Rabu, 3 September 2025

Aksi Driver Ojek Online

Driver Ojol Soal Tarif Potongan Aplikator 20 Persen: Pahit, Penghasilan Rp 30 Ribu, Kerja 16 Jam

Potongan 20 persen yang dilakukan aplikator terhadap driver ojek, taksi, hingga kurir online dianggap sangat memberatkan.

Tribunnews.com/ Mario Sumampow
AKSI OJOL - Kepala Divisi Humas Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia, Yudha Al Janata saat diwawancarai di Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, Sabtu (18/7/2025). Ia mengungkap potongan 20 persen memberatkan driver ojol. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potongan 20 persen yang dilakukan aplikator terhadap driver ojek, taksi, hingga kurir online dianggap sangat memberatkan bagi para pengemudi.

Dari semula pendapatan harian pengemudi Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per hari, kini mereka hanya bisa mengantongi Rp 30 ribu.

Kepala Divisi Humas Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia, Yudha Al Janata, besarnya potongan yang diterapkan aplikator membuat berkurangnya terhadap penghasilan para driver.

"Jadi sebenarnya sangat pahit ya, mungkin kita berkeluarga, terus kontrakan mungkin cukup, tapi ternyata motornya rusak," kata Yudha di Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Sabtu (18/7/2025).

Pria yang sudah menjadi pengemudi ojol sejak 2016 ini mengatakan banyak dari rekan-rekannya yang saat ini sudah berkeluarga.

Baca juga: DPR Sebut Kemenhub Bisa Blokir Akses Aplikator Transportasi Online Jika Langgar Regulasi

Potongan aplikator 20 persen membuat mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan perut hingga sekolah anak.

"Motornya sudah dibetulin, terus bayar sekolah belum, bayar sekolah udah nih, eh susu belum, balik lagi ke awal, susu udah, kontrakan belum. Gitu terus," ujarnya.

Bak lingkaran setan yang tak terputus, kehidupan mereka tidak akan pernah "naik kelas" jika kebijakan aplikator kian semena-mena tanpa dipagari regulasi.

Baca juga: Komisi V DPR Panggil Menhub Besok Bahas Potongan Aplikator Ojol

"Lingkarannya begitu terus, jadi kayak sengaja. Ya sudah, kamu enggak bakalan bisa keluar dari lingkaran itu, kamu bakal dieksploitasi," tuturnya.

Jika kembali pada masa 5-6 tahun ke belakang, para pengemudi dapat menghasilkan 100 ribu per hari dengan hanya menjalankan 12 hingga 15 pesanan.

Dengan nominal tersebut, mereka sudah bisa berhenti bekerja di hari itu dan semua kebutuhan pun terpenuhi.

Namun, saat ini mereka harus menjalankan total 20 sampai 30 pesanan untuk menghasilkan jumlah pemasukan serupa.

Padahal dengan kondisi ekonomi saat ini, normalnya kebutuhan para pengemudi untuk satu hari sebesar Rp 150 ribu rupiah.

Alhasil, waktu kerja para pengemudi saat ini kian panjang dan bahkan harus mengorbankan waktu istirahat.

"Sekarang nariknya sampai 16 jam, tidurnya sampai setidurnya," kata Yudha.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan