Waspadai Nyeri Dada Saat Lari, Kenali Sebab dan Cara Mengatasinya
Di balik manfaatnya yang besar, ada satu hal yang sering dikhawatirkan para pelari: munculnya nyeri dada saat berlari.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lari menjadi olahraga yang sederhana sekaligus populer di masyarakat.
Namun, di balik manfaatnya yang besar, ada satu hal yang sering dikhawatirkan para pelari: munculnya nyeri dada saat berlari.
Tidak jarang orang langsung panik ketika merasakan nyeri di bagian dada.
Padahal, kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari yang ringan hingga yang serius.
Nyeri Dada Bisa Karena Jantung, Bisa Karena Kurang Pemanasan
Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO., Subsp.APK(K), MARS menjelaskan bahwa nyeri dada tidak boleh disepelekan, meskipun tidak semua nyeri mengarah pada penyakit jantung.
Baca juga: Mengenal Angina Refraktor, Nyeri Dada Menahun yang Bisa Berujung Fatal
“Nyeri ini ada kaitannya dengan jantung atau karena kurangnya persiapan, bahwa kurang pemanasan aja itu bisa jadi nyeri dada juga. Cuma tentu saja dalam kondisi ini kita harus berpikirnya lebih jauh untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya pada jumpa pers di Salemba, Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Artinya, penyebab nyeri dada bisa sederhana, misalnya otot yang kaku akibat pemanasan yang kurang, atau bisa juga pertanda adanya masalah serius pada organ jantung.
Bagaimana Cara Menyikapinya?
Dr. Listya menekankan pentingnya sikap bijak saat gejala muncul. Ia menyarankan pelari untuk berhenti sejenak dan memperhatikan karakteristik rasa sakit.
“Ketika ada nyeri tentu saja berhenti dulu. Apabila kalau berhenti itu agak ringan, oke berarti kemungkinannya bukan penyakit jantung juga tapi masih diamati dulu, dan munculnya ketika apa jadi karakteristik dari nyeri dada yang muncul itu tentu saja harus diamati apalagi kalau munculnya berulang jangan dibiarkan,” ujarnya.
Jika nyeri muncul berulang kali, bahkan setelah beristirahat atau menurunkan intensitas, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan pelari adalah langsung menghentikan gerakan saat dada terasa sakit. Hal ini bisa membuat tubuh kaget.
Menurut Dr. Listya, sebaiknya kurangi intensitas terlebih dahulu, misalnya dari berlari ke jalan cepat, baru kemudian berhenti total. Dengan begitu, tubuh punya waktu beradaptasi.
Selain teknik transisi, faktor lain yang sering terabaikan adalah pemanasan. Banyak orang langsung lari dengan intensitas tinggi tanpa persiapan otot dan jantung yang cukup.
Kurangnya pemanasan dapat memicu kram otot, sesak napas, hingga nyeri dada. Maka, meluangkan 10–15 menit untuk peregangan dan jogging ringan sangat dianjurkan.
Mindful Running: Dengarkan Tubuh Anda
Lari bukan sekadar mengejar jarak atau kecepatan.
15 Makanan Pemulihan Setelah Lari: Untuk Turunkan Berat Badan, Bangun Otot, dan Recovery Maraton |
![]() |
---|
11 Tips Mempersiapkan Lari Marathon Pertama untuk Pemula agar Tahan sampai Garis Finis |
![]() |
---|
Komunitas dan Platform Digital Dorong Pertumbuhan Ekosistem Lari Nasional |
![]() |
---|
Sosok Aipda Kadek Sudi yang Meninggal Jadi Korban Tabrak Lari, Aktif Pelayanan Publik Bidang Lantas |
![]() |
---|
Polisi Buru Sopir Truk Pelaku Tabrak Lari Renggut Nyawa Anggota Polres Buleleng Aipda Kadek Sudi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.