Gejala DBD pada Anak yang Sering Terlewat dan Dianggap Penyakit Lain
Meski bukan penyakit barum, tapi masih banyak orang yang belum mengenali atau mengenali gejalanya.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demam berdarah dangue (DBD) bukanlah penyakit baru.
Kendati demikian, ternyata masih banyak orang masih belum mengenali gejalanya, terutama pada anak-anak.
Tidak jarang gejala DBD kerap dianggap sebagai penyakit lain seperti flu atau demam biasa, masuk angin, bahkan kelelahan.
"Memang penampilan gejala DBD itu, klinisnya bisa sangat lebar. Dari yang ringan banget sampai berat dan sangat khas. Kalau ringan banget tidak mudah membedakan dengan flu biasa," ungkap Pakar Kesehatan Anak sekaligus dokter, dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A (K) pada talkshow kesehatan, Kamis (24/4/2025).
Baca juga: Kemenkes Sebut Banyak Kasus Kematian DBD Disebabkan karena Pasien Datang Terlambat ke RS
Menurutnya, ada beberapa gejala khas dari DBD yang sering terlewatkan oleh orang tua.
Pertama demam dan pegal-pegal. Dua keluhan kesehatan ini sering disangka sebagai infeksi dari virus lain.
Kedua, munculnya ruam. Gejala khas spesifik, lainnya dari DBD adalah adanya ruam.
"Itu (ruam) adalah sesuatu yang kalau anak orang tua menganggap penyakit lain. (Misalnya) Campak dan lain. Gejala ini sering diabaikan oleh orang tua dan disangka sebagai penyakit lain," imbuhnya.
Ia pun mengimbau pada orang tua, jika anak mengalami ruam dibarengi demam tinggi, maka perlu dicurigai sebagai tanda DBD.
Padahal demam tinggi, muncul ruam hati-hati, tanda dan gejala dangue.
Ketiga, gejala yang sering diabaikan orang tua adalah rasa pegal.
"Pegal minta dipijit-pijit. Itu juga gejala yang penting. Salah satu gejala nyeri tulang, otot, sendi itu muncul juga. Kadang, anak yang tidak ngomong, orang tua menganggap tidak ada keluhan itu,"paparnya.
Keempat, anak mengeluh berat membuka mata.
"Itu salah satu tanda diperhatikan. Nyeri di belakang bola mata itu salah satu tanda dangue. Tapi kalau anak tidak bisa menyampaikan, itu salah satu kadang sering terlewat," tegasnya.
Terakhir adalah mimisan. Gejala ini sebenarnya mudah dikenali sebagai demam berdarah.
Namun, tidak semua anak dangue mengalami pendarahan. Sehingga juga kadang disalahartikan sebagai mimisan biasa.
Lantas kapan sebaiknya membawa anak ke fasilitas kesehatan?
Menurut dr Ida, jika anak mengalami gejala di atas disertai demam, nyeri kepala, mual, muntah hingga pendarahan, orang tua perlu segera membawa anak ke fasilitas layanan kesehatan.
Terutama jika anak alami gejala ini di bulan Desember hingga April.
"Dangue itu kasusnya akan ada sepanjang tahun. Tetapi ada musim di mana kasus secara rutin, pola yang ada meningkat. Kapan mulai peningkatan kasus ini? Dimulai dari Desember, kemudian naik sampai akhir April," imbuhnya.
Selain itu, orang tua juga perlu curiga anak alami DBD jika ada kasus serupa di keluarga, teman sekolah atau tetangga.
Terakhir, orang tua perlu ke dokter kalau anak belum juga membaik setelah mendapatkan pengobatan di rumah.
"Kita menganjurkan agar sebelum hari ketiga. Kalau demam tidak membaik setelah minum obat penurun panas, demam cenderung naik turun. Karena salah satu karakteristik demam dangue turun sebentar, setelah pemberian penurun panas, dia tinggi lagi," jelas dr Ida.
Oleh karena itu, jika demam anak belum membaik, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
DBD Acap Disalahartikan Infeksi Virus Ringan Padahal Bisa Berujung Fatal, Deteksi Dini Jadi Krusial |
![]() |
---|
Waspada Dengue Shock Syndrome saat Anak DBD, Berikut Saran Mencegahnya dari Dokter |
![]() |
---|
Anak-anak Sekolah Dasar di Kukar Mulai Diberi Vaksinasi Dengue, Efektifkah Cegah Infeksi DBD? |
![]() |
---|
Peringatan ASEAN Dengue Day 2025, Perkuat Komitmen Capai Target Nol Kematian Akibat DBD pada 2030 |
![]() |
---|
DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.