Sabtu, 23 Agustus 2025

Gandeng Industri, Mendikbud: Masa Depan Pendidikan Tinggi Itu Hybrid, Tak Mungkin Dimonopoli

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa institusi pendidikan saat ini tidak dapat 'berdiri sendirian.

Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam RekaTalks 2023 bertajuk 'Creating Impactful Innovation Through Technology for Sustainable Development' yang digelar Kedaireka di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa institusi pendidikan saat ini tidak dapat 'berdiri sendirian' dalam menghadirkan masa depan bagi para mahasiswa.

Karena mahasiswa merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengambil peranan dalam pembangunan sosial dan ekonomi negara ini di masa depan.

Baca juga: Mendikbudristek Nadiem Makarim: Data Kekerasan di Sekolah Menyeramkan

Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan industri untuk melahirkan SDM unggul yang berkualitas.

Dalam acara RekaTalks 2023 bertajuk 'Creating Impactful Innovation Through Technology for Sustainable Development' yang digelar Kedaireka, platform besutan kementerian yang dipimpinnya, Nadiem menekankan bahwa sinergi dua sektor ini telah terlihat sejak 3 tahun terakhir, khususnya saat pandemi virus corona (Covid-19).

"Mungkin kita belum pernah melihat dalam 3 tahun terakhir, lebih banyak sinergi yang terjadi antara industri dan sistem pendidikan kita," jelas Nadiem, dalam acara yang digelar di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2023).

Ia pun menjelaskan bahwa pemerintah tentunya memiliki alasan dalam mempertimbangkan kolaborasi ini.

Sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi, kata dia, di masa depan akan membutuhkan sinergi dari berbagai pihak termasuk industri.

"Dan sebenarnya alasan kita melakukan ini adalah masa depan pendidikan tinggi adalah hybrid. Nggak mungkin di masa depan, pendidikan itu dimonopoli oleh hanya satu institusi, yaitu institusi pendidikan," kata Nadiem.

Nadiem kembali menuturkan bahwa peran institusi pendidikan adalah mempermudah masuknya sektor yang dapat mengakselerasi kemampuan mahasiswa sebelum terjun ke dunia kerja.

Baca juga: Nadiem Makarim: Kekerasan di Sekolah Sudah jadi Pandemi, Korbannya Lebih Besar dari Covid-19

"Harusnya institusi pendidikan itu mengayomi berbagai macam sektor dan dimasukkan ke dalam program mahasiswa, mau itu S1, S2 dan lain-lain," papar Nadiem.

Dirinya melihat masa depan pendidikan tinggi tanah air kini harus melibatkan lintas sektor, bukan semata mengedepankan sisi akademis saja.

Karena pada akhirnya, para SDM unggul ini akan bekerja menyesuaikan dengan kebutuhan industri.

"Menurut saya, masa depan pendidikan tinggi, mau itu persiapan karier, profesi, wirausaha, itu nggak bisa satu dimensi dan sudah nggak mungkin bahwa semuanya itu harus akademik," tutur Nadiem.

Sementara itu, dirinya juga mengakui bahwa anggaran besar yang digelontorkan pemerintah melalui program Kampus Merdeka merupakan bagian dari strategi dalam menarik perhatian industri dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa sebelum menjadi SDM unggul.

"Jadi itulah alasan semua kebijakan kita, kita mengeluarkan anggaran yang besar sekali untuk menarik industri untuk berpartisipasi dalam pendidikan tinggi kita," tegas Nadiem.

Apa yang dilakukan pemerintah melalui program Kampus Merdeka saat ini, kata dia, tentu mempermudah dunia industri dalam memperoleh talenta unggul yang dibutuhkan.

"Jadi menurut saya, apa yang bisa dilakukan adalah mudah sekali sekarang, pemerintah itu memberikan anggaran kepada semua industri untuk melakukan satu dari tiga hal, jadi menurut saya ini adalah satu beneficial buat industri," tutur Nadiem.

Dirinya menekankan bahwa melalui program ini, seharusnya industri tidak mengeluhkan SDM yang diperoleh dari program ini.

Jika ada keluhan, ia pun mengembalikan keluhan itu pada kondisi perusahaan yang seharusnya turut menerapkan langkah yang telah diterapkan pemerintah.

"Kalau ada industri yang butuh talenta, sekarang nggak ada alasan lagi industri complain (mengeluh) mengenai lulusan pendidikan tinggi, kalau dia belum bikin program Kampus Merdeka. Pemerintah bayar harga, biaya hidupnya mahasiswa untuk belajar di industri selama satu semester, bayangkan itu namanya program MBKM (Merdeka Belajar - Kampus Merdeka)," jelas Nadiem.

Nadiem kembali menegaskan bahwa 'daripada sibuk complain', lebih baik industri juga menghadirkan program serupa dengan MBKM.

"Jadi kalau industri masih complain mengenai kualitas lulusan perguruan tinggi, tapi dia belum bikin program MBKM (seharusnya tidak complain). Kalau ada yang complain, bikin sendiri (program) di perusahaan kamu selama satu semester," kata Nadiem.

Karena ia meyakini bahwa program ini dapst mencetak talenta hebat yang kemudian dapat direkrut perusahaan sebagai SDM unggul di masa depan.

"Dan dari lulusan program itu ambil yang hebat-hebat, masukkan ke perusahaan, anda pasti akan mendapatkan orang-orang terhebat dari semua kampus-kampus. Jadi itu mungkin buat saya yang bisa dilakukan industri," pungkas Nadiem.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan