Selasa, 2 September 2025

Ribuan Warga Jepang Turun ke Jalan Tolak Program Africa Hometown yang Digagas JICA

Aksi tersebut dipicu kabar bahwa JICA akan mengundang warga Nigeria untuk tinggal di Jepang melalui program kerja sama internasional

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews.com/Richard Susilo
DEMO DI JEPANG - Unjuk rasa di Osaka dari Taman Minami Shimmachi menuju Midosuji Parade 

Laporan Wartawan Koresponden Tribunnews di Jepang Ricard Susilo 

TRIBUNNEWS.COM, JEPANG – Jepang diguncang unjuk rasa besar terkait kebijakan imigrasi pada Sabtu (30/8/2025).

Ribuan nasionalis turun ke jalan di Osaka untuk menolak program Africa Hometown yang digagas Japan International Cooperation Agency (JICA).

Aksi tersebut dipicu kabar bahwa JICA akan mengundang warga Nigeria untuk tinggal di Jepang melalui program kerja sama internasional.

Isu itu segera memantik kekhawatiran sebagian warga, hingga berujung demonstrasi besar-besaran yang dimulai dari Taman Minami Shimmachi dan berparade di sepanjang jalan utama Midosuji, Osaka.

Latar Belakang Isu JICA

Kontroversi bermula dari siaran pers Kantor Presiden Nigeria pada 22 Agustus 2025.

Dokumen itu menyebut Jepang akan memberikan “visa khusus” bagi warga Nigeria.

Baca juga: 9 Negara Punya Pabrik Indomie Sendiri, Nigeria Punya Varian Khusus

Pernyataan tersebut langsung dibantah oleh Kementerian Luar Negeri Jepang (MOFA) pada 26 Agustus.

“Isi siaran pers Nigeria berbeda dari fakta. Pemerintah Jepang tidak pernah mengeluarkan visa khusus, dan kami telah meminta pihak Nigeria untuk mengoreksinya,” tulis MOFA.

Tak lama kemudian, pihak Nigeria merilis siaran pers baru dan menghapus klaim sebelumnya.

Sebenarnya, proyek “Africa Hometown” bertujuan memperkuat pertukaran budaya dan kerja sama antara pemerintah daerah di Jepang dengan negara-negara Afrika.

Dalam pengumuman di konferensi TICAD 9, JICA menunjuk beberapa kota Jepang untuk bermitra, antara lain: Imabari (Ehime) dengan Republik Mozambik;  Kisarazu (Chiba) dengan Nigeria;  Sanjo (Niigata) dengan Ghana dan Nagai (Yamagata) dengan Tanzania.

Kekhawatiran Publik Jepang

Meski demikian, banyak warga tetap menilai program tersebut sebagai pintu masuk imigrasi terselubung.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan