Selasa, 2 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Gempuran AS Gagal Total! Penasihat Khamenei: Uranium Kami Masih Ada, Nuklir Iran Tetap Aman

Penasihat keamanan Iran, Ali Shamkhani, sesumbar stok uranium yang diperkaya tetap utuh, meski AS serang 3 situs nuklir di Fordow, Natanz, Isfahan

Maxar Technologies/NDTV
FORDOW PASCA DIBOM AS - Pemandangan fasilitas nuklir Iran di Fordow pasca dibom Amerika Serikat berdasar citra satelit Maxar Technologies, Sabtu, 21 Juni 2025. Iran sesumbar stok uranium yang diperkaya tetap utuh, tidak ada hal yang serius dari kerusakan fasilitas nuklir mereka meski AS menyerang 3 situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. 

Disinilah zat berbahaya mulai terlibat khususnya gas fluorin. Untuk memperkaya uranium, zat ini harus diubah menjadi bentuk kimia bernama uranium heksafluorida (UF₆).

Proses ini melibatkan pencampuran uranium dengan gas fluorin.  Masalahnya, fluorin adalah zat yang sangat berbahaya, karena bisa melukai atau membakar kulit saat terkena langsung.

Dan yang paling berbahaya, fluorin sangat mematikan jika terhirup, karena bisa merusak paru-paru dalam waktu singkat.

Berapa Banyak Nuklir yang Dimiliki Iran?

Sampai saat ini, Iran belum memiliki senjata nuklir secara resmi. Akan tetapi, Iran sudah memiliki cukup bahan dan kemampuan teknis untuk mendekati pembuatan bom nuklir.

Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Mei 2024 yang dilansir dari The Guardian, Iran memiliki lebih dari 120 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen.

Dengan cadangan uranium 60 persen, Iran berpotensi memiliki cukup bahan untuk membuat satu bom dalam waktu 1–2 minggu jika diperkaya lebih lanjut.

Lantaran angka tersebut mendekati jumlah uranium yang dibutuhkan untuk membuat satu bom nuklir, yakni sekitar 25–55 kg uranium yang diperkaya hingga 90 persen.

Meskipun demikian, Iran membantah memiliki niat membuat bom nuklir.

Pihak berwenang di Teheran menyatakan bahwa program nuklir mereka sepenuhnya untuk tujuan damai.

Namun, sejak Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) pada 2018, Iran diam-diam terus memperluas aktivitas pengayaan dan membatasi akses pengawas internasional ke situs-situs penting seperti Fordow dan Natanz.

Hal ini yang membuat AS dan sekutunya seperti Israel khawatir hingga mereka melancarkan serangan ke sejumlah fasilitas nuklir Iran.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan