Jumat, 14 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

YouTube Hapus 700 Video Pelanggaran HAM Israel, Aktivis Palestina: Bukti Kejahatan Perang Dihapus

YouTube menghapus 700 video dan tiga akun kelompok HAM Palestina. Aktivis menilai langkah ini hapus bukti kejahatan perang Israel.

Tangkap layar Google
LOGO YOUTUBE - Tangkap layar Google yang memperlihatkan logo YouTube, Jumat (7/11/2025). Laporan investigasi The Intercept pada Selasa (4/11/2025) mengungkap YouTube diam-diam menghapus lebih dari 700 video yang mendokumentasikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta menutup akun tiga organisasi hak asasi manusia Palestina. 
Ringkasan Berita:
  • YouTube diam-diam menghapus lebih dari 700 video yang mendokumentasikan dugaan pelanggaran HAM oleh Israel di Gaza dan Tepi Barat serta menutup akun tiga lembaga HAM Palestina, termasuk Al-Haq dan PCHR.
  • Penghapusan ini terjadi usai sanksi AS terhadap kelompok yang bekerja sama dengan ICC.
  • Aktivis menilai langkah itu bentuk penyensoran yang menghapus bukti kejahatan perang Israel, sementara ICJ terus menyelidiki tuduhan genosida di Gaza.

TRIBUNNEWS.COM – YouTube diam-diam menghapus lebih dari 700 video yang mendokumentasikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta menutup akun tiga organisasi hak asasi manusia Palestina.

Menurut laporan investigasi The Intercept pada Selasa (4/11/2025), akun yang dihapus milik Al-Haq, Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan, dan Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR).

Mereka adalah tiga lembaga yang selama ini aktif mengunggah rekaman kekerasan Israel terhadap warga sipil Palestina.

Konten yang dihapus mencakup investigasi serangan militer Israel, kesaksian para penyintas perang, serta dokumentasi pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh di Jenin pada 2022.

Daily Sabah melaporkan, sebagian besar video tersebut berfungsi sebagai bukti dalam penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang Israel.

Penghapusan terjadi pada awal Oktober, tidak lama setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap ketiga organisasi itu karena dianggap bekerja sama dengan ICC dalam penyelidikan terhadap pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Juru bicara Google, Boot Bullwinkle, mengatakan kepada The Intercept bahwa keputusan YouTube dilakukan “demi mematuhi undang-undang perdagangan dan sanksi yang berlaku.”

Di sisi terpisah, para aktivis menilai langkah itu sebagai bentuk penyensoran dan pembungkaman terhadap suara rakyat Palestina.

“Penghapusan ini merupakan kemunduran serius bagi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia,” ujar perwakilan Al-Haq dalam pernyataan resmi yang dikutip Middle East Eye.

Sementara itu, Basel al-Sourani dari PCHR menilai tindakan YouTube “menghapus bukti-bukti penting yang mendukung proses akuntabilitas internasional.”

Sarah Leah Whitson dari organisasi Democracy for the Arab World Now (DAWN) menyebut keputusan tersebut “mengecewakan dan mengejutkan,” serta menilai YouTube telah membantu “menghapus jejak kejahatan perang dari pandangan publik.”

Baca juga: Donald Trump Berencana Kerahkan Pasukan Mesir, Turki, Indonesia di Gaza

Pengacara HAM internasional Katherine Gallagher dari Center for Constitutional Rights juga menegaskan bahwa kepatuhan YouTube terhadap sanksi AS berarti “ikut serta dalam mengubur bukti pelanggaran HAM.”

Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya sorotan dunia terhadap perang di Gaza.

Afrika Selatan sebelumnya menggugat Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida pada Desember 2023, diikuti Turki, Spanyol, Irlandia, dan Meksiko.

ICJ telah memerintahkan Israel untuk mencegah tindakan genosida dan memastikan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 170.000 lainnya, menurut data yang dikutip Anadolu Agency (AA).

Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang difasilitasi Presiden AS Donald Trump pada 10 Oktober telah beberapa kali dilanggar oleh pihak Israel.

Para pembela HAM kini menyerukan agar YouTube memulihkan akun organisasi Palestina tersebut, dengan alasan bahwa rekaman yang dihapus bukan hanya dokumentasi sejarah, tetapi juga bukti hukum atas kejahatan perang yang sedang diperiksa di pengadilan internasional.

Perkembangan Terkini Perang Israel-Hamas

Peristiwa terkini dari Gaza kembali menyoroti krisis kemanusiaan yang belum berakhir.

Meski gencatan senjata telah diberlakukan, makanan bergizi masih menjadi barang langka di wilayah tersebut.

Israel hanya mengizinkan sebagian kecil bantuan masuk, sebagian besar berupa makanan kering seperti mi instan, biskuit, dan cokelat.

Bahan pangan pokok seperti sayuran, telur, produk susu, dan sumber protein nyaris tidak tersedia.

