Rabu, 19 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Akan Beli 100 Jet Tempur Rafale dari Prancis, Ini 3 Keuntungannya

Ukraina dan Prancis menandatangani letter of intent untuk pembelian hingga 100 jet tempur Rafale beserta persenjataannya.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Instagram @zelenskyy_official
UKRAINA BELI RAFALE - Foto yang diunggah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Instagram-nya, memperlihatkan momen penandatanganan surat pernyataan niat (letter of intent) untuk pembelian hingga 100 jet tempur Rafale beserta persenjataannya, Senin (17/11/2025). Implementasi diproyeksikan berlangsung dalam kurun 10 tahun 
Ringkasan Berita:
  • Ukraina dan Prancis menandatangani letter of intent untuk pembelian hingga 100 jet tempur Rafale beserta persenjataannya.
  • Perjanjian juga mencakup sistem pertahanan udara SAMP/T generasi baru, radar, dan drone.
  • Implementasi diproyeksikan berlangsung dalam kurun 10 tahun.


TRIBUNNEWS.COM -
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Pangkalan Udara Villacoublay, Senin (17/11/2025).

Dilaporkan France24, pertemuan tersebut digelar untuk meneken kesepakatan besar terkait pengadaan perangkat keras pertahanan udara Prancis, termasuk jet tempur Rafale, pesawat tempur utama milik Prancis.

Zelensky dan Macron menandatangani surat pernyataan niat (letter of intent) untuk pembelian hingga 100 jet tempur Rafale beserta persenjataannya, ujar Macron kepada wartawan.

Selain jet tempur, perjanjian ini juga membuka jalan bagi Ukraina untuk memperoleh sistem pertahanan udara SAMP/T generasi baru yang masih dikembangkan, serta radar dan drone.

Macron menyebut perjanjian tersebut akan memperkuat pertahanan Ukraina menghadapi agresi Rusia.

“Kesepakatan ini bertujuan menempatkan keunggulan industri dan teknologi Prancis demi melayani Ukraina dan Eropa,” kata Macron dalam konferensi pers bersama.

TRIBUNNEWS.COM, PERANCIS - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menghadiri pameran International Paris Air Show 2023 di Le Bourget, utara Paris, Prancis, Rabu (21/6/2023).   Menhan Prabowo mengunjungi berbagai paviliun pameran dan sempat berkeliling bersama Eric Trapier, CEO Dassault Aviation, produsen pesawat tempur Rafale yang akan memperkuat TNI AU. Dalam kesempatan itu miniatur Rafale untuk Indonesia turut dipamerkan.   Pada acara tersebut, yang merupakan pameran kedirgantaraan terbesar di dunia, jet tempur Rafale juga menampilkan demonstrasi udara.  Pameran yang berlangsung dari tanggal 19 - 25 Juni 2023 ini kembali digelar setelah absen selama empat tahun akibat pandemi Covid-19.   Paris Air Show ke-54 ini diikuti oleh 2.500 perusahaan teknologi dirgantara dari 46 negara di seluruh dunia. (Biro Humas Setjen Kemhan)
TRIBUNNEWS.COM, PERANCIS - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menghadiri pameran International Paris Air Show 2023 di Le Bourget, utara Paris, Prancis, Rabu (21/6/2023). (TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI)

Zelensky, yang menyambut kesepakatan tersebut karena juga akan menciptakan lapangan kerja di Ukraina, mengatakan Kyiv mungkin mempertimbangkan produksi bersama Rafale di masa depan.

Surat yang ditandatangani keduanya bukanlah kontrak jual beli final, melainkan pernyataan niat.

Implementasinya diproyeksikan berlangsung dalam kurun sekitar 10 tahun, menurut kantor Macron.

Mengutip United24, berikut tiga keuntungan utama Rafale bagi Ukraina:

1. Apa yang Dibawa Rafale ke Ukraina

Program Rafale dikembangkan oleh Dassault Aviation pada akhir 1970-an, setelah Prancis memutuskan menggabungkan berbagai jenis pesawat militer menjadi satu platform universal yang mampu beroperasi dalam segala kondisi.

Rencana jet tempur gabungan Eropa gagal, sehingga Prancis mengembangkan desain sendiri.

Baca juga: India Pensiunkan Peti Mati Terbang Rusia MiG-21, Ganti dengan Jet Tempur Tejas dan Rafale

Prototipe pertamanya, disebut “Project ACX”, sukses melakukan penerbangan perdana pada 1985.

Setelah sejumlah perubahan desain dan pengujian, versi lebih matang diperkenalkan pada 1990.

Setelah melewati lebih dari satu dekade skeptisisme anggaran dan perdebatan politik, produksi massal Rafale dimulai pada 1998 dan resmi dioperasikan pada awal 2000-an.

Sekitar 90 persen komponennya dibuat di Prancis, menjadikan Rafale satu-satunya jet tempur Eropa yang sepenuhnya dikembangkan oleh satu negara.

Saat ini Rafale menjadi tulang punggung angkatan udara Prancis.

Rafele juga dioperasikan India, Mesir, Qatar, Kroasia, dan Yunani, dan saat ini Ukraina berpotensi menjadi operator berikutnya.

Tujuan jangka panjang Ukraina adalah membangun armada udara modern sekitar 250 pesawat, terdiri dari F-16, Gripen, dan Rafale.

Swedia telah setuju memasok 100–150 Gripen, sementara Ukraina mengharapkan sekitar 80 F-16 dari para mitra.

Rafale dapat mengisi celah kemampuan yang belum terpenuhi.

Dassault saat ini memproduksi 2–3 Rafale per bulan, dan menargetkan 5 pesawat per bulan pada 2026.

2. Mengapa Rafale Penting Secara Militer

Rafale adalah jet tempur multiperan generasi 4+, yang dapat menggunakan berbagai senjata NATO, mulai AIM-120 hingga rudal jelajah Storm Shadow/SCALP.

Rafale awalnya dirancang sebagai jet generasi keempat, tetapi sejumlah peningkatan membuatnya masuk kategori “4+” berkat avionik modern dan elemen siluman.

Keunggulan utama Rafale meliputi:

  • Kemampuan multiperan sejati

Rafale mampu menjalankan misi udara-ke-udara, serangan jarak jauh, pengintaian, hingga pencegahan nuklir.

Rafale juga merupakan bagian inti dari kemampuan serangan nuklir strategis Prancis.

Baca juga: Pilot TNI AU Sukses Terbangkan Rafale di Prancis, Indonesia Siap Operasikan 42 Jet Tempur Baru

  • Kemandirian strategis

Berbeda dari Eurofighter atau Gripen, ekspor Rafale hanya membutuhkan persetujuan pemerintah Prancis.

Tidak ada lisensi internasional atau veto negara lain, menjadikannya  hal yang penting bagi Ukraina.

Rafale telah teruji dalam pertempuran di Libya, Mali, Suriah, dan Irak, termasuk dalam operasi melawan ISIS.

3. Dampak bagi Transisi Kekuatan Udara Ukraina

Selama puluhan tahun, angkatan udara Ukraina bertumpu pada pesawat buatan Soviet (MiG dan Su).

Kini, situasinya mulai berubah.

Negara-negara Barat telah mengirimkan F-16, dan sejumlah jet Mirage Prancis telah ikut bertempur di Ukraina.

Rafale dapat menjadi elemen kunci transisi Ukraina menuju armada tempur sepenuhnya kompatibel NATO.

Dengan target 250 jet modern, Ukraina tidak hanya dapat mempertahankan wilayahnya, tetapi juga terintegrasi dalam sistem pertahanan Barat, berbagi intelijen, teknologi, dan meninggalkan ketergantungan pada aset era Soviet.

Bagi Prancis, kerja sama ini berarti ekspansi industri pertahanan, kontrak jangka panjang, dan penguatan pengaruh geopolitik.

Bagi Ukraina, kerja sama ini menjadikan negara tersebut sebagai arena pengujian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan Barat, yang berpotensi memengaruhi inovasi masa depan dan strategi perang modern.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved