80 Persen Komoditas Ekspor Butuh Fumigasi, ASPPHAMI Perkuat Dukungan Swasembada Pangan
sekitar 80 persen eskpor Indonesia membutuhkan fumigasi. Yaitu proses pengasapan dengan gas fumigan untuk menghilangkan (mematikan) kuman.
Ringkasan Berita:
- ASPPHAMI menyatakan sekitar 80 persen produk ekspor Indonesia membutuhkan fumigasi untuk mencegah serangan hama pascapanen.
- Dukungan ASPPHAMI tidak hanya pada komoditas pertanian mentah, tetapi juga produk pangan siap ekspor, termasuk beras kemasan.
- Dalam Musda DPD ASPPHAMI Jakarta, organisasi ini mendapat dukungan dari Kadin Jakarta dan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Pemprov DKI.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI) menegaskan peran yang krusial, dalam mendukung kelancaran ekspor pangan nasional
Khususnya melalui layanan fumigasi yang disebut dibutuhkan oleh mayoritas komoditas ekspor Indonesia.
ASPPHAMI adalah organisasi profesi nasional yang menghimpun perusahaan-perusahaan pengendalian hama di Indonesia, berdiri sejak tahun 1973 untuk membina, meningkatkan mutu, dan memperkuat solidaritas industri pest control.
Organisasi tersebut didirikan pada 6 Februari 1973 di Jakarta oleh Darmawan dan Wilman Panggabean dengan nama Ikatan Pengusaha Pemberantasan Hama Indonesia.
Pada tahun 1979 berubah menjadi Ikatan Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (IPPHAMI), lalu berkembang menjadi ASPPHAMI.
Ketua Umum DPP ASPPHAMI, Zulkirman, menyampaikan bahwa sekitar 80 persen eskpor Indonesia membutuhkan fumigasi.
Fumigasi adalah proses pengasapan dengan gas fumigan untuk menghilangkan (mematikan) kuman dan sebagainya.
"80 persen produk ekspor kita membutuhkan fumigasi, dan ini kami penuhi. Selain juga kami pemenuhan kesehatan di pelabuhan dan kapal,” katanya saat menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) DPD ASPPHAMI Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Zulkirman menjelaskan, kebutuhan fumigasi tersebut muncul karena tingginya risiko serangan hama pascapanen yang dapat menurunkan kualitas dan standar ekspor komoditas pertanian.
Sebab itu, ASPPHAMI menempatkan fokus dukungannya terhadap program swasembada pangan pada pengendalian hama pascapanen, yang sekaligus meningkatkan penerimaan produk Indonesia di negara tujuan.
Dia menegaskan bahwa intervensi ASPPHAMI terbukti menekan angka penolakan produk pangan Indonesia di luar negeri.
Organisasi ini, kata Zulkirman, berperan dalam pengendalian hama seperti tikus dan kutu pada berbagai jenis komoditas pertanian, bukan hanya padi.
“Mulai dari pengendalian hama proses angkut hingga produk siap ekspor,” katanya.
Pengendalian tersebut juga mencakup seluruh rantai logistik.
| Membuka Peluang: Indonesia–Uni Eropa CEPA dan Masa Depan Ekspor Indonesia ke Eropa |
|
|---|
| Kajian Hukum Atas Status LPEI: Antara Keuangan Negara dan Keuangan Lembaga |
|
|---|
| Kinerja Mentan Amran Raih Apresiasi dari Komisi IV DPR RI Berkat Capaian Besar di Sektor Pangan |
|
|---|
| Optimisme Swasembada Pangan Menggema di UNS, Mentan Amran Sebut Satu Bulan Lagi Terwujud |
|
|---|
| Kasus Cemaran Radioaktif Cs-137 di Udang Beku ke AS Dinyatakan Selesai |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Zulkirman-dan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.