Kamis, 20 November 2025

Muncul Kasus Pertama H5N5 pada Manusia di AS, Bagaimana Risiko di Indonesia?

Temuan kasus H5N5 pada manusia langsung menjadi perhatian global, termasuk Indonesia, mengingat H5N5 belum pernah terdeteksi pada manusia sebelumnya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Febri Prasetyo
Dokumen pribadi
PAKAR EPIDEMIOLOGI - Ahli epidemiologi Indonesia dan peneliti pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. 

Otoritas juga menyelidiki kemungkinan kematian unggas di sekitar tempat tinggal pasien.

“Jika ada clustering pada kontak dekat, itu tanda bahaya,” kata Dicky. Namun hingga kini, belum ada indikasi tersebut.

Potensi Dampak terhadap Indonesia

Apa artinya bagi Indonesia? Menurut Dicky, risiko masuknya H5N5 tidak nol, tetapi relatif kecil.

Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan:

1. Posisi dalam jalur migrasi burung internasional (East Asian Australasian Flyway).

2. Kontak burung liar dengan unggas peliharaan, terutama di peternakan tradisional.

Baca juga: Waspadai Serangan Flu Burung pada Sapi Perah dan Kucing, Berikut Gejalanya

3. Pasar unggas hidup (wet market) yang masih banyak dan belum tertata.

4. Biosekuriti yang belum optimal di berbagai peternakan kecil.

Meski jarak Indonesia jauh dari Amerika Serikat, mobilitas burung dan perdagangan hewan tetap dapat membawa risiko.

Untuk mencegah potensi masuk atau penyebaran H5N5, penguatan sistem menjadi mutlak.

Beberapa rekomendasi Dicky antara lain sebagai berikut.

1. Penguatan pemantauan unggas dan lingkungan

Meliputi deteksi aktif di daerah pesisir, pasar unggas, peternakan rakyat, serta jalur migrasi burung air.

2. Peningkatan kapasitas laboratorium dan jalur pelaporan cepat

Termasuk kesiapan rumah sakit, pemetaan risiko, serta ketersediaan antiviral dan APD.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved