Konflik Palestina Vs Israel
Kerusakan Parah di Gaza Utara, Perjuangan Warga untuk Bangkit dari Kehancuran
Ribuan warga Palestina yang dipaksa mengungsi selama pertempuran sengit di Gaza kini mulai kembali ke rumah mereka setelah gencatan senjata diumumkan.
TRIBUNNEWS.COM - Ribuan warga Palestina yang dipaksa mengungsi selama pertempuran sengit di Gaza kini mulai kembali ke rumah mereka setelah gencatan senjata diumumkan.
Namun, mereka harus menghadapi kenyataan pahit yang tidak dibayangkan sebelumnya.
Gaza, khususnya wilayah-wilayah seperti Kamp utara Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, kini berubah menjadi kawasan yang tidak dapat dihuni.
Pemboman yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan oleh pasukan Israel, telah mengubah daerah-daerah ini menjadi tanah tandus, penuh dengan puing-puing dan kehancuran.
Jalan dan Banyak Bangunan Hancur
Berdasarkan rekaman udara terbaru, jalan-jalan yang dulunya ramai kini tertutup oleh sisa-sisa bangunan yang runtuh dan rumah-rumah yang telah hancur menjadi abu.
Tidak hanya rumah tinggal, infrastruktur publik seperti sekolah dan klinik medis, termasuk yang dikelola oleh UNRWA (United Nations Relief and Works Agency), juga mengalami kerusakan parah akibat pemboman dan penembakan.
Kehancuran ini bukan hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga memporak-porandakan kehidupan ribuan orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Mereka kembali ke kampung halaman, hanya untuk menemukan lingkungan yang tidak dikenal lagi, penuh dengan puing-puing dan kehancuran.
Perjuangan Warga untuk Bangkit
Salah satu kisah yang mengharukan datang dari Kareem Hamdan.
Kareem Hamdan adalah seorang warga Palestina yang terpaksa melarikan diri ke kamp pengungsi Shati di bagian barat Kota Gaza lebih dari 100 hari yang lalu.
Baca juga: Israel Nekat Serbu Jenin saat Gencatan Senjata Gaza, 9 Warga Palestina Tewas, 40 Lainnya Terluka
Ketika kembali ke rumahnya di Beit Lahiya, ia mendapati rumahnya telah hancur total.
Rumah yang dulu dihuni oleh keluarganya kini hanya tersisa batu-batu dan puing-puing.
"Saya berharap, dengan gencatan senjata, saya akhirnya bisa kembali ke rumah keluarga saya," ujar Kareem dengan penuh harapan, dikutip dari The New Arab.
"Namun, setelah melihat kehancuran ini, saya merasa sangat terkejut, rumah kami hanya berupa batu, dan lingkungan sekitar telah lenyap," jelasnya.
Meski merasa kehilangan yang mendalam, Kareem tetap bertekad untuk membangun kembali kotanya.
“Rumah kami mungkin telah hilang, tetapi kami akan tetap di sini, di tanah kami. Kami akan tinggal di utama, dan kami akan membangun kembali tempat ini, berapa pun biayanya,” tegasnya dengan tekad yang kuat.
Di tempat lain, Mohammad Khalil, seorang profesor di Universitas Al-Azhar di Gaza, juga mengalami hal serupa.
Ketika dia kembali ke rumahnya di Jabalia, dia mendapati rumahnya telah hancur.
“Rasanya seperti kenangan banjir dan rasa sakit. Rumah itu hanya berupa puing-puing, dan banyak rumah keluarga saya yang sama,” ungkap Khalil, mengenang kehancuran yang menimpanya.
Namun, meskipun menghadapi kenyataan pahit ini, Khalil dan keluarganya memutuskan untuk tinggal di tenda-tenda yang didirikan dekat rumah mereka.
"Kami tinggal di tenda-tenda ini bukan karena kami tidak punya pilihan lain, tetapi karena kami menolak meninggalkan tanah kami,” katanya dengan penuh keyakinan.
“Jabalia dan seluruh wilayah utara Gaza tidak layak huni, tetapi kami akan membangunnya kembali dengan tangan kami sendiri," tegasnya.
Kerusakan yang terjadi di Gaza utara merupakan hasil dari serangan militer Israel yang gencar, yang dimulai pada bulan Oktober 2023.
Wilayah utara Gaza menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan seluruh blok penciptaan yang dihancurkan oleh serangan udara dan penembakan.
Menurut laporan kantor media pemerintah Gaza, lebih dari 5.000 orang tewas dan lebih dari 9.500 orang terluka selama serangan ini.
Serangan yang intens ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik, tetapi juga merusak kehidupan sosial dan ekonomi ribuan warga Palestina.
Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, dan banyak anak-anak yang harus hidup tanpa akses ke pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.