Fenomena caleg stres: Bolak-balik naik kereta Bogor-Jakarta hingga berjam-jam di luar rumah - 'Partai tidak beri pembekalan mental'
Pengamat politik dari BRIN, Devi Darmawan, mengatakan guncangan mental yang dialami para caleg gagal tak bisa sepenuhnya disalahkan…
Suwasik mengaku bahwa perasaan bakal kalah sebetulnya sudah muncul kala Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pemilu 2024 tetap menggunakan sistem proporsional terbuka.
"Karena sistemnya proporsional terbuka, jadi ini perang finansial... bukan perang figur atau kemampuan individu caleg. Kalau modal kita minim ya tidak bisa paksakan diri."
Itu mengapa Suwasik tidak terlalu berharap bisa menang. Dia bahkan tak lagi mengawal perolehan suaranya di tingkat kecamatan.
Kendati sudah dua kali tumbang, ia berkata belum kapok. Masih tersimpan secuil ambisi untuk melenggang ke DPRD Kabupaten Pamekasan dengan menjadikan kekalahan berulang ini sebagai pengalaman.
"Masak saya akan jadi penonton terus," ucapnya.
'Bongkar jalan dan saluran air'
Di Dapil Subang IV, Jawa Barat, Ahmad Rizal sempat dicap caleg stres gara-gara tingkahnya yang viral di media sosial.
Di Instagram, kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini nampak mengenakan helm besi dan menyalakan kembang api di siang bolong dalam jumlah besar di menara masjid di kawasan Patokbesi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Narasi yang berkembang di media sosial dan media online menyebutkan kelakuannya itu meresahkan warga. Bahkan seorang nenek yang memiliki riwayat penyakit jantung disebut meninggal karena kaget mendengar suara petasan
Tapi pria yang akrab disapa Rizal ini membantah semua tuduhan itu.
"[Tudingan] itu dilebih-lebihkan, makanya saya kecewa. Begini, wartawan ada kode etik, harusnya sebelum pemberitaan dinaikkan, konfirmasi dong. Harusnya [pernyataan] dua belah pihak. Terkadang ada beberapa media tidak peduli dengan merugikan orang," keluhnya.
Rizal sebetulnya sudah tiga periode berturut-turut menduduki kursi anggota DPRD Kabupaten Subang. Namun pada pertarungan keempatnya dia kalah.
Ia bercerita hanya memperoleh sekitar 4.600-an suara – merosot tajam dari perolehan suara di tiga periode sebelumnya yang mencapai 12.500 suara.
Padahal di pemilu kali ini dia mengaku sudah melakukan berbagai upaya. Misalnya membangun sejumlah fasilitas publik bernilai hingga Rp1,5 miliar di dapilnya.
Dia menduga, kekalahannya ini akibat manuver caleg lain yang membagi-bagikan "uang jajan" ke pemilih.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.