Kecelakaan Maut di Subang
Peter Gontha : Pemerintah Kurang Memberikan Penghormatan kepada Korban Tragedi Kecelakaan di Subang
Peter membandingkan dengan tewasnya 5 pekerja karena menghirup gas hidrogen Sulfida di Italia yang membuat seluruh Eropa berkabung
Editor:
Eko Sutriyanto
Mesin bus harus distel agar tidak bisa mengebut dan melaju hanya pada batas maksimal 65 km/jam.
"Saya sudah berkali menulis ini tapi DIRLANTAS hanya CUEK aja. Harusnya ada polisi jalan raya yang selalu memonitor dan pemilik bis bis diharuskan menjadi penanggung jawab, dan bis bis tersebut harus di stel mesinnya tidak boleh jalan kebih cepat dari 65km per jam," ujat Peter.
"Pak Kapolri bayangkan kalau yang menjadi korban adakah anak, istri atau keluarga Bapak. Kebayang nga? (Wartakota/Budi Sam Law Malau)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Peter Gontha Heran 5 Pekerja Tewas Hirup Gas Eropa Berkabung, di Indonesia 11 Siswa SMK Tewas Tidak
Sumber: Warta Kota
Kecelakaan Maut di Subang
Gibran: Study Tour Jangan Dilarang Tapi Pengetatan Armada Transportasinya yang Difokuskan |
---|
Kementerian PPPA: Kecelakaan Maut di Ciater Tak Boleh Jadi Alasan Pelarangan Study Tour Bagi Siswa |
---|
Dedi Mulyadi Minta Kecelakaan Bus di Subang Diusut Tuntas: Jangan Hanya Sopir yang Tanggung Jawab |
---|
Muncul Donasi Palsu Korban Kecelakaan Maut Subang, Ngaku Paman Mahesya, Donasi Terkumpul Rp 11 Juta |
---|
Pemerintah Diminta Tegas ke Pengusaha Otobus dan Tak Batasi Kegiatan Study Tour |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.