firing biomasa.
  • Kontribusi EBT mencapai 37,48 TWh atau sebesar 12,90 persen.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap produksi listrik Indonesia mayoritas berasal dari batubara.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, hingga Oktober 2025, produksi listrik yang dihasilkan PLN dan pembangkit listrik independen (independent power producer/IPP) total mencapai 290 TWh.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengatakan bahwa dari total tersebut, 193,22 TWh atau 66,52 persen bersumber dari batubara.

"Apabila kita telusuri tren bulanan dari Januari hingga Oktober kontribusi batubara relatif tetap mencerminkan peran besar baseload yang selama ini menjadi penopang pasokan listrik nasional," kata Tri dalam rapat bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (13/11/2025).

Baca juga: PERHAPI: Aktivitas Tambang Ilegal Menjalar ke Komoditas Strategis, Batubara hingga Bauksit 

Tri mengatakan, dominasi batubara ini menjadi pengingat bahwa diperlukan upaya untuk menurunkan intensitas emisi melalui penguatan dan percepatan co-firing biomasa.

Sumber energi berikutnya yang menopang sistem tenaga listrik nasional adalah gas yang hingga Oktober menghasilkan 47,46 TWh atau 16,34 persen dari keseluruhan.

Kontribusi gas terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan, mulai dari 4,66 TWh pada Januari, menjadi 47,46 TWh pada Oktober.

"Pembangkit gas berperan penting selain variable sumber yang fleksibilitas dan penyeimbang terutama ketika variabilitas energi terbarukan meningkat," ujar Tri.

Kemudian, untuk EBT, kontribusinya mencapai 37,48 TWh atau sebesar 12,90 persen. Angka ini meningkat dari Januari sebesar 3,72 TWh. 

Menurut dia, tren kenaikan yang stabil menandakan bahwa fondasi dari EBT Indonesia semakin kuat, meski belum mampu menggeser struktur bauran yang signifikan.

Berikutnya adalah kontribusi dari BBM+BBN sebesar 12,2 TWh atau 4,23 persen dari keseluruhan.

"Angka ini kecil, namun strategis untuk daerah-daerah yang berbatasan, keterbatasan jaringan, atau lokasi yang belum terhubung dengan sistem besar," ucap Tri.

Selain itu, Kementerian ESDM memproyeksikan produksi listrik PLN+IPP hingga akhir tahun ini atau selama Januari-Desember mencapai 353 TWh.

Dari jumlah tersebut batubara diperkirakan mencapai 235 TWh atau 66,54 persen, gas 59 TWh atau 15,69 persen, EBT sebesar 44,79 atau 12,67 persen, dan BBM+BBN sekitar 14,52 TWH atau 4,10 persen. 

Dengan demikian, produksi listrik pada 2025 diproyeksikan akan meningkat dibandingkan 2024 sebesar 4,42 persen dari 339 TWh.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved