Kemenkes Tegaskan Teknologi Wolbachia Cegah DBD Pasti Aman
Berbagai inovasi dilakukan demi menuntaskan kasus DBD, satunya dengan menerapkan teknologi nyamuk ber-wolbachia.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di Indonesia.
Pada 2023, tercatat ada 76.449 kasus dengue dengan 571 kasus kematian mulai dari Januari-November.
Baca juga: Soal Nyamuk Wolbachia, Dinkes Kota Bandung Bentuk Tim Analisis Risiko
Kasus dengue terbilang masih cukup tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan masyarat.
Karenanya perlu berbagai inovasi dilakukan, salah satunya dengan menerapkan teknologi nyamuk ber-wolbachia.
Baca juga: Dua Faktor yang Pengaruhi Keberhasilan Teknologi Wolbachia Tangani DBD
Mengutip situs Kemenkes, Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami diserangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti.
Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman.
Karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli.
“Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia sudah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan 25 peneliti top Indonesia, dan hasilnya bagus," ungkap Maxi pada laman resmi Kemenkes, Minggu (26/11/2023).
Keampuhan teknologi Wolbachia ini udah diujicobakan di Yogyakarta sekitar 5-6 tahun lalu.
"Dan hasilnya sangat menggembirakan," sambungnya.
Cara Bakteri Alami Wolbachia Lumpuhkan Populasi Nyamuk Aedes Aegypt

Sebagai informasi, teknologi Wolbachia adalah memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen pada serangga.
Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk aedes aegypti, hingga menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.
Dengan demikian, perlahan populasi aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.
Bila menggigit, nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia.
Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri wolbachia.
Lebih lanjut, disebutkan jika gasil kajian dan efektivitas ini selanjutnya dikirim ke Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Akhirnya pada tahun 2021 nyamuk ber-wolbachia direkomendasikan oleh WHO.
Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter |
![]() |
---|
Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD? |
![]() |
---|
Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030 |
![]() |
---|
DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus |
![]() |
---|
Ada Lebih dari 1.400 Kasus Kematian Akibat DBD dalam Setahun, Pemerintah Susun Strategi Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.