Jumat, 22 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Syok, Operasi Al-Qassam di Al-Maghazi Tewaskan 20 IDF, Netanyahu: Hari Tersulit

Operasi Al-Qassam di Al-Maghazi telah menewaskan lebih dari 20 anggota IDF. Serangan itu membuat pejabat tinggi Israel syok.

BNN News
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam - Operasi Al-Qassam di Al-Maghazi pada Senin (22/1/2024), telah menewaskan lebih dari 20 anggota IDF. Serangan itu membuat pejabat tinggi Israel syok. 

TRIBUNNEWS.com - Seorang senior di kelompok sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengungkapkan rincian operasi di kamp pengungsi Al-Maghazi, Gaza tengah.

Serangan yang terjadi pada Senin (22/1/2024) itu, menjadi salah satu hari terburuk bagi Israel dimana lebih dari 20 perwira Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tewas.

Al-Qassam mengungkapkan, sebelum mengeksekusi IDF, mereka telah ditempatkan di wilayah operasi itu selama berminggu-minggu.

Namun, selama berminggu-minggu itu, pejuang Al-Qassam tidak menargetkan pasukan IDF yang menyusup ke kamp pengungsi.

Ia mengatakan ada perintah agar pejuang Al-Qassam menunggu target berharga dari IDF.

"Pejuang kami telah ditempatkan selama berminggu-minggu di wilayah operasi sebelah timur Al-Maghazi, meskipun terjadi pemboman yang intens dan terus-menerus oleh Israel," kata senior Al-Qassam, dilansir Palestine Chronicle, Rabu (24/1/2024).

"Instruksinya adalah menghindari keterlibatan dengan pasukan yang menyusup ke kamp Al-Maghazi sambil menunggu target yang berharga," imbuhnya.

Selama itu, lanjut senior Al-Qassam tersebut, para pejuang memantau pasukan IDF.

Al-Qassam juga mengidentifikasi mereka berdasarkan pangkat dan peralatannya.

Pejuang Al-Qassam memilih untuk tidak terllibat dengan pasukan IDF lainnya yang berdiri di atas ladang ranjau yang telah disiapkan sebelumnya oleh Al-Qassam.

Namun, Al-Qassam menunggu IDF menyelesaikan tugasnya dan memasang bahan peledak, baru kemudian menargetkannya.

Baca juga: Daftar Propaganda Israel, Sebar Kebohongan untuk Muluskan Serangan ke Gaza

"Para pejuang (Al-Qassam) memilih untuk tidak terlibat dengan pasukan infanteri (IDF) yang berdiri di atas ladang ranjau."

"Kami menunggu pasukan (IDF) menyelesaikan tugas mereka dan memasang bahan peledak."

"Baru setelahnya kami menargetkan mereka menggunakan peluru anti-personel," urai sumber tersebut.

Selain pasukan IDF, Al-Qassam diketahui juga menghancurkan tank dan dua buldoser militer Israel di barat Khan Younis, Gaza selatan, menggunakan peluru Al-Yassin 105.

Israel Gigit Jari

Sementara itu, para pejabat tinggi Israel mengecam "bencana besar" di Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu; Presiden Israel, Isaac Herzog; Menteri Keamanan, Yoav Gallant; Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir; dan pemimpin oposisi, Yair Lapid dan Naftali Bennet; termasuk di antara mereka yang mengomentari dan menyoroti kemampuan perlawanan Palestina.

"Pagi yang sangat sulit dan tidak tertahankan, di mana semakin banyak nama putra-putra (pasukan IDF) kita yang terbaik, tertulis di batu nisan para pahlawan, dalam perang yang tidak memiliki keadilan," cuit Herzog di X, dikutip Al Mayadeen.

Terpisah, Netanyahu menekankan pendudukan Israel "mengalami satu hari tersulit sejak pecahnya perang."

Lalu, Gallant menggambarkan operasi di Al-Maghazi sebagai hal yang "sulit dan menyakitkan."

Ia menekankan Operasi Banjir Al-Aqsa yang sedang berlangsung "akan menentukan masa depan Israel selama beberapa dekade mendatang."

Baca juga: Keluarga Sandera Israel Puji Hamas, Sebut Lebih Baik Dibanding Kabinet Netanyahu

Gallant mengklaim bahwa insiden baru-baru ini akan memaksa pihak berwenang untuk "mencapai tujuan" perang genosida Israel di Gaza.

Terakhir, Lapid yang sependapat dengan rekan-rekannya, menyebut tewasnya puluhan pasukan IDF "sangat sulit."

Jihad Islam: Operasi Al-Maghazi Jadi Bukti Israel Gagal Capai Tujuannya

Menanggapi operasi di kamp pengungsi Al-Maghazi oleh Brigade Al-Qassam, gerakan Jihad Islam memberikan pujian.

Anggota senior biro politik Jihad Islam, Ihsan Ataya, mengatakan tewasnya lebih dari 20 perwira dalam operasi Al-Maghazi menjadi bukti bahwa rezim Zionis gagal mencapai tujuannya dalam perang di Gaza.

Ia mengatakan kepada media Palestina bahwa rezim Israel "syok" setelah dua lusin tentaranya tewas dalam pertempuran melawan pejuang perlawanan Palestina.

Jumlah itu sejauh ini merupakan jumlah kematian terbesar dalam sehari di kalangan tentara Israel sejak 7 Oktober 2023.

Operasi itu terjadi di tengah pertempuran sengit di sekitar kota utama Khan Younis di selatan, yang terus-menerus diserang Israel selama beberapa hari terakhir.

"Sejak hari pertama serangan Israel di Jalur Gaza (7 Oktober 2023), terjadi koordinasi antara pasukan perlawanan Palestina untuk menghadapi penjajah Zionis," ujar Ataya, dikutip dari IRNA.

"Kami tahu bahwa persatuan di medan perang adalah pilar penting bagi kemenangan melawan rezim Israel," tambahnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan