Selasa, 19 Agustus 2025

Operasi Berantas Preman

Tukang Parkir Minimarket Ngaku Minta Upah Sukarela, Tapi Khawatir Ditangkap Operasi Premanisme

Mayoritas pelaku yang ditangkap adalah juru parkir liar yang ditangkap aparat kepolisian karena melakukan pungutan liar (pungli).

Editor: Erik S
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
OPERASI PREMANISME - Juru parkir liar di sejumlah minimarket di kawasan Kemang dan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan tengah mengatur dan menjaga kendaraan pengunjung, Sabtu (17/5/2025). Mereka mengaku khawatir ditangkap dalam Operasi Berantas 2025 yang menyasar aksi premanisme yang meresahkan masyarakat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suara nyaring dari peluit yang ditiup tukang parkir di sejumlah minimarket terdengar cukup kencang pada Sabtu (17/5/2025) siang.

Juru parkir ini terlihat sibuk ketika ada pengunjung yang ingin berbelanja sambil membawa kendaraan baik sepeda motor maupun mobil yang masuk dan keluar halaman minimarket.

Salah satunya di minimarket di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Lokasinya yang berada di jalan kecil dua arah ini membuat dirinya juga mendadak menjadi pengatur lalu lintas saat kendaraan keluar dari tempat parkir minimarket.

Baca juga: 1.197 Orang Ditangkap dalam Operasi Pemberantasan Premanisme di Jakarta, 125 Jadi Tersangka

"Ya terus, terus, terus. Op op (stop)," teriak JT saat mengatur mobil pengunjung minimarket tersebut.

Tribunnews.com pun mencoba berbincang dengan JT terkait Operasi Berantas Preman yang berfokus pada penindakan terhadap aksi-aksi premanisme khususnya di Jakarta. 

Mayoritas pelaku yang ditangkap adalah juru parkir liar yang ditangkap aparat kepolisian karena melakukan pungutan liar (pungli).

JT mengaku rasa khawatir ditangkap polisi menghantuinya ketika pemerintah dan aparat hukum menggencarkan operasi tersebut beberapa hari terakhir.

"Ya gimana ya bang ya, susah juga. (Khawatir) ada. Tapi kan kita enggak maksa juga (mintanya)" kata JT.

Padahal, menurutnya dia tidak pernah memaksa usai menjaga kendaraan pengunjung minimarket. Jika pengunjung tak memberi uang, dia dan rekan-rekannya tidak akan marah atau memeras para pengunjung.

Di sisi lain, sejatinya para juru parkir ini juga tidak mematok tarif untuk masing-masing kendaraan pengunjung sesuai dengan jenisnya.

Baca juga: Tak Pandang Bulu Sikat Premanisme, Kapolri: Tidak Lihat Kelompok, Kalau Meresahkan Kita Tindak Tegas

"Nggak ada unsur pemaksaan, jadi kalau dia (pemilik kendaraan) mau kasih ya kita ambil, kalau enggak ya gapapa Yang penting kita udah jagain barangnya dia, motornya dia karena kan di sini rawan juga (pencurian) ya kan," ungkapnya.

"Kita bukan masalah duitnya dia Rp2 ribu, tapi demi keamanan dia kalau misalnya dia nggak bayar ya gapapa, berarti bukan rejeki kita," sambungnya.

Selain menjadi juru parkir, dia mengaku juga menjadi pengemudi ojek online (ojol) untuk menambah pundi-pundi agar bisa menafkahi keluarganya.

Terpisah, seorang juru parkir liar berinisial R di sebuah minimarket lainnya di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan juga memiliki rasa khawatir yang sama.

"Khawatir mah ada, karena ini mata pencaharian saya juga. Kalau saya diangkut (ditangkap), anak bini makan apa," ucap R.

Baca juga: Premanisme di Indonesia Kian Meresahkan, Keamanan Sudah Jadi Barang Mahal di Negeri Ini?

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan