Minggu, 23 November 2025

Perusak Mental Remaja Berkedok Kritik: 5 Tanda Perilaku Gaslighting, Bukan Memberi Nasihat

Membedakan kritik membangun dengan tindakan gaslighting menjadi kemampuan penting untuk menjaga kesehatan mental.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
ChatGPT Plus
ILUSTRASI. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Remaja semakin sering berhadapan dengan berbagai bentuk komunikasi yang membingungkan, mulai dari kritik yang dianggap terlalu keras hingga komentar yang terasa meremehkan. 

Di tengah perubahan emosional dan sosial yang mereka alami, membedakan kritik membangun dengan tindakan gaslighting menjadi kemampuan penting untuk menjaga kesehatan mental.

Psikolog Klinik Utama Kasih Ibu Sehati (KUKIS), Hafizh Mutiara Nisa, M.Psi, CHt, menegaskan bahwa kedua hal tersebut memiliki perbedaan mendasar.

Baca juga: Masalah Mental Makin Kompleks, Kemenkes: Jumlah Psikolog Klinis Masih Minim

“Kritikan yang membangun dan gaslighting ini dua hal yang berbeda ya,” ujar Hafizh pada live streaming Healthy Talk di kanal YouTube Tribun Health, Minggu (23/11/2025).

Untuk membantu remaja lebih mudah mengenalinya, berikut lima cara membedakan gaslighting dengan kritik membangun berdasarkan penjelasan sang psikolog.

1. Lihat Fokus Pembahasan: Kritik Membangun Selalu Jelas Tujuan dan Isunya

Hafizh menjelaskan bahwa kritik konstruktif memiliki fokus yang jelas.

“Kritikan yang membangun itu misalnya disampaikan fokus pada permasalahan yang mau dibahas, kemudian fokus pada permasalahan yang dibahas,” katanya.

Kritik tersebut membahas perilaku atau situasi tertentu, bukan menyerang pribadi. 

Sebaliknya, gaslighting sering kali tidak memiliki fokus yang jelas. 

Komentarnya menyimpang, melebar, atau justru menyerang karakter remaja tanpa hubungan dengan masalah yang sedang dibahas.

Jika topik pembicaraan berubah menjadi tuduhan yang tidak relevan atau meremehkan perasaan, itu bisa menjadi tanda gaslighting.

2. Periksa Apakah Ada Upaya Mencari Solusi

Ciri kuat dari kritik yang membangun adalah adanya ajakan berdiskusi dan mencari penyelesaian.

Menurut Hafizh, kritik yang sehat memiliki tujuan.

“Untuk mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi tersebut, jadi ada diskusi dua arah antara keduanya,"imbuhnya. 

Jika seseorang memberikan saran, mengajak berdialog, atau menunjukkan langkah yang bisa diperbaiki, itu termasuk kritik konstruktif.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved