Senin, 17 November 2025

Survei Maxim: 65 persen Mitra Enggan Hilang Pendapatan karena Status Pekerja

Maxim Indonesia merilis hasil riset internal terkait wacana status ketenagakerjaan yang melibatkan 30.000 mitra pengemudi. Simak selengkapnya di sini!

Editor: BizzInsight
Istimewa
STATUS KERJA - Survei Maxim Indonesia terhadap 30.000 mitra pengemudi mengungkap 65% keberatan kehilangan sumber penghasilan akibat perubahan status kerja dan menilai fleksibilitas sebagai faktor utama keberlanjutan pekerjaan mereka. 

TRIBUNNEWS.COM – Di tengah maraknya perdebatan publik mengenai status pekerja GIG dan regulasi ketenagakerjaan, Maxim Indonesia merilis hasil riset internal eksklusif yang melibatkan 30.000 mitra pengemudi aktif.

Berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa lebih dari 65 persen mitra tidak bersedia kehilangan akses terhadap peluang penghasilan harian mereka.

Riset ini menyoroti peran sentral dari sistem kerja fleksibel dalam kehidupan pengemudi di Indonesia, sekaligus mengingatkan bahwa model ketenagakerjaan tunggal yang seragam justru dapat memangkas jumlah pengemudi yang bisa bekerja di industri ini.

Selain itu, banyak pengemudi belum memahami sepenuhnya persyaratan dan tanggung jawab yang melekat pada status ketenagakerjaan formal yang mungkin belum siap mereka jalankan.

Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari 52% responden belum siap menjadi karyawan bergaji tetap.

Mereka menyatakan bahwa formalitas kerja justru mengancam fleksibilitas yang selama ini memungkinkan mereka menggabungkan beberapa pekerjaan misalnya dengan pendidikan, mengasuh keluarga, berwirausaha, atau pekerjaan kedua. Sebanyak 50% pengemudi juga mengaku menjalankan pekerjaan di Maxim bersamaan dengan pekerjaan lain.

Baca juga: Maxim Soroti Dampak Kenaikan Tarif: Pesanan Anjlok, Driver dan Pengguna Sama-Sama Dirugikan

Hasil ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana model satu pemberi kerja dapat diterapkan pada kelompok pekerja yang sangat fleksibel ini.

Lebih lanjut, separuh dari total responden mengatakan bahwa mereka memperoleh lebih dari 50% pendapatan dari Maxim, sementara 26% menghasilkan hingga 80% pendapatan melalui platform ini.

Temuan ini menunjukkan bahwa pengemudi perlu menggabungkan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. Hanya 22% pengemudi yang melaporkan bahwa 100% pendapatan mereka berasal dari Maxim dan menjadikan platform ini sebagai sumber penghidupan utama.

“Kalau sampai disuruh full (pekerja) saya gak setuju, masalahnya kita kan juga harus antar anak sekolah, jemput, belum lagi kalau ada kerjaan-kerjaan (serabutan) lain. Kan kebutuhannya banyak, kalo begini caranya bisa dilepas (pekerjaan). Tapi kalau dilepas pusing juga karna penghasilan gak cukup,” ungkap salah seorang mitra pengemudi Maxim.

Terkait jaminan sosial, 62% responden merasa sudah cukup terlindungi melalui skema yang tersedia seperti BPJS Ketenagakerjaan dan YPSSI.

Sementara itu, 57?lum siap untuk menyisihkan pendapatan mereka demi mengikuti program asuransi tambahan. Data ini mengindikasikan rendahnya tingkat pemahaman serta keterbatasan kemampuan finansial para pengemudi

“Maxim telah memperkuat kolaborasi dengan BPJS Ketenagakerjaan melalui penandatanganan nota kesepahaman. Dengan kerja sama strategis ini, perusahaan bertekad memberikan kemudahan bagi mitra pengemudi ke akses jaminan sosial BPJS,” ungkap Dirhamsyah selaku Development Director Maxim Indonesia.

Riset juga menemukan bahwa 76% responden tidak bersedia menjalani pemeriksaan tambahan, baik untuk kendaraan maupun kesehatan, serta prosedur birokrasi lainnya setiap hari hanya demi memenuhi persyaratan dalam klasifikasi ketenagakerjaan baru.

“Dari hasil survey yang kami lakukan, data dengan jelas menunjukkan kalau pengemudi belum benar-benar paham konsekuensi dari perubahan ini (status mitra ke pekerja). Mereka belum mengerti bahwa perubahan ini bukannya membuat sejahtera, malah berpotensi menutup peluang mereka untuk mencari nafkah,” tutur Dirham.

Baca juga: Maxim Resmi Luncurkan Layanan Express untuk Perjalanan yang Lebih Cepat dan Praktis

Selain itu, Dirham menambahkan, “Pengemudi memiliki kecenderungan yang sangat kuat terhadap sistem kerja fleksibel dibandingkan dengan hubungan kerja yang kaku.”

Maxim Indonesia juga menekankan bahwa perubahan status ketenagakerjaan dapat "mematikan" industri, karena lebih dari 65% pengemudi berpotensi kehilangan pekerjaannya.

Temuan ini juga menegaskan pentingnya kampanye edukasi publik guna meningkatkan pemahaman mitra pengemudi mengenai opsi jaminan sosial dan perencanaan keuangan pribadi.

“Jutaan mitra pengemudi bergantung pada fleksibilitas harian. Jika kebijakan tidak mendukung realitas tersebut, justru akan berisiko mengganggu sumber penghidupan mereka dan mempersempit akses mereka untuk mencari nafkah.”

Sebagai informasi, survey yang dilaksanakan Maxim bersifat anonim dengan menjamin kerahasiaan responden sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved