Konflik Iran Vs Israel
Gencatan Senjata Iran dan Israel Rapuh, Trump Frustrasi: Mereka Sudah Tak Tahu Apa yang Dilakukan
Gencatan senjata Iran-Israel masih rapuh. Trump frustrasi, saling tuding pelanggaran, dunia waspada potensi konflik baru.
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang dinyatakan rapuh terus memicu kekhawatiran global.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang berperan sebagai mediator utama, meluapkan frustrasinya.
Ia menilai kedua negara telah berperang “terlalu lama” hingga kehilangan arah dan tak lagi tahu apa yang mereka lakukan.
“Dua negara ini telah berperang terlalu lama dan terlalu keras, hingga mereka tidak tahu lagi apa yang sedang mereka lakukan,” ujar Trump dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih sebelum berangkat ke KTT NATO.
Ucapan ini mencerminkan betapa rapuhnya kesepakatan gencatan senjata yang dicapai setelah 12 hari ketegangan militer.

Baca juga: Gencatan Senjata Diumumkan Donald Trump, Netanyahu Klaim Israel Menang Perang Lawan Iran
Gencatan Senjata Dibayangi Ketidakpastian
Kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan Trump dianggap sebagai pencapaian diplomatik penting untuk menghentikan spiral konflik yang melibatkan serangan langsung Israel ke fasilitas nuklir Iran dan balasan rudal dari Teheran ke pangkalan militer AS di Qatar.
Namun, hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Israel menuduh Iran melanggar perjanjian dengan menembakkan dua misil ke wilayah udaranya.
Meskipun sistem pertahanan Israel berhasil mencegat rudal-rudal tersebut, tuduhan ini memperkeruh situasi. Iran, melalui media pemerintah, membantah keras tuduhan itu dan justru mengecam serangan fajar Israel ke wilayahnya.
“ISRAEL tidak akan menyerang Iran. Semua pesawat akan berbalik dan pulang sambil melakukan ‘Plane Wave’ ramah ke Iran.
Tak ada yang terluka, gencatan senjata berlaku!” tulis Trump lewat platform Truth Social, berusaha menenangkan publik dunia.
Baca juga: 4 Poin Gencatan Senjata Iran vs Israel: Ancaman Trump pada Tel Aviv hingga Ketidakpatuhan Netanyahu
Trump Frustrasi, Laporan Intelijen AS Berbeda dengan Klaim Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim operasi militer telah berhasil “meruntuhkan” program nuklir Iran.
Namun, laporan dari Defense Intelligence Agency (DIA) Amerika Serikat justru menyebut bahwa program tersebut hanya mengalami kemunduran selama beberapa bulan saja.
Laporan yang dirilis Senin (23/6/2025) dan bocor ke Associated Press ini menegaskan bahwa fasilitas nuklir Iran di Natanz, Isfahan, dan reaktor Arak memang rusak, tetapi tidak sampai menghentikan seluruh programnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.