Senin, 18 Agustus 2025

Pergantian Panglima TNI

Pengamat Intelijen dan Pertahanan: Tiga Isu Harus Diperhatikan Jokowi dalam Memilih Panglima TNI

Pengamat Intelijen dan Pertahanan, Jaka Setiawan mengaku kecewa dengan pemilihan calon tunggal Panglima TNI yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melakukan salam komando bersama pejabat lama Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna dan pejabat baru Kasau Marsekal Hadi Tjahjanto saat acara Sertijab di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (20/1/2017). Marsekal Hadi Tjahjanto menggantikan Marsekal Agus Supriatna sebagai Kasau setelah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara ditandai Surat TNI Nomor 2 Tahun 2017. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

"Menurut beberapa sumber, fee yang dibebankan kepada pesawat yang melintas di wilayah kedaulatan Indonesia yang dikuasai FIR Singapura nilai potensi ekonominya cukup fantastis, jumlahnya mencapai 15.288.759 dolar pada tahun 2009," imbuhnya.

Baca: Penangkapan Penghina Rizieq Shihab Disebut Sebagai Aksi Main Hakim Sendiri

Selain ekonomi, jelas Jaka, masalah yang sering luput dari pandangan masyarakat Indonesia adalah kontrol terhadap ruang udara nasional yang kini dikuasai FIR Singapura, sering digunakan untuk latihan militer pasawat tempur Singapura.

Walaupun Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia dengan Singapura sudah dihentikan sepihak oleh Indonesia pada tahun 2003, namun Satuan Radar 213 Tanjung Pinang dan Satuan Radar 212 Natuna sering menangkap pergerakan pesawat asing, khususnya pesawat militer Singapura yang melakukan black flight di wilayah yang dulu dikenal dengan Military Training Area 1 (MTA 1) dan Military Training Area (MTA 2).

Jaka mengingatkan bahwa sejak awal Presiden Jokowi tegas menyebutkan visi poros maritim akan dijalankan selama kepemimpinannya.

Baca: Gunung Agung Masih Berpotensi Erupsi Meski Secara Visual Terlihat Kalem

Visi ini diturunkan dalam kebijakan pemerintah yang tertuang pada Rencana Jangka Pendek dan Menengah Nasional (RJPMN) 2015-2019.

Salah satunya meningkatkan anggaran pertahanan hingga 1,5 persen dari PDB guna membangun TNI sebagai kekuatan maritim regional yang disegani di kawasan Asia Timur.

"Tidak mungkin ini terjadi disaat pengadaan pertahanan di korupsi dan FIR Natuna masih dikuasai Singapura," ujarnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan