Kamis, 13 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Houthi Tobat, Janji Setop Serangan ke Kapal Laut Merah dan Israel di Tengah Gencatan Senjata Gaza

Houthi hentikan sementara serangan ke Israel dan kapal di Laut Merah. Namun mereka ancam akan kembali menyerang jika agresi ke Gaza terus berlanjut.

RNTV/TangkapLayar
MILISI HOUTHI - Anggota milisi gerakan Houthi Yaman hentikan sementara serangan ke Israel dan kapal di Laut Merah. Namun mereka ancam akan kembali menyerang jika agresi ke Gaza terus berlanjut. 
Ringkasan Berita:
  • Kelompok Houthi Yaman mengumumkan penghentian sementara serangan terhadap Israel dan kapal di Laut Merah, namun memperingatkan akan kembali menyerang jika agresi ke Gaza berlanjut. 
  • Sejak 2023, serangan mereka menewaskan sembilan pelaut, menenggelamkan empat kapal, dan mengacaukan jalur perdagangan Laut Merah senilai 1 triliun dolar AS per tahun. 
  • Langkah ini dinilai sebagai strategi politik Houthi untuk menekan Barat dan menghindari serangan balasan internasional.

TRIBUNNEWS.COM - Kelompok pemberontak Houthi di Yaman memberikan sinyal mengejutkan. Mereka menyatakan bakal menghentikan serangan terhadap Israel dan kapal-kapal di Laut Merah.

Surat yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal Yusuf Hassan al-Madani, kepala staf militer Houthi, menjadi sinyal paling jelas bahwa kelompok tersebut sementara waktu menghentikan operasi militernya terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan sasaran Israel.

Namun dalam surat itu, Houthi menegaskan bahwa mereka akan kembali melancarkan serangan  kapan pun jika Israel melanjutkan agresinya terhadap Gaza.

Langkah ini muncul di tengah gencatan senjata rapuh antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung di Jalur Gaza.

“Kami memantau perkembangan dengan saksama. Jika musuh melanjutkan agresinya terhadap Gaza, kami akan kembali melakukan operasi militer jauh di dalam wilayah entitas Zionis dan memberlakukan kembali larangan navigasi Israel di Laut Merah dan Laut Arab,” tulis al-Madani, dikutip dari The Times of Israel.

Laut Merah Jadi Korban

Serangan rudal terakhir Houthi terhadap Israel terjadi pada 5 Oktober, sedangkan serangan drone terakhir tercatat pada 7 Oktober.

Tak hanya membombardir pelabuhan Israel, Kampanye Houthi juga ditujukan ke pelayaran internasional di Laut Merah.

Houthi, yang didukung Iran dan dikenal dengan slogan anti-Israel dan anti-Amerika, mulai melancarkan serangan terhadap Israel dan kapal di Laut Merah sejak November 2023.

Menyebabkan kekacauan besar di jalur perdagangan vital antara Asia dan Eropa, yang setiap tahunnya menampung barang senilai lebih dari 1 triliun dolar AS.

Menurut laporan otoritas keamanan maritim internasional, sedikitnya sembilan pelaut tewas dan empat kapal dagang tenggelam akibat serangan Houthi sejak awal 2024.

Baca juga: Balas Drone Houthi, Israel Ledakkan Markas Houthi di Jantung Sanaa

Serangan-serangan itu memaksa banyak perusahaan pelayaran besar mengalihkan rute mereka menjauh dari Laut Merah, menambah waktu tempuh dan biaya logistik global secara signifikan.

Salah satu insiden paling mematikan terjadi pada 29 September 2025, ketika rudal yang ditembakkan Houthi menghantam kapal kargo berbendera Belanda, Minervagracht. 

Ledakan besar yang terjadi di lepas pantai Yaman itu menewaskan satu awak kapal dan melukai satu lainnya, memicu kecaman keras dari pemerintah Belanda dan komunitas internasional.

Meski Houthi mengklaim bahwa target utama mereka adalah kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel, fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.

Banyak kapal yang diserang tidak memiliki kaitan langsung dengan konflik Gaza, termasuk kapal dagang dari Eropa, Asia, dan Timur Tengah. 

Serangan acak tersebut membuat kawasan Laut Merah kini dikategorikan sebagai zona berisiko tinggi oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO).

Situasi ini menggambarkan apa yang disebut para analis sebagai “perang bayangan” di Laut Merah, dimana konflik antara Israel dan kelompok-kelompok pro-Iran meluas ke jalur perdagangan global. 

Para ahli menilai, tindakan Houthi bukan hanya bentuk solidaritas terhadap Hamas di Gaza, tetapi juga bagian dari strategi geopolitik untuk menekan negara-negara Barat dan sekutunya.

Gencatan Senjata di Gaza Masih Rapuh

Sementara itu, situasi di Jalur Gaza masih sangat tidak stabil. Meski gencatan senjata resmi berlaku sejak 10 Oktober, serangan sporadis dan pelanggaran perjanjian terus dilaporkan.

Tekanan diplomatik dari AS disebut menjadi faktor utama yang menjaga kesepakatan ini agar tidak benar-benar runtuh.

Keputusan Houthi untuk menghentikan serangan maritim dan rudal dipandang sebagai langkah strategis untuk menghindari keterlibatan lebih jauh dalam konflik Gaza yang berkepanjangan, sekaligus meredam kemungkinan serangan balasan dari koalisi internasional.

(Tribunnews.com / Namira)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved