Sabtu, 16 Agustus 2025

Virus Corona

Singapura Hadapi Lonjakan Covid-19 Drastis, Pakar: Umumnya Alami Gejala Ringan

Tercatat, kasus Covid di Singapura naik 90 persen dan puncaknya diprediksi terjadi dua - empat minggu ke depan.

Dok. Pribadi
Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara tetangga Singapura sedang menghadapi lonjakan Covid-19 sangat drastis.

Tercatat, kasus Covid di Singapura naik 90 persen dan puncaknya diprediksi terjadi dua - empat minggu ke depan.

Berawal dari 13.700 kasus, lalu naik menjadi 25.900 kasus pada pekan kedua Mei.

Kondisi ini turut direspons pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama.

Meski terhitung cepat menular, kasus yang ada umumnya bergejala ringan.

Tidak ada dampak berarti pada perawatan di rumah sakit dan apalagi ICU. 

"Karena itu, nampaknya akan dapat dikendalikan dengan baik dan akan turun lagi sesudah puncak kasusnya tercapai. Sekali lagi kasusnya umumnya adalah ringan," kata dia di Jakarta, Rabu (23/5/2024).

Baca juga: Temuan Sindrom Covid-19 Baru Punya Efek Mematikan pada Paru, Ini Kata Pakar

Baca juga: Gelombang Baru Covid-19 di Singapura Puncaknya Diperkirakan Juni, Pelancong Diminta Berhati-hati

 Ia mengatakan, kondisi ini wajar terjadi lantaran Covid-19 masih ada.

Pada waktu tertentu akan naik dan turun lagi, sama seperti penyakit menular pada umumnya.

"Varian baru akan selalu ada dari waktu ke waktu, baik sekarang maupun di masa waktu ke depan," jelas direktur pasca sarjana RS Yarsi.

Adapun kenaikan kasus di Singapura sekarang ini terjadi karena galur virus jenis KP1 dan KP2, yang merupakan kelompok dari subvarian JN.1 yang merupakan bagian dari Omicron.

Secara umum di dunia sekarang virus covid yang sedang dominan adalah varian Omicron, sub varian JN.1 dengan galurnya, termasuk KP.1 dan KP.2. 

Keduanya ini dikelompokkan pula dengan nama panggilan (nicknamed) 'FLiRT', sesuai dengan istilah tehnis mutasi yang terjadi.

"KP.2 ternyata lebih mudah menular daripada KP.1, dan KP.2 ini sudah dikategorikan sebagai variant under monitoring (VOM) oleh WHO," jelas Prof Tjandra.

Baca juga: Kemenkes: KRIS Akan Diterapkan di 3.060 Rumah Sakit

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan