Aksi Ojek Online
Jeritan Pengemudi Ojek Online Terbebani Potongan Aplikator: Kadang Pulang Nggak Bawa Uang
Keluhan Mufli bukan tanpa sebab. Ia menyoroti potongan dari aplikator yang dianggap tidak masuk akal dan membebani para pengemudi.
Penulis:
Muhammad Zulfikar
Pria berusia 44 tahun itu merasa terpanggil menyuarakan aspirasi agar potongan tarif aplikator tak terus menerus menyengsarakan mitranya.
"Saya sudah dari 2016 ojek online lebih banyak dukanya, aksi unjuk rasa ini sudah sering saya ikut hanya didengar tapi tidak pernah diimplementasikan," ucap Anong kepada Tribunnews.com.
Dia menyampaikan rasa kekecewaan atas tidak adanya sikap dari pemerintah terhadap aplikator yang melakukan pemotongan hingga 50 persen.
Menurutnya, sudah hampir satu dekade melakoni profesi ojol semakin jauh dari kesejahteraan.
"Ya begini hidup makin pas-pasan kadang ada juga yang pulang nggak bawa uang karena habis buat beli bensin dan makan doang di jalan," tuturnya.
Dia menilai kebijakan tarif batas bawah yang ditetapkan Kementerian Perhubungan juga terbukti menyengsarakan para pekerja ojol.
Anong berharap pemerintah kali ini terbuka hatinya untuk mensejahterakan kaum pekerja ojol.
Baca juga: Ikut Demo Ojek Online di Kawasan Patung Kuda, Norman Curi Perhatian Pakai Helm Gas LPG 3 Kg
Grab Tak Bisa Penuhi Permintaan Ojol
Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza R Munusamy buka suara mengenai tuntutan pengemudi ojek online (ojol) meminta komisi yang dipotong untuk perusahaan diturunkan menjadi 10 persen.
Saat ini, komisi yang dipotong untuk perusahaan sebesar 20 persen. Ini diklaim telah sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan menteri perhubungan.
Tirza mengatakan komisi 20 persen ini digunakan untuk berbagai hal seperti pemeliharaan sistem, pengembangan fitur, dan mendukung biaya operasional.
Dukungan untuk biaya operasional ini contohnya seperti panggilan gratis dalam aplikasi. Fitur ini memungkinkan mitra pengemudi dan penumpang berkomunikasi tanpa harus menggunakan pulsa.
"Telepon aja kalau setiap hari harus pakai pulsa itu kan mahal ya. Makanya kami punya (fitur) kalau telepon pakai aplikasi itu gratis untuk mitra pengemudi maupun pengguna. Jadi itu untuk bantuan operasional," kata Tirza dalam acara diskusi bertajuk 'Dinamika Industri On-Demand di Indonesia: Status Mitra Pengemudi dan Komisi' di Jakarta, Senin (19/5/2025).
Operasional juga termasuk penyediaan customer service 24 jam selama 7 hari untuk membantu pengguna dan mitra kapan saja dibutuhkan. Di balik layanan ini, ada agen-agen yang siap membantu setiap saat.
Komisi 20 persen tersebut juga digunakan untuk membiayai perlindungan asuransi dan fitur keselamatan bagi pengguna.
"Termasuk sekarang kalau misalnya tiba-tiba berhenti nanti akan ada yang nanya ya, ini cuma macet atau memang ada apa. Kalau ternyata ada marabahaya itu bisa ada satgas yang datang. Supaya kalau ada kecelakaan atau ada kekerasan seksual atau amit-amit yang lainnya, itu bisa tertangani," ujar Tirza.
Aksi Ojek Online
Aksi Ojek Online 20 Mei 2025, Layanan Ojol untuk Masyarakat Tetap Berjalan Normal |
---|
UMKM Bergantung pada Ojol, Menteri Maman Minta Hubungan Aplikator-Driver Tetap Kondusif |
---|
Pengemudi Ojol Temui Komisi V DPR, Usulan Audit Aplikator Mencuat hingga Wacana Pemanggilan Menhub |
---|
Komisi V DPR Akan Panggil Menhub Bahas Potongan Aplikator Ojol Lebih 20 Persen |
---|
Rapat Dengar Pendapat Asosiasi Driver Ojek Online, Adian PDIP Minta Pihak Aplikator Diaudit |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.