Kamis, 21 Agustus 2025

Jakob Oetama Meninggal Dunia

Jusuf Kalla: Semua Tahu Pak Jakob Oetama adalah Tokoh Media yang Hebat

JK memahami bahwa semua pihak merasa kehilangan akan tokoh bangsa yang mempunyai modal yang besar untuk persatuan bangsa.

Penulis: Reza Deni
Editor: Dewi Agustina
TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim
Mufidah Jusuf Kalla memperbaiki masker suaminya, Jusuf Kalla, saat tengah diwawancarai awak media di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). 

JK memahami bahwa semua pihak merasa kehilangan akan tokoh bangsa yang mempunyai modal yang besar untuk persatuan bangsa.

"Sikapnya kepada bangsa ini walaupun mengoreksi, tapi dengan sopan dengan cara yang mencari solusi tidak hantam, melainkan mencari solusi," katanya.

JK menceritakan bagaimana kedekatan antara dirinya dan Jakob. Ketika diundang diskusi, Jakob selalu mengajak dirinya.

"Seperti diskusi ekonomi kewilayahan pasti saya diundangnya langsung dan kita selalu teratur berdiskusi, sampai terakhir di rumah atau di tempat lain," ujarnya.

Dirinya berpesan agar insan pers yang lebih muda mempelajari dan mengikuti jejak beliau, walaupun mengoreksi ataupun meluruskan, tetap dengan cara yang sopan.

"Dia tidak melihatnya dari sisi yang negatif, tapi lihat bagaimana hal-hal yang sulit tetap kita mengarah pada kemajuan," ujarnya.

Lilik Oetama, Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG) mengenang saat kecil, Jakob Oetama telah menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam diri anak-anaknya.

"Yang pertama soal kejujuran. Dia selalu bilang, 'pokoknya kamu jangan pernah "mencuri," berbohong. Jadi kalau kamu butuh apa-apa, ya kamu bilang. Kalau Bapak bisa berikan, Bapak akan bantu," kenang Lilik.

Jakob Oetama, lanjut Lilik, juga mendidik anak-anaknya secara demokratis, tanpa memaksakan kehendaknya.

Hal itu Lilik kenang, saat Jakob Oetama memberikan kebebasan pilihan kepada anak-anaknya untuk memilih sekolah atau jenjang pendidikan dan pasangan hidupnya masing-masing.

Baca: Jejak Langkah Jakob Oetama

"Kedua demokrasi. Kayak sekolah, terserah mau sekolah di mana, mau ambil jurusan apa. Bapak memberikan ini dan bilang yang akan menjalankan itu kan kamu sendiri. Juga soal jodoh. Jodoh juga sama, terserah," tambah Lilik.

Mengenai kesederhaan ini Lilik mengingat pengalaman kala menuntut ilmu di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta.

Saat itu tengah tren gesper bermerek mahal. Lilik pun ingin memiliki gesper itu yang juga sudah dipakai sejumlah temannya di sekolah.

Namun permintaan Lilik, tak diluluskan Jakob Oetama."Saya pengen mas, tapi ngak kesampaian. Dulu itu toplah. Bapak bilang 'kenapa beli yang semahal itu? Apa tidak ada yang lain. Kami itu masih sekolah, masih belum bisa cari uang untuk itu," kenang Lilik.

Dia juga mengenang hingga SMA, Jakob Oetama selalu menyatakan kepada anak-anaknya, dirinya hanya seorang pekerja, bukan pemilik di Kompas Gramedia.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan