Sabtu, 22 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS Ultimatum Ukraina: Beri Waktu Seminggu Buat Setuju Damai dengan Rusia atau Tak Lagi Dapat Senjata

AS kini malah berbalik menekan sekutunya sendiri, Ukraina agar menyerahkan sejumlah wilayah ke Rusia demi terciptanya perdamaian.

X/@WhiteHouse
AGENDA PERTUKARAN WILAYAH - Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membahas agenda pertukaran wilayah di Gedung Putih, Washington, Senin, 18 Agustus 2025. 

Hal itu sesuai dengan tuntutan Rusia lainnya yang diajukan kepada Ukraina pada pembicaraan di Istanbul awal tahun ini ketika Moskow menyerukan pengurangan jumlah pasukan, larangan mobilisasi dan penghentian aliran senjata Barat.

Rusia juga berulang kali mengatakan tidak akan menoleransi pasukan NATO di tanah Ukraina.

Sebaliknya, Ukraina menginginkan jaminan keamanan konkret yang didukung Barat, termasuk pasukan penjaga perdamaian Eropa, untuk mencegah Rusia melakukan invasi ulang di masa mendatang.

Rencana siapa?

Media AS Axios melaporkan rencana tersebut telah disusun oleh pemerintahan Trump melalui konsultasi rahasia dengan Rusia.

Banyak elemen tampaknya menggaungkan tuntutan Moskow tentang bagaimana konflik ini harus diakhiri.

"Tampaknya Rusia mengusulkan hal ini kepada Amerika, dan mereka menerimanya," kata sumber senior tersebut kepada AFP.

"Nuansa pentingnya adalah kita tidak memahami apakah ini benar-benar kisah Trump" atau "rombongannya," tambah pejabat itu.

Sejak kembali ke Gedung Putih, posisi Presiden AS Donald Trump mengenai perang Ukraina telah berubah secara dramatis.

Selama tahun 2025, ia berubah dari menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "diktator" menjadi mendesak Kyiv untuk mencoba merebut kembali semua tanah yang direbut oleh Rusia dan menjatuhkan sanksi kepada Moskow.

Reaksi

Belum ada reaksi resmi terhadap rencana tersebut di Kyiv. Kremlin mengatakan tidak berkomentar apa pun ketika ditanya tentang laporan tersebut.

Diplomat utama Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan setiap penyelesaian damai harus mendapat persetujuan dari Kyiv dan Brussel.

"Agar rencana apa pun berhasil, dibutuhkan keterlibatan Ukraina dan Eropa," ujar Kallas kepada wartawan menjelang pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels.

"Kita harus memahami bahwa dalam perang ini, hanya ada satu agresor dan satu korban. Jadi, kita belum mendengar adanya konsesi dari pihak Rusia," tambahnya.

 

 

(oln/nw/*)

 

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved