Sabtu, 23 Agustus 2025

Harga Beras Naik, Pengamat Nilai DPR Perlu Bentuk Pansus Impor Beras, Bukti Berpihak ke Rakyat

Direktur Rumah Politik Fernando Emas mendorong agar DPR membentuk Panitia Khusus (Pansus) terkait masalah impor beras. Terlebih sepekan ini harga

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Warta Kota/YULIANTO
ILUSTRASI Aktivitas pekerja saat memikul beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (10/1/2024). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan rencana impor beras sebanyak 3 juta ton pada tahun ini sudah diputuskan sejak Februari 2023 dan akan mulai datang ke Tanah Air pada Maret 2024 mendatang dan untuk amankan cadangan strategis ketahanan pangan. (Warta Kota/Yulianto) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Rumah Politik Fernando Emas mendorong agar DPR membentuk Panitia Khusus (Pansus) terkait masalah impor beras. Terlebih sepekan ini harga beras masih alami kenaikan meski tipis.

Menurutnya, pansus diperlukan guna menata pengelolaan pangan terutama beras, yang berpihak kepada rakyat atau petani bukan bagi para importir.

“DPR ada juga upaya secara politik untuk menata pengelolaan ketersediaan pangan terutama beras yang berpihak kepada petani bukan pada para importir dan segelintir orang,” kata Fernando kepada wartawan, Jumat (12/7/2024).

Ia pun menagih janji DPR RI dapat segera membuktikan keberpihakannya sebagai wakil rakyat kepada para petani dengan membentuk pansus terkait impor beras.

Fernando berharap ke depan pemerintah dapat membuat kebijakan yang benar-benar berpihak kepada para petani.

Ia juga mengingatkan, pemerintah tidak cuma bicara janji-janji dalam membuat kebijakan untuk para petani.

“Saatnya DPR membuktikan memang benar sebagai wakil rakyat yang berpihak kepada para petani dengan membentuk pansus dan bukan berpihak kepada para importir beras atau kebutuhan pangan lainnya,” ujar dia.

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Demokrat Suhardi Duka mengkritisi Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang tidak fokus pada perbaikan hulu produksi, lantaran mengubah orientasi pangan menjadi impor.

“Saya menilai dengan hadirnya Bapanas, terjadi perubahan orientasi tentang pangan yang tadinya kita fokus untuk memperbaiki hulu dan produksi kini berubah menjadi ketersediaan dengan orientasi impor,” kata Suhardi.

Ia mengakui, perubahan serupa juga terjadi di tubuh Perum Bulog yang berubah menjadi operator impor dan penjualan semata.

Dengan kondisi demikian, Suhardi memandang, jika tidak ada perubahan paradigma dari kedua lembaga tersebut maka impor pangan terkhusus beras akan menjadi sumber ketersedian bukan sekedar produksi.

“Kalau paradigma ini tidak diperbaiki maka impor akan menjadi sumber ketersediaan bukan lagi produksi,” tandasnya. 

Sementara Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menyinggung soal kasus impor beras yang dilaporkan Studi Demokrasi Rakyat (SDR) oleh KPK.

Baca juga: KPK Diminta Menyelidiki Kasus Dugaan Selisih Harga dalam Impor Beras

Menurutnya perlu dihitung soal kerugian negara yang ditimbulkan apabila terjadi pada impor beras tahun 2023 sebesar 3,06 juta ton dan bulan Januari-April 2024 yang mencapai 4,83 juta ton. 

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan