Asaki: SNI Wajib Ampuh Dongkrak Kinerja Keramik Nasional
Industri keramik nasional kembali menunjukkan kebangkitan signifikan sepanjang 2025
Ringkasan Berita:
- Sejumlah kebijakan pemerintah, mulai dari Antidumping, Safeguard, hingga penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib, terbukti memberikan dorongan besar bagi pemulihan industri keramik
- Industri keramik nasional menawarkan sejumlah kelebihan yang membuat konsep OEM semakin diminati
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri keramik nasional kembali menunjukkan kebangkitan signifikan sepanjang 2025. Sejumlah kebijakan pemerintah, mulai dari Antidumping, Safeguard, hingga penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib, terbukti memberikan dorongan besar bagi pemulihan sektor ini.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto, menyampaikan bahwa tiga kebijakan pro-industri dalam negeri tersebut menimbulkan multiplier effect yang sangat positif pada pelaku industri.
Baca juga: Pengusaha Keramik Siap Dukung Program Rumah Prabowo, Asalkan Pasokan Gas Murah Terjamin
“Tahun ini terdapat tambahan kapasitas produksi baru hingga 25 juta meter persegi dan berhasil menyerap sekitar 1.500 tenaga kerja baru,” ujar Edy, Sabtu (15/11/2025).
Efek lanjutan dari meningkatnya kapasitas produksi tersebut adalah kemampuan industri nasional untuk sepenuhnya menggantikan keramik impor, yang sebelumnya mencapai 80 juta meter persegi per tahun.
Menurut Edy, kabar baik lainnya adalah para importir kini bersinergi dengan produsen lokal melalui skema Original Equipment Manufacturing (OEM). Dengan konsep ini, importir tidak lagi harus mendatangkan produk dari luar negeri, tetapi bekerja sama dengan pabrikan dalam negeri untuk memproduksi keramik dengan merek mereka sendiri.
“Hampir 90 persen importir besar yang bonafid telah menandatangani kontrak OEM dengan industri keramik nasional, dan mereka mengaku lebih puas dibanding mengimpor sendiri,” jelas Edy.
Industri keramik nasional menawarkan sejumlah kelebihan yang membuat konsep OEM semakin diminati. Beberapa di antaranya yaitu, pertama, Kepastian suplai dan ketepatan waktu pengiriman, sehingga tidak ada keterlambatan akibat proses logistik internasional.
Baca juga: Industri Keramik Sudah Rumahkan Karyawannya Imbas Pasokan HGBT Tersendat
Kedua, Harga lebih stabil karena tidak dipengaruhi fluktuasi kurs valuta asing. Ketiga, Pelayanan purna jual dan garansi kualitas yang tidak mungkin diperoleh jika melakukan impor langsung.
Keunggulan tersebut membuat ekosistem industri keramik nasional semakin kompetitif, sekaligus memperkuat substitusi impor di sektor penunjang pembangunan dan properti.
Asaki menilai bahwa keberhasilan ini menunjukkan efektivitas sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pelaku pasar.
Edy berharap kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dapat terus dipertahankan sehingga pertumbuhan positif dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
Dengan permintaan keramik nasional yang terus meningkat, ditambah kemampuan produsen dalam negeri yang semakin kuat, sektor keramik diproyeksikan akan menjadi salah satu motor penggerak industri manufaktur nasional pada tahun 2026.
Kata Edy juga SNI sangat proposional untuk melindungi konsumen dan merupakan kebijakan yang mendukung kemajuan industri domestik.
| Target Utilisasi Industri Keramik 2025 Meleset Akibat Gangguan Pasokan Gas |
|
|---|
| Tiga Industri Keramik Hentikan Produksi, 900 Karyawan Terpaksa Dirumahkan |
|
|---|
| Mulai Rumahkan Karyawan, Kemenperin Pantau Langsung Dampak Krisis Gas HGBT di Industri Keramik |
|
|---|
| Apindo Minta Dialog Atasi Seretnya Pasokan Gas Industri |
|
|---|
| Asaki: Kinerja Industri Keramik Masih di Bawah Target Akibat Pasokan Gas Terganggu |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.