Kamis, 20 November 2025

Berkat Sektor Manufaktur, Morowali Jadi Andalan, Hampir Separuh Ekonomi Sulteng Bergantung di Sini

Kontribusi sektor manufaktur Morowali terus meningkat sejak 2013 hingga 2024, didorong kehadiran IMIP.

Dok. IMIP
PERTUMBUHAN MANUFAKTUR MOROWALI - Aktivitas industri di Morowali yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), mencatat adanya pertumbuhan signifikan pada sektor manufaktur atau pengolahan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sepanjang 2013-2024.

PDRB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali menunjukkan, pada 2013 kontribusi sektor manufaktur di Morowali baru 11,09 persen. Angka tersebut terus naik menjadi 12,15 persen pada 2014, 29,68 persen pada 2015, 33,09 persen di 2016, dan 35,52 persen pada 2017.

Lompatan besar terjadi di 2018, ketika kontribusi manufaktur melonjak hingga 62,81 persen. Tren positif berlanjut ke 2019 yang pertumbuhannya mencapai 64,86 persen dan 2020 sebesar 69,80 persen.

Tahun 2021 angkanya mencapai 71,13 persen, 2022 meningkat menjadi 73,25 persen, sempat turun di 2023 ke 72,72 persen, sebelum kembali naik pada 2024 dengan capaian 73,60 persen.

Kepala BPS Kabupaten Morowali Gladius Alfonsus menilai kenaikan pesat sektor manufaktur ini tak lepas dari keberadaan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang mulai beroperasi sejak 2013.

"Kalau industri pengolahannya bergerak cukup signifikan, berarti kontribusi IMIP di situ signifikan karena IMIP penggerak terbesarnya," kata Kepala BPS Kabupaten Morowali Gladius Alfonsus ketika ditemui di kantornya, Selasa (23/9/2025).

Geliat sektor manufaktur Kabupaten Morowali berimbas besar terhadap perekonomian Sulawesi Tengah. Data BPS mencatat, sumbangan PDRB Morowali terhadap Sulteng pada 2013 sebesar 8,64 persen dan 2014 sebesar 8,37 persen. Angkanya naik menjadi 11,92 persen pada 2015, 12,11 persen pada 2016, dan 12,72 persen pada 2017.

Pada 2018, kontribusi melonjak ke 22,35 persen, lalu 24,42 persen pada 2019, dan 31,48 persen di 2020. Peningkatan terus berlanjut hingga 40 persen pada 2021, 45,35 persen pada 2022, 45,53 persen pada 2023, dan mencapai 46,12 persen pada 2024.

Baca juga: Beasiswa IMIP Jamin Pendidikan dan Pekerjaan Shoimdwi di Morowali

"Jadi hampir separuh perekonomian Sulawesi Tengah itu ditopang dari Morowali. Sedangkan Morowali sendiri 70 persennya itu ditopang oleh salah satunya industri pengolahan tadi. Sebagian besar industri pengolahannya dari sana," ucap Gladius.

Menurutnya, data ini sekaligus menggambarkan betapa besar pengaruh kawasan industri IMIP terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah.

"Jadi ya, bisa diperkirakan lah kira-kira seberapa besar pengaruhnya kawasan industri IMIP itu terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah," kata Gladius.

Angka Pengangguran Turun

Kehadiran IMIP ikut menekan angka pengangguran di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Morowali mengalami penurunan signifikan sejak 2013 hingga 2024.

Pada 2013, angka pengangguran tercatat sebesar 3 persen, kemudian fluktuatif di tahun-tahun berikutnya. Pada 2014 tercatat sebesar 3,07 persen, 2015 turun menjadi 2,29 persen, 2016 naik menjadi 2,71 persen, 2017 sebesar 2,72 persen, 2018 naik ke angka 2,89 persen, dan 2019 mencapai 3,03 persen.

Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar terhadap kondisi pengangguran. TPT melonjak tajam pada 2020 menjadi 5,21 persen dan sedikit turun di 2021 menjadi 5,08 persen.

Tren pengangguran kembali membaik setelah pandemi. Pada 2022, TPT turun drastis menjadi 3,20 persen. Kemudian pada 2023 dan 2024 tercatat stabil di angka 2,84 persen.

"Ini menjadi sinyal bahwa memang penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Morowali pasca covid itu sudah sangat baik. Penurunan angka pengangguran sebesar 2 persen itu bukan pekerjaan yang mudah," kata Gladius.

Berdasarkan catatan IMIP, data perekrutan karyawan mereka menunjukkan tren peningkatan. Pada 2015 tercatat 3.491 perekrutan karyawan. Jumlah itu terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya: 7.403 rekrutmen pada 2016, 9.369 pada 2017, dan melonjak menjadi 14.383 pada 2018.

Pada 2019 jumlahnya sedikit menurun menjadi 12.820 orang, lalu turun tajam pada 2020 menjadi 1.439 orang. Memasuki 2021, perekrutan kembali meningkat menjadi 19.142 orang, kemudian 24.843 orang pada 2022.

Pada 2023 tercatat 22.290 perekrutan, disusul 19.588 orang pada 2024. Sementara itu, selama 2025 hingga September, total karyawan yang direkrut mencapai 11.292 orang.

Angka Pengeluaran Riil Per Kapita Naik

Tak hanya dari sisi pengangguran, pengeluaran riil per kapita di Kabupaten Morowali terus mengalami kenaikan sejak 2020.

Pengeluaran riil per kapita adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh setiap penduduk untuk belanja dalam satu tahun. Pada 2020, pengeluaran riil per kapita warga Morowali tercatat sebesar Rp 10,9 juta.

Angka itu meningkat menjadi Rp 11 juta pada 2021, Rp 11,2 juta di 2022, Rp 11,7 juta pada 2023, dan terakhir pada 2024 mencapai Rp 12,2 juta.

"Ini sedikit banyak memberikan gambaran kalau pengeluarannya meningkat signifikan, tentu saja harus diimbangi dengan peningkatan pendapatan yang signifikan kan," kata Gladius.

"Jadi, enggak mungkin pengeluarannya naik, tapi pendapatannya segitu saja," pungkasnya.

Indeks Pembangunan Manusia Ikut Terkerek

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator lainnya yang mengalami kenaikan selama beberapa tahun terakhir ini setelah kehadiran IMIP.

Indeks Pembangunan Manusia dihitung berdasarkan tiga komponen utama, yaitu angka harapan hidup, tingkat pendidikan, serta pengeluaran riil per kapita rumah tangga.

Sejak 2013 dengan nilai 66,86, IPM terus mengalami kenaikan menjadi 67,91 pada 2014, lalu 69,12 di 2015, 69,69 di 2016, dan 70,41 pada 2017. Tren positif berlanjut dengan capaian 71,14 di 2018, 72,02 pada 2019, serta 73,06 di 2020.

Selanjutnya, IPM meningkat tipis menjadi 73,12 pada 2021, lalu naik lagi ke 73,39 di 2022, 73,82 di 2023, hingga mencapai 74,36 pada 2024.

Menurut Gladius, IPM ini memberikan gambaran seberapa bagusnya dampak investasi itu sejalan dengan pembangunan manusianya.

"Prinsip pembangunan itu kan bagaimana mensejahterakan manusianya. Untuk apa kita banyak-banyak investasi kalau manusianya tidak tertangani dengan baik," katanya.

Asal tahu saja, angka gabungan Penyertaan Modal Asing (PMA) ditambah Penyertaan Modal Dalam Negeri (PMDN) Kabupaten Morowali selama 2015-2024 mengalami kenaikan.

Pada 2015, total investasi tercatat sebesar Rp 11,3 triliun, kemudian naik pada 2016 menjadi Rp 17,6 triliun. Pada 2017, nilainya sedikit menurun menjadi Rp 17,3 triliun, bahkan sempat anjlok pada 2018 hanya mencapai Rp 8,96 triliun.

Namun, pada 2019 kembali menguat dengan realisasi investasi sebesar Rp 25,8 triliun. Memasuki 2020, investasi turun ke level Rp 22,6 triliun, sebelum meningkat lagi pada 2021 menjadi Rp 28,6 triliun.

Lonjakan besar terjadi pada 2022, ketika nilai investasi melonjak hingga Rp 96,6 triliun. Meskipun sedikit menurun pada 2023 dengan capaian Rp 91,7 triliun, pada 2024 realisasi investasi kembali meningkat signifikan mencapai Rp 117,5 triliun.

Baca juga: IMIP Bekali Anak-anak di Morowali Belajar Bahasa Mandarin Gratis

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved