Rabu, 3 September 2025

Bernapas Lewat Mulut Bisa Jadi Masalah Gigi di Masa Depan

Meski terlihat sepele, kebiasaan bernapas lewat mulut ternyata dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan gigi, rahang, bahkan bentuk wajah

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
AI Chat GPT
BERNAPAS LEWAT MULUT - Foto ilustrasi hasil olah kecerdasan buatan (AI) Chat GPT, Senin (1/9/2025), memperlihatkan seorang anak bernapas lewat mulut saat tidur. Kebiasaan ini bisa menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan gigi, rahang, dan bahkan bentuk wajah khususnya pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bernapas adalah fungsi vital yang tidak pernah berhenti sepanjang hidup manusia.

Secara normal, pernapasan dilakukan melalui hidung namun sebagian orang justru terbiasa bernapas lewat mulut, baik saat beraktivitas maupun ketika tidur.

Meski terlihat sepele, kebiasaan bernapas lewat mulut ternyata dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan gigi, rahang, dan bahkan bentuk wajah, khususnya pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Baca juga: 5 Tips Bernapas yang Benar untuk Pelari Pemula agar Tidak Cepat Lelah

Mengapa Bernapas Lewat Mulut Bisa Terjadi?

Dokter gigi spesialis ortodontis di Bethsaida Hospital Dental Center, drg. Fauzia Adhiwidyanti, Sp.Ort mengatakan, kebiasaan bernapas lewat mulut biasanya muncul karena adanya hambatan di saluran pernapasan atas.

“Saat aliran udara melalui hidung berkurang, tubuh secara otomatis memaksa udara keluar atau masuk melalui mulut. Jika berlangsung terus-menerus, hal ini berisiko menimbulkan masalah gigi dan rahang di masa depan,” ujarnya, Senin (1/9/2025).

Fauzia menyebut ada sejumlah faktor penyebab yang umum antara lain alergi, sinusitis, atau pilek berkepanjangan yang menyumbat hidung;  pembesaran tonsil (amandel) yang menghalangi saluran pernapasan; penyempitan rongga hidung atau bentuk hidung yang tidak normal.

Pada anak-anak, dampaknya bisa lebih signifikan.

“Kebiasaan bernapas lewat mulut saat masa pertumbuhan dapat menyebabkan lengkung gigi atas menyempit, gigi maju, gigitan terbalik di gigi belakang, atau gigitan terbuka di gigi depan yang mengganggu fungsi mengunyah,” jelas drg. Fauzia.

Dampak Jangka Panjang

Selain masalah gigi, kebiasaan bernapas lewat mulut juga menimbulkan mulut kering karena produksi saliva berkurang, yang meningkatkan risiko gigi berlubang dan penyakit gusi.

Tidak hanya itu, ini bisa memicu gangguan perkembangan wajah, terutama memanjang secara vertikal di sepertiga bawah wajah, dikenal sebagai long face.

“Di sinilah peran dokter ortodontis menjadi penting. Tidak hanya memperbaiki estetika gigi, tetapi juga mendiagnosis serta menangani dampak kebiasaan bernapas melalui mulut,” tambahnya.

Baca juga: Hasil Temuan CKG Buat Prabowo Minta Perbanyak Jumlah Dokter Gigi, Menkes Budi Ungkap Alasannya

Perawatan ortodontik sejak dini dapat memperbaiki posisi gigi, melatih pasien untuk kembali bernapas melalui hidung, sekaligus mencegah komplikasi jangka panjang.

“Dengan penanganan tepat, bukan hanya gigitan gigi dan estetika wajah yang membaik, tetapi juga kesehatan mulut dan kualitas hidup anak secara keseluruhan,” kata drg. Fauzia.

Orang dengan kebiasaan bernapas lewat mulut bisa memperhatikan gejala berikut: Mulut terasa kering saat bangun tidur; mendengkur atau tidur dengan mulut terbuka.

 Pada anak: wajah terlihat lebih panjang, terdapat lingkaran hitam di bawah mata, lubang hidung sempit, serta suara sengau atau kurang jelas saat berbicara

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan