Kamis, 14 Agustus 2025

Konflik Suriah

Reaksi Pemimpin Dunia terhadap Runtuhnya Rezim Bashar al-Assad Suriah

Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh. Simak reaksi internasional berikut ini.

tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed
Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. - Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh. Simak reaksi internasional berikut ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Oposisi Suriah mengumumkan bahwa Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan ibu kota Damaskus.

Perayaan penuh suka cita meletus di Damaskus dan wilayah lain di negara itu, termasuk di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Lebanon.

Banyak warga Suriah yang mengungsi memutuskan untuk pulang ke rumah.

Setelah 13 tahun perang yang brutal, lebih dari setengah abad kekuasaan keluarga al-Assad kini telah runtuh.

Berikut ini adalah beberapa reaksi internasional terhadap berita tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

Iran

Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam pernyataan bahwa Iran menghormati persatuan dan kedaulatan nasional Suriah.

Teheran menyerukan "segera mengakhiri konflik militer, pencegahan tindakan teroris, dan dimulainya dialog nasional" dengan semua sektor masyarakat Suriah.

Iran mengaku akan terus mendukung mekanisme internasional untuk mengejar proses politik.

Pemerintah berharap hubungan persahabatan antara negara Iran dan Suriah dapat terus dilanjutkan.

Baca juga: 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah

Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memuji jatuhnya al-Assad, sekutu utama Iran, sebagai "hari bersejarah".

Netanyahu mengatakan runtuhnya rezim Assad merupakan akibat langsung dari pukulan yang dilakukan Israel terhadap Hizbullah dan Iran.

Ia mengatakan bahwa Israel telah merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang didirikan berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah setelah pasukan Suriah meninggalkan posisi mereka.

"Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh mana pun muncul di perbatasan kami," tambahnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa

"Setelah 14 tahun perang brutal dan jatuhnya rezim diktator, hari ini rakyat Suriah dapat memanfaatkan kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang stabil dan damai," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan.

"Masa depan Suriah adalah masalah yang harus ditentukan oleh warga Suriah, dan Utusan Khusus saya akan bekerja sama dengan mereka untuk mencapai tujuan tersebut," tambahnya.

"Kita akan membutuhkan dukungan masyarakat internasional untuk memastikan bahwa setiap transisi politik bersifat inklusif dan menyeluruh serta memenuhi aspirasi sah rakyat Suriah, dalam segala keberagaman mereka. Kedaulatan, persatuan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Suriah harus dipulihkan."

China

Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan mengungkapkjan Beijing memantau dengan seksama perkembangan situasi di Suriah dan berharap agar Suriah kembali stabil sesegera mungkin.

"Pemerintah Tiongkok telah secara aktif membantu warga negara Tiongkok yang ingin meninggalkan Suriah dengan cara yang aman dan tertib, dan telah menjaga kontak dengan … warga negara Tiongkok yang masih berada di Suriah," kata kementerian tersebut.

"Kami mendesak pihak-pihak terkait di Suriah untuk mengambil langkah-langkah praktis guna memastikan keselamatan institusi dan personel Tiongkok di Suriah," imbuhnya.

"Saat ini, Kedutaan Besar Tiongkok di Suriah masih siaga, dan kami akan terus memberikan bantuan penuh kepada warga Tiongkok yang membutuhkan."

Mesir

Mesir telah meminta semua pihak di Suriah untuk menjaga kemampuan negara dan lembaga-lembaga nasional, kata kementerian luar negeri Mesir.

Kementerian luar negeri negara itu mengatakan pihaknya mengikuti situasi dengan sangat hati-hati.

Pihak berwenang menegaskan dukungannya terhadap rakyat Suriah dan kedaulatan serta persatuan negara.

Uni Eropa

"Akhir kediktatoran al-Assad merupakan perkembangan yang positif dan telah lama ditunggu. Hal ini juga menunjukkan kelemahan pendukung al-Assad, Rusia dan Iran," kata diplomat utama Uni Eropa Kaja Kallas dalam sebuah posting di X.

Ia menambahkan bahwa prioritas blok tersebut adalah untuk "memastikan keamanan" di kawasan tersebut dan berjanji untuk bekerja dengan "semua mitra konstruktif" di Suriah dan secara lebih luas di seluruh wilayah tersebut.

"Proses pembangunan kembali Suriah akan berlangsung lama dan rumit dan semua pihak harus siap terlibat secara konstruktif," katanya.

Perancis

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut baik jatuhnya "negara barbar" al-Assad di Suriah dan menyampaikan harapan perdamaian kepada rakyat di negara tersebut.

"Negara barbar telah runtuh. Akhirnya," tulis Macron di X.

"Saya memberikan penghormatan kepada rakyat Suriah, atas keberanian dan kesabaran mereka. Di saat ketidakpastian ini, saya sampaikan harapan saya untuk perdamaian, kebebasan, dan persatuan."

Jerman

Kanselir Jerman Olaf Scholz menggambarkan jatuhnya al-Assad sebagai "berita baik" dan mendesak solusi politik untuk menstabilkan negara yang dilanda perang tersebut.

"Bashar al-Assad menindas rakyatnya secara brutal. Ia memiliki banyak nyawa yang harus ditanggungnya dan telah menyebabkan banyak orang mengungsi, banyak di antaranya telah tiba di Jerman," kata Scholz dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock menyebut jatuhnya al-Assad sebagai "kelegaan besar" bagi warga Suriah.

"Akhir pemerintahan al-Assad merupakan kelegaan besar bagi jutaan orang di Suriah," katanya, seraya menambahkan, "negara ini tidak boleh jatuh ke tangan kelompok radikal lain, apa pun bentuknya."

Baca juga: Sergey Lavrov Ungkap Keterlibatan AS dan Inggris di Suriah

Italia

"Saya mengikuti perkembangan situasi di Suriah dengan penuh perhatian," kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani pada X.

"Saya terus berkomunikasi dengan kedutaan besar kami di Damaskus dan kantor perdana menteri. Saya telah mengadakan pertemuan darurat," tambahnya.

Lebanon

Tentara Lebanon mengatakan pihaknya memperkuat kehadirannya di perbatasan dengan negara tetangga Suriah.

"Mengingat perkembangan pesat dan situasi sulit yang dialami wilayah tersebut... unit-unit yang bertugas memantau dan mengendalikan perbatasan utara dan timur telah diperkuat, bersamaan dengan pengetatan langkah-langkah pengawasan," kata militer dalam sebuah pernyataan.

Filipina

"Filipina menghimbau semua pihak terkait untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan lebih lanjut, guna mencegah jatuhnya lebih banyak korban dan kematian warga sipil," kata Departemen Luar Negeri negara tersebut.

"Kami menyatakan keprihatinan mengenai situasi warga negara Filipina di Suriah dan menyarankan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dan tetap berhubungan dengan Kedutaan Besar Filipina di Damaskus."

Qatar

Kementerian Luar Negeri Qatar memperingatkan Suriah tidak boleh dibiarkan terjerumus ke dalam kekacauan setelah tergulingnya al-Assad.

Emirat Teluk itu mengatakan bahwa pihaknya "memantau secara ketat perkembangan di Suriah" dan menekankan "pentingnya menjaga lembaga-lembaga nasional dan persatuan negara untuk mencegah negara tersebut terjerumus ke dalam kekacauan".

Rusia

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan al-Assad telah mengundurkan diri dari jabatan presiden setelah melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dan telah meninggalkan negara itu, tanpa mengatakan ke mana dia pergi.

"Sebagai hasil pembicaraan antara B. Assad dan sejumlah peserta konflik di wilayah Republik Arab Suriah, ia mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari jabatan presidennya dan meninggalkan negara itu, serta memberikan instruksi untuk melanjutkan transfer kekuasaan secara damai," kata kementerian tersebut.

"Rusia tidak ikut serta dalam pembicaraan ini."

Kementerian itu juga mengatakan tentara Rusia di pangkalan mereka di Suriah berada dalam siaga tinggi tetapi tidak ada ancaman langsung terhadap mereka.

Menurut perkembangan terbaru, Al-Assad dan keluarganya mendapatkan suaka politik dari Rusia.

Dikutip dari Aljazeera, Senin (9/12/2024), Al-Assad dan keluarganya sudah tiba di Moskow dengan alasan kemanusiaan.

Ketika pemberontakan dimulai pada akhir November, ada laporan bahwa Al-Assad dan keluarganya terbang ke Rusia, dan bahwa al-Assad meminta Moskow untuk membantunya secara militer.

Namun saat itu Moskow tidak membenarkan atau membantah laporan tersebut.

Menurut sumber Kremlin, oposisi telah menjamin keamanan pangkalan Rusia di Latakia dan Tartus, serta misi diplomatik Rusia di Suriah.

Dan ada juga laporan bahwa otoritas Rusia menganggap perlu untuk melanjutkan negosiasi penyelesaian di Suriah di bawah pengawasan PBB.

Turki

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pemerintah Suriah "telah runtuh dan kendali negara tersebut berpindah tangan".

Berbicara di Forum Doha di Qatar, Fidan mengatakan bahwa "ini tidak terjadi dalam semalam. Selama 13 tahun terakhir, negara ini telah dilanda kekacauan" sejak perang dimulai dengan penindasan al-Assad terhadap protes demokrasi pada tahun 2011.

"Organisasi teroris tidak boleh dibiarkan mengambil keuntungan dari situasi ini. Kelompok oposisi harus bersatu. Kami akan bekerja untuk stabilitas dan keamanan di Suriah," imbuhnya.

"Suriah yang baru seharusnya tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangga, namun seharusnya menghilangkan ancaman-ancaman tersebut."

Uni Emirat Arab

Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden UEA, mengatakan aktor non-negara tidak boleh diberi kesempatan untuk mengeksploitasi kekosongan politik.

"Peristiwa yang terjadi di Suriah juga merupakan indikasi jelas kegagalan politik dan sifat destruktif dari konflik dan kekacauan," kata Gargash dalam forum keamanan Dialog Manama di ibu kota Bahrain.

Amerika Serikat

"Jatuhnya rezim adalah tindakan keadilan yang mendasar. Ini adalah momen kesempatan bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara mereka yang bangga," kata Presiden AS Joe Biden.

Biden menambahkan bahwa jatuhnya al-Assad juga merupakan "momen risiko dan ketidakpastian saat kita semua beralih ke pertanyaan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya".

"Amerika Serikat akan bekerja sama dengan mitra dan pemangku kepentingan kami di Suriah untuk membantu mereka memanfaatkan peluang dalam mengelola risiko," katanya.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di platform Truth Social miliknya, Presiden terpilih Donald Trump mengatakan al-Assad telah "melarikan diri dari negaranya" setelah kehilangan dukungan dari Rusia .

"Assad sudah pergi. Dia telah meninggalkan negaranya. Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak lagi tertarik untuk melindunginya.

"Tidak ada alasan bagi Rusia untuk berada di sana sejak awal. Mereka kehilangan minat di Suriah karena Ukraina, di mana hampir 600.000 tentara Rusia terluka atau tewas, dalam perang yang seharusnya tidak pernah dimulai, dan dapat berlangsung selamanya."

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan