Cerita di Balik Kasus Dugaan Bullying SMPN 19 Tangsel, Kepsek Bantah Pihak Sekolah Tak Peduli
Menurut Kepsek, tidak ditemukan tanda-tanda kejadian mencurigakan di sekolah pada 20 Oktober 2025, ketika dugaan bullying terjadi.
Ringkasan Berita:
- Kepala Sekolah SMPN 19 Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Frida Tesalonik, mengungkap cerita di balik kasus dugaan bullying.
- Frida Tesalonik menyampaikan, pihaknya sejak awal telah melakukan langkah penanganan sesuai prosedur.
- Mengenai evaluasi internal, Frida menegaskan pihaknya pasti akan berbenah.
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Sekolah SMPN 19 Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Frida Tesalonik, mengungkap cerita di balik kasus dugaan bullying atau perundungan yang berujung meninggalnya siswa berinisial MH (13).
Siswa SMPN 19 Tangsel berinisial MH diduga mengalami tindak kekerasan.
Kepala korban sempat dijedotkan ke kursi besi oleh teman sebangkunya berinisial RI.
Setelah diduga menjadi korban bullying, MH dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (16/11/2025) pukul 06.00 WIB.
Frida Tesalonik menyampaikan, pihaknya sejak awal telah melakukan langkah penanganan sesuai prosedur.
Menurutnya, tidak ditemukan tanda-tanda kejadian mencurigakan di sekolah pada 20 Oktober 2025, ketika peristiwa dugaan bullying terjadi.
"Tanggal 20 tidak ada apa-apa. Pembelajaran berjalan baik, gurunya menyajikan materi dengan bagus, menggunakan proyektor dan video pembelajaran. Anak-anak interaktif dan bergembira."
"Sampai saya selesai supervisi, tidak ada kejadian apa pun, termasuk saat jam istirahat,” ungkapnya kepada TribunTangerang.com, Selasa (18/11/2025).
Frida menegaskan pernyataan tersebut diperkuat wali kelas, Miss Citra, yang menurutnya melihat kondisi kelas baik-baik saja.
Ia melanjutkan, ketika itu mediasi langsung dilakukan bersama orang tua.
"Kami sudah mediasi dan sudah selesai. Orang tua R (terduga pelaku) sudah mau bertanggung jawab. Saat ini kasusnya ditangani Polres, kami menunggu perkembangannya,” ungkap Frida.
Baca juga: Update Perundungan Siswa SMP di Tangsel: Keluarga Pelaku Lepas Tanggung Jawab, Wartawan Diusir
Lalu, mengenai evaluasi internal, Frida menegaskan pihaknya pasti akan berbenah.
Ia memastikan sekolah telah menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP), termasuk membuat surat pernyataan tanggung jawab dari pihak terduga pelaku, serta melaporkan seluruh proses kepada Dinas Pendidikan.
“Pendidikan itu harus selalu diperbarui. Kami evaluasi agar kejadian seperti ini tidak terulang, meskipun kami belum tahu kronologi sebenarnya,” jelasnya.
Terkait pemanggilan Polres Tangerang Selatan, Frida juga menegaskan bahwa pihak sekolah bersikap kooperatif.
“Saya sudah memenuhi panggilan pada hari Senin. Guru dan wali kelas juga. Tidak ada masalah, kami kooperatif,” tegas dia.
Selanjutnya, Frida membantah pihak sekolah disebut tidak peduli.
Sebab, pihaknya aktif mengikuti perkembangan kondisi korban sejak awal.
“Kami datang ke rumah almarhum, juga ke Rumah Sakit Fatmawati. Kami berkali-kali menanyakan kondisi H (korban). Guru dan beberapa siswa juga ikut menjenguk,” jelas Frida.
Korban Meninggal Diduga karena Dipicu Perundungan
Lembaga Bantuan Hukum yang mendampingi keluarga MH menegaskan, kondisi kritis yang dialami korban bukan dipicu oleh penyakit bawaan, melainkan akibat tindakan perundungan yang disertai kekerasan fisik.
Hal ini disampaikan kuasa hukum keluarga, Alvian, menanggapi keterangan Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie yang sebelumnya menyebut adanya penyakit bawaan pada diri korban.
“Pemicunya karena perundungan. Dari awal sudah ada pemukulan di kepala korban,” ungkap Alvian, Senin (17/11/2025), dilansir TribunTangerang.com.
Menurutnya, kondisi korban tidak akan memburuk jika tidak ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh terduga pelaku.
“Iyalah, karena kalau tidak dipukul, orang tidak bakal sakit. Logikanya begitu,” tegasnya.
Meski begitu, Alvian mengaku pihaknya belum menerima hasil resmi pemeriksaan medis dari rumah sakit terkait penyebab kritisnya MH.
“Belum dapat penjelasan dari rumah sakit untuk penyebab kematiannya,” lanjutnya.
Baca juga: Siswa SMPN 19 Tangsel Alami Bullying Hingga Meninggal, Menteri PPPA: Sekolah Harusnya Bisa Mencegah
Proses Penyelidikan Bullying
Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Victor Inkiriwang, mendatangi kediaman siswa SMPN 19 Tangsel, MH, Minggu (16/11/2025).
Victor Inkiriwang menyampaikan belasungkawa sekaligus memastikan proses penyelidikan kasus ini tetap berjalan.
“Ini adalah warga kami. Kami hadir untuk mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada orang tua dan keluarga. Kami pun merasakan kehilangan yang dialami pihak keluarga,” ungkapnya, Minggu, masih dari TribunTangerang.com.
Victor mengungkapkan, penyelidikan sebenarnya sudah berjalan sejak awal kejadian, bahkan saat keluarga belum membuat laporan resmi.
Menurut Victor, enam saksi yang diduga mengetahui rangkaian peristiwa sudah dimintai keterangan.
Polisi bekerja sama dengan UPTD PPA, KPAI, pihak sekolah, serta rumah sakit yang merawat korban untuk mengungkap penyebab pasti kematian korban.
Di akhir kunjungan, Victor menegaskan kembali komitmen kepolisian untuk mengusut kasus ini.
“Mohon doa. Kami akan hadir untuk keluarga dan menjalankan proses hukum secara profesional,” tegasnya.
Kronologi
Guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 19 Kota Tangerang Selatan, Sriwida, mengungkapkan peristiwa dugaan bullying itu terjadi pada Senin, 20 Oktober 2025 sekira pukul 09.00 WIB.
Setelah adanya peristiwa tersebut, dia mengaku tak ada laporan atau aduan baik dari seluruh siswa di kelas itu maupun dari MH.
Keesokan harinya pada 21 Oktober 2025 baik korban ataupun terduga pelaku masih bersekolah seperti biasa.
Sriwida menjelaskan, pihak sekolah baru mendapat informasi dari orang tua korban pada sore hari tanggal 21 Oktober 2025.
Setelah itu, mediasi dilakukan pada 22 Oktober 2025.
Baca juga: Kasus Bully di SMPN 19 Tangsel, Menteri PPPA: Ini Tak Bisa Dibiarkan
Diberitakan TribunTangerang.com, ibu korban, Noviyanti sempat menceritakan berbagai aksi perundungan terhadap anaknya.
Terduga pelaku yang merupakan teman sebangku anaknya itu, disebut mulai melakukan perundungan sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
MH mengaku kepada Noviyanti bahwa saat itu dirinya dipukul pelaku sampai tiga kali.
"Pertama kali itu awalnya pas MPLS. Awal dari MPLS udah kena juga dia, ditabokin sampai tiga kali," ungkapnya di kediamannya, Kawasan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Senin (10/11/2025).
Noviyanti mengatakan, sejak saat itu anaknya kerap mendapat perlakuan kasar dari teman sebangkunya seperti ditendang dan dipukuli.
MH juga pernah ditusuk menggunakan sedotan pada bagian lengannya.
"Kalau lagi belajar ditendang lengannya. Asal nulis ditendang, sama punggungnya itu dipukul, sering ditusukin sama sedotan tangannya," ujarnya.
Hingga puncaknya pada 20 Oktober 2025, MH diduga dihantam menggunakan kursi besi oleh pelaku di kelas saat jam istirahat.
Atas hal itu pun MH mengalami rabun mata sebelah kanan hingga harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Di sisi lain, Noviyanti telah melakukan CT Scan untuk mengecek luka yang dialami MH.
Dari hasil CT Scan diketahui bahwa MH telah mengalami gangguan syaraf hingga harus menjalani pemeriksaan MRE.
"Waktu di rumah Columbus Asia BSD dia (MH) CT Scan, dari sana hasilnya diketahui kalau anak saya terkena gangguan syaraf, sehingga harus menjalani MRE," paparnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Kepsek SMPN 19 Tangsel Ungkap Cerita di Balik Mediasi hingga Kasus Dugaan Bullying Muhammad Hisyam
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunTangerang.com/Ikhwana Mutuah Mico/Nurmahadi)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.