Warga bahkan harus mengantre hingga ratusan meter hanya untuk mendapatkan ayam — komoditas yang kini dianggap mewah di Gaza.

Kondisi ini menunjukkan kesenjangan besar antara bantuan yang masuk dan kebutuhan jutaan warga yang telah hidup dalam pengepungan selama lebih dari dua tahun.

  • Makanan Bergizi Masih Langka di Gaza

Sejak gencatan senjata diberlakukan, banyak pembicaraan tentang mengalirnya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca juga: Mantan Kepala Hukum IDF Ditahan usai Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Gaza

Jumlah yang diizinkan Israel masih sangat sedikit dibandingkan dengan kebutuhan populasi yang terkepung lebih dari dua tahun.

Banyak truk yang mendapat izin hanya membawa barang kering non-esensial seperti mi instan, biskuit, cokelat, dan makanan manis.

Sementara itu, kebutuhan pokok seperti sayuran, protein, dan produk susu tetap langka.

Telur bahkan dilaporkan tidak tersedia di mana pun.

Seorang reporter menyaksikan antrean hingga 500 orang di sebuah toko yang menjual ayam, komoditas yang sangat jarang ditemukan.

Kesenjangan antara kebutuhan dan kenyataan masih besar dan terus berlangsung setiap hari.

  • 11 Orang Ditangkap Saat Protes Sebelum Laga Aston Villa vs Maccabi Tel Aviv

Sebanyak 11 orang ditangkap selama demonstrasi menjelang pertandingan Liga Europa antara Aston Villa dan Maccabi Tel Aviv di Birmingham.

Polisi mengatakan penangkapan terjadi di tengah protes pro-Palestina dan pro-Israel yang berlangsung di luar stadion pada Kamis malam.

Meski sempat terjadi ketegangan, pertandingan tetap berlangsung tanpa gangguan berarti.

Dalam laga tersebut, Aston Villa menang 2-0 atas Maccabi Tel Aviv di Villa Park di bawah pengamanan ketat.

Kepolisian West Midlands menyebut mereka yang ditangkap berusia antara 17 hingga 67 tahun.

Mayoritas ditahan karena pelanggaran publik yang “berbau rasial”.

Pasukan Israel melanjutkan gelombang serangan dan penangkapan di Tepi Barat yang diduduki.

Tentara menahan satu pria dan menembak seorang lainnya saat menyerbu desa al-Judeira, dekat Yerusalem Timur, menurut laporan Al Jazeera.

Pasukan juga menyerbu Tulkarem serta kota terdekat Zeita dan menangkap empat orang, lapor kantor berita resmi Wafa.

Serangan serupa dilaporkan terjadi di kamp Balata di Nablus, Betlehem, kota Halhul dekat Hebron, serta Azzun di Qalqilya.

  • Pengadilan Jerman Batalkan Larangan untuk Dokter Palestina-Inggris

Baca juga: Gencatan Senjata Retak, Israel Lakukan 194 Pelanggaran di Gaza

Pengadilan di Jerman menegaskan larangan aktivitas politik terhadap dokter dan akademisi Inggris-Palestina, Dr Ghassan Abu Sittah, adalah melanggar hukum.

Putusan itu memperkuat keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara Berlin pada Juli 2025 yang menyatakan Kantor Imigrasi Berlin bertindak keliru.

Abu Sittah sebelumnya dilarang masuk ke Jerman untuk berbicara di Kongres Palestina pada 2024.

Laporan menyebut Abu Sittah menjadi saksi serangan udara Israel pada Oktober dan November 2023 dan telah memberi kesaksian di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

Kongres Palestina di Berlin sendiri dibubarkan oleh polisi tak lama setelah dimulai, meski semula dijadwalkan berlangsung tiga hari.

Abu Sittah, ahli bedah plastik dan rektor Universitas Glasgow, sempat bekerja di Gaza selama 43 hari sejak 9 Oktober 2023.

Ia diundang ke konferensi untuk membagikan pengalamannya, tetapi ditolak masuk oleh otoritas Jerman.

  • Israel Gempur Khan Younis Lewat Udara dan Artileri

Koresponden Al Jazeera di Gaza melaporkan serangkaian serangan udara dan tembakan artileri menargetkan Khan Younis, kota terbesar kedua di selatan Gaza.

Baca juga: Warga Gaza Terus Tersiksa di Tengah Gencatan Senjata, 236 Tewas dan Ribuan Terlantar

Penembakan artileri dilaporkan terjadi di pinggiran Bani Suheila, di sebelah timur kota tersebut.

Serangan udara juga menghantam wilayah timur Khan Younis.

Meski gencatan senjata dengan Hamas telah berlaku hampir sebulan, pasukan Israel terus melancarkan serangan di Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 240 warga Palestina tewas sejak awal Oktober.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